Tahun 2014 di bulan Januari, tak terasa sudah 3 tahun pernikahanku
dengan Merry, teman satu kampus di Jakarta satu jurusan. Perempuan
keturunan Tiong Hoa yang sekarang sudah berusia 31 tahun, lebih muda 3
tahun dari aku sendiri. Semenjak lulus Master dalam bidang manajemen,
rutinitas pekerjaan telah menunda akan kehadiran anak.
Untung saja hal itu ternyata tidak mengganggu keharmonisan dalam
keluargaku. Kita saling mengerti dan memahami akan kesibukan masing
masing dan tetap menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan hubungan
intim. Di kota Bandung ini kehidupanku dengan Merry terbilang sudah
mapan. Rumah berlantai dua di perumahan tergolong elit, mobil dua buah
yang masing masing digunakan oleh Merry dan aku sendiri juga tampak
menghiasi garasi rumah tersebut. Pekerjaan dan jabatan yang cukup tinggi
antara aku seimbang dengan pekerjaan Merry sebagai office manager di
sebuah perusahaan advertising ternama.
Di usianya yang sudah kepala tiga, kecantikan Merry memang masih sangat
terjaga. Sebagai idola di masa kuliah dulu, Merry memang terkenal karena
kecantikan dan wajah khas nya sebagai keturunan bangsa timur. Kulit
putihnya tetap halus dan mulus terawat. Keindahan tubuhnya tetap tidak
berubah seperti semasa aku sekuat tenaga mengejar untuk mendapatkan
hatinya di masa kuliah.
Akhirnya keharmonisan dan ketenangan dalam rumah tanggaku terdobrak
dengan kejadian luar biasa yang menimpaku dan Merry di awal tahun ini.
Sebuah kejadian yang benar benar membuat aku sebagai suami meradang
amarah dan dendam serta menjadi sebuah bencana besar bagi Merry istriku.
Kejadian ini dimulai pada saat aku dan Merry kembali ke rumah setelah
makan malam bersama di suatu akhir pekan yang berhiaskan hujan lebat di
Bandung. Pukul sepuluh malam tepat aku memarkirkan BMW 320i hitamku di
garasi rumah. Cuaca yang tidak mendukung membuat aku dan Merry enggan
menghabiskan malam di luar rumah. Lagipula di malam itu Merry sudah
mengisyaratkan keinginan untuk melewatkan malam dengan berduaan saja di
rumah. Setelah keluar dari mobil dan masuk ke dalam ruang tengah, Merry
nampak segera bergegas ke kamar untuk berganti pakaian, sementara aku
menghenyakkan tubuhku ke sofa dan menonton acara komedi yang ada tiap
hari itu, cukup menghibur juga. Beberapa menit kemudian nampak Merry
keluar kamar sambil menggelung rambut panjangnya ke atas sambil
merapikan dasternya, terlihat kemolekan dan keindahan tubuhnya yang
sangat sempurna bagiku saat itu.
“Aku mandi dulu ya mas” bilangnya sambil merapikan daster mandinya yang
berwarna ungu itu. Keseksian tingkahnya yang menggemaskan pertanda bahwa
malam ini Merry menginginkan adanya hubungan intim yang istimewa.
Aku mengangguk saja sambil mengawasi Merry ngeloyor ke kamar mandi tanpa
berusaha menutupi bagian depan dasternya yang belum dikancingkan.
Beberapa menit kemudian sudah terdengar shower air yang mengisi bathtub
di kamar mandi kami. Akupun beranjak ke kamar untuk sekedar berbaring
dan membayangkan kegiatan malam ini. Sambil menunggu di kamar tidur
kulewatkan waktu sambil mendengarkan alunan piano Richard Clayderman
yang terdengar merdu di dalam kamar. Tak berapa lama kemudian Merry dah
masuk mengikuti aku ke kamar tidur. Bau wangi harum tubuhnya sangat
menggairahkan malam itu. Dia pun lalu merebahkan tubuh moleknya di
sampingku, merapatkan ke tubuhku seperti mencari kehangatan. Akupun
memeluk dan mencium kening perempuan yang sangat kucintai ini.
Senyumannya yang memabukkan itu segera membuat nafsuku membara. Merry
pun sudah bergairah juga kayaknya, dengan perlahan dia beringsut ke atas
tubuhku yang masih memakai piyama lengkap. Sambil memainkan kancing
bajuku dia menundukkan wajahnya, mendesak hidungku dan akupun seketika
itu juga merasakan kehangatan dari tubuhnya, payudaranya yang masih
terbungkus daster ungunya terasa hangat menghimpit dadaku. Segera kami
larut dalam cumbuan yang begitu mesra saat itu.
“Kreek….kreekk…krosak..krosak”, suara yang terdengar cukup keras dari
ruang tengah itu langsung membuat kami tersadar dari pemanasan. “Apa itu
mas?”,bisik Merry sambil turun dari tempat tidur, merapikan bajunya dan
menggelung rambutnya.
“Tunggu aja di sini ma”, jawabku sambil ikut turun menengok ruang tengah
yg kebetulan masih terang karena lampu besar yang masih menyala itu.
Perlahan aku mengitari ruang tengah, kosong,tv yang masih menyala dengan
suara perlahan tak matikan. Menuju ruang tamu yang sudah gelap.
“Ctek..”,saklar lampu kunyalakan, melihat sekeliling,gak ada apa apa.
Pada saat berbalik, “DEG…”,pintu samping menuju garasi ternyata terbuka
sedikit. Ternyata lupa tidak dikunci sewaktu aku pulang tadi. Perasaan
khawatir mulai menghinggapi diriku, segera ku tutup pintu itu dan
sekaligus saya kunci. Tiba tiba “Pettt…”,lampu tengah mati dengan
sendirinya, begitu juga lampu kamar,ruang makan, dapur dan ternyata
semua lampu di rumahku mati. “Sialan..siapa ini yang berbuat?” pikirku
sambil gelapgapan mencari senter dan korek api.
“Mas….Mas…”terdengar suara Merry memanggil manggil dari dalam kamar.
“Bentar ma…nyari senter”,jawabku sambil terus mencari posisi lemari cabinet yang ada di dekat pintu samping.
Gludukk…gludukk…krosakk…..
Terdengar suara gaduh yang entah dari mana asalnya. “Maassss…..Maasss….Mmaahhppp…MMhmp…hmmppp..” terdengar kayak suara Merry.
“Maa…kenapa kamu?” teriakku sambil secepat mungkin bergegas kembali ke kamar tidur ku yang gelap.
“Dukkk…Deepp….Buukk..Buukk..” terasa sebuah hantaman keras dan telak
menghajar pelipisku,perut dan dengan telaknya menghantam terakhir daguku
yang membuat aku langsung terhuyung ke samping. Terakhir yang kuingat
adalah benturan kepalaku dengan kerasnya keramik lantai kamar ku.
Seketika mataku berkunang kunang, pedih terasa di pelipis dan tulang
igaku terasa sakit sekali. Sebelum aku sempat berbuat banyak, sepasang
tangan kekar telah menyaut bahuku, memaksa mendudukkan aku, kemudian
tanpa bias berbuat banyak, tangan itu menyeret aku masuk ke dalam kamar.
“Sudah pingsan kayaknya”, kata itu yang pertama kali kudengar
berikutnya. Suara berat dari seorang laki laki yang aku tidak tau siapa.
“Ikat dia kuat kuat”,suara lain terdengar gak dekat dari posisiku
terduduk dekarang.
Dalam hitungan detik saja, terasa kedua tanganku ditelikung ke belakang
dan sepasang tangan yang lain dengan sigap mengikat tanganku dengan tali
ke sebuah kursi. Tak sampai satu menit berikutnya aku sudah tidak bias
menggerakkan tangan maupun kaki ku lagi karena terikat dengan begitu
eratnya di kursi. Sreettt….sreettt…..suara robekan dan berikutnya sebuah
lakban hitam begitu kerasnya membungkam mulutku sampai ke pipi ku.
“ctek..”lampu kamar tiba tiba menyala. “ Aaahhhhhh….Ahhhhhhh..”jeritan
Merry begitu kuat dari samping pojok kamar membuat aku terperanjat
sambil menahan pusing dan perih di kepalaku. Dan yang langsung kulihat
adalah tiga orang laki laki berperawakan besar dan kekar telah bersama
di kamarku sekarang. Dan Merry tampak sedang melawan lelaki ketiga yang
berusaha meringkusnya,memojokkan ke sudut kamar dan menekap mulutnya.
Seorang lagi langsung menghampiri dan ikut membantu meringkus istriku
yang masih liar melawan sambil menendang nendang. Aku tidak bisa berbuat
apa apa melihat kejadian itu.
“Diam..!!Diam….!! Mau kubunuh kamu!!”, hardik seorang lelaki sambil
menodongkan sebilah pisau ke leher Merry. “Toloooongg..!!”teriak Merry
yang akhirnya dihenyakkan dengan paksa tengkurap di lantai. Sebuah sapu
tangan tampak disumpalkan ke mulut istriku dan di ikat kan ke belakang
kepalanya, sementara kedua tangan dan kakinya tampak sedang di ikat
dengan tali berwarna merah,perlawanan nya tampaknya sia sia karena harus
berhadapan dengan tiga orang lelaki sekaligus yang terlihat begitu kuat
badannya.
Berikutnya yang terlihat adalah diriku yang terikat erat di kursi tak
berdaya dan Merry istriku yang meringkuk di lantai sambil menangis
sesenggukan dengan mulut tersumpal, tangan terikat ke belakang dan kedua
kaki terikat di betisnya.
Perlahan aku mulai menemukan kesadaran diriku sendiri dan mulai jelas
melihat kondisi yang sedang terjadi, jelas mereka bertiga sedang
merampok rumah kami dan sekarang sudah berhasil melumpuhkan aku dan
istriku.
“Cari barangnya wok..”,perintah seorang dari mereka. Yang dipanggil wok
segera mengobrak abrik kamar kami, mencari barang berharga,sementara
seorang lagi mengintip keluar kamar dari jendela, mengamati situasi dan
pimpinan mereka kayaknya tengah menghunus pisau tepat di samping
kepalaku. “Berharap saja uangnya ketemu dan ini segera berakhir
boss”,bilangnya dengan dingin kepadaku. “Dan tidak ada yang akan
terluka”.
Wok tampak masih mengobrak abrik lemari,mencari uang yang mereka kira
ada di dalam lemari padahal bukan disitu kami menyimpan uang dan barang
berharga kami lainnya. Brankas malah ada di ruang kerjaku di sebelah
dapur. Tapi itu tentu saja tidak diketahui oleh mereka.
“Gak ketemu ndan..”, kata Wok
“kamu yang bener nyarinya” bentak komandan nya
“Bener gak ada disini ndan”, jawab Wok
“Brakkkkk….!!”, tendangan keras ke kursi ku mebuat aku terhuyung
“Dimana kamu simpan uang itu..Haa!!”, bentaknya sambil mendekatkan pisaunya ke leherku.
Aku cuma menggeleng saja….sambil melirik istriku yang makin ketakutan dengan ulah mereka.
“Jawab!!!...Bego kamu”. “Plakk…”, tamparan keras mengenai pipiku membuat
perih dan mata berkunang kunang, tetapi aku juga tidak memberi jawaban.
“Ndan….ada yang lewat” kata orang yang berjaga di jendela
“Siapa Jon..??”, jawab si komandan
“Gak tau….tetangga mungkin balik ke rumah”, balas Jon sambil terus mengintai keluar jendela.
“Kamu jangan main main yha sama aku”,desis komandan sambil menempelkan
pisaunya lebih ketat ke leherku, membuat darahku berdesir merasakan mata
pisau yang dingin menempel di kulit leherku.
“Sekarang kamu kasih tau dimana uang kamu”, kata si komandan. Sementara wok bergerak menghampiri Merry.
“Mungkin istrinya tahu ndan..” kata Wok
Komandan tampak berpikir sejenak, melirik Merry dan kemudian menatap aku berhgantian.
“Coba tanya istrinya..!!” desis komandan pada akhirnya.
“Sreet…”, Wok tampak menghunus pisaunya dan mendekati Merry yang meringkuk ketakutan.
“Sebaiknya kita dapat kabar bagus dari nyonya…hehe”,kata si Wok pada Merry
“Kasih tau dimana kamu nyimpan uangmu nyonya cantik’, sambil mengancam wajah Merry dengan pisau belati mengkilapnya.
“Hmmppff…”, Merry keliatan tidak mau menjawab dan malah menangis lagi dengan lebih keras.
“Diam kamu..!! Diam…!! Bodoh”, hardik Wok yang tampaknya makin marah melihat istriku menangis dan membuat suara gaduh.
Dengan kasarnya istriku dibalikkan dan Wok menghunus pisaunya dekat
wajah Merry. Dan inilah awal dari malapetaka selanjutnya, karena begitu
tubuh Merry dibalikkan maka bagian dasternya yang tersingkap tampak
menampilkan belahan dan bagian atas dari payudaranya yang jelas membuat
wok terkesima dengan pemandangan itu. Jon pun yang bertugas mengintai
keluar akhirnya malah memandang dengan takjub pada pemandangan itu,
pemandangan dada istriku yang tampak hidup naik turun seiring nafasnya
dan mencoba bertahan untuk tidak menangis.
“Weeiiittss….mantab juga neh nyonya”, wok yang sambil menghunus pisau keliatan sekali sangat menikmati pemandangan istriku itu.
“Ndan….ndan…”,panggil wok sambil menatap komandan lalu matanya mengerling ke istriku yang masih menangis itu.
Komandan lalu menghampirinya, berjongkok dekat istriku yang ketakutan.
Tangan nya tampak mengelus wajah istriku. “Jangan sampai kami berbuat
kasar sama Nyonya, lebih baik nyonya bekerjasama dengan kita yha”,
bilang komandan sambil terus mengusap wajah,pipi dan leher istriku.
Darahku mulai tersirap dengan apa yang mereka lakukan pada istriku itu.
“Dadanya ndan…..teteknya putih banget ndan”, seloroh wok yang langsung
membuat aku berontak keras, menghentakkan kaki kursi tempatku di ikat
ini.
“Duukkk….Plakkk”, tendangan dan tamparan keras dilancarkan si Jon yang
beranjak dari jendela berjalan ke arahku, membuat iga ku serasa remuk
dan hanya bisa tertunduk. Sementara Jon bergabung dengan dua temannya di
pojok yang sedang mengerubuti istriku. “Jangan macam macam kamu!!”,
cuma itu yang dia bilang sambil berlalu melewatiku.
Sekarang ketiganya tampak mengerubuti istriku, dan aku yakin pasti mereka mempunyai niat buruk pada Merry.
“MMMhhppppp…..mhhpppp”, suara Merry yang terbungkam, rupanya dia tidak
menangis lagi, tampak dari posisiku dia meronta ronta seakan hendak
melawan, ketika komandan berdiri, ternyata terlihat dengan kurangajarnya
tangan Wok menelusup ke balik daster Merry,sementara tangan satunya
menahan tubuh Merry supaya tetap telentang. Aku marah bukan main tetapi
juga tidak bisa berbuat apa apa melihat kejadian itu. Tampak tangan kiri
wok meremas remas payudara kanan Merry,sekarang posisinya malah juga
menindih Merry, kakinya mengunci gerakan pinggul Merry sehingga tangan
nya bebas menggerayangi payudaranya.
“Haluuss dan kenyal banget neh tetek…”, seloroh Wok yang semakin bergairah
Remasan itu kadang diselingi dengan memilin milin puting susu Merry yang
memang sudah tidak mengenakan BH dibalik dasternya, pilinan itu membuat
tubuh Merry menggerinjal sampe melengkung keatas, membusungkan dadanya
berusaha menghindari gerayangan tangan Wok dan meronta kiri kanan,
tetapi hal itu percuma saja karena posisi tubuhnya yang ditindih Wok
seakan terkunci dan tidak bisa bergerak banyak.
“heee….heeee….mending kamu menikmati saja montok”, sergah Wok seakan mengejek.
“Sreett…”, daster yang dipakai Merry disibak dengan kasar ke kiri,
menampakkan payudara kanan nya yang tampak putih membusung,begitu
mulusnya payudara istriku terlihat kontras dengan tangan Wok yang hitam
itu. Masih memegangi daster istriku supaya tetap terbuka, Wok tampak
terpana melihat pemandangan dibawahnya. Putting susu istriku yang tampak
begitu mencuat itu bagaikan sebuah buah anggur ranum diatas buah melon
yang begitu bulat. Putting berwarna kecoklatan itu terlihat bergerak
naik turun seiring nafasnya, lingkaran susu di sekitar putingnya seakan
membengkak kontras dengan kulit payudaranya yang putih mulus bagai
lilin.
“Hiii…hiii..hiii…,Mama…mama…aku mimik cucu donk”,seloroh Wok yang dengan
kurang ajarnya matanya melotot melihat putting susu Merry. Mulutnya
mulai mendekat sambil berbentuk monyong monyong ke dada istriku.
“cuupp…cuppp…mmuuahhh”,goda Wok dengan kurang ajarnya memonyongkan bibirnya.
Istriku langsung berontak lagi dengan keras dan berhasil membuat tubuhnya tengkurap kembali.
“Hadooohh….nih nyonya bandel amat sih”, gerutu Wok karena pegangan nya
terlepas. Dengan sekenanya dia berusaha membalikkan tubuh Merry yang
sedang berontak dengan liar. Bagian manapun dari Merry berusaha dia
kunci kembali, tangan nya akhirnya berhasil menekan pinggang dan dada
istriku, dengan spontan tangan Wok mengunci bahu istriku dan
menelikungnya, lalu dengan sekenanya dia menggelitik ketiak Merry,
menggelitik perut dan pinggangnya yang membuat Merry menggerinjal
gerinjal kegelian. “Hayooo….hayooo…rasakan…”,sergah Wok yang masih
menggelitiki bagian samping payudaranya sambil menekan tubuhnya ke
lantai.
“Breettt…”,Jon tampak sibuk menyimpulkan sebuah tali di ujung ranjang
kami. “Bawa ke atas aja wok daridapa main di lantai”, bilangnya sambil
beranjak ke ranjang bawah dan mulai menyimpulkan sebuah tali juga.
Komandan akhirnya menghampiri wok dan lalu mereka berdua membopong tubuh
Merry yang meronta ronta ke atas ranjang. Ikatan tali di pergelangan
tangan istriku dilepas mereka tetapi seketika itu juga kedua tangan
istriku direntangkan kuat ke samping ujung ranjang oleh Jon dan Wok.
Komandan tampak berusaha mengatasi Merry yang meronta dengan cara
menindih tubuhnya telentang, sementara Wok dan Jon masing masing
berusaha mengikat tangan istriku ke ujung ranjang. Dua menit berlalu
akhirnya kedua tangan Merry berhasil di ikat dengan kuatnya ke ujung
ranjang dalam posisi terentang. Komandan lalu menggelosor ke bawah,
melepaskan ikatan di kaki Merry sementara Wok dan Jon bersiap dengan
memegangi pergelangan kaki Merry. Hal yang sama mereka lakukan dan
beberapa saat kemudian yang tampak terlihat adalah istriku Merry yang
terbaring telentang dengan posisi seperti huruf X di ranjang, kedua
tangan dan kakinya masing masing terikat dengan kuatnya ke sudut sudut
ranjang. Sungguh suatu pemandangan yang mengerikan buatku tetapi
sepertinya itu membuat mereka bertiga sangat kesenangan. Merry dengan
mulut masih tersumpal tampak terengah engah dalam bernafas mengatasi
kondisi yang terjadi padanya. Yang bisa dilakukan hanya menggeleng
gelengkan kepala karena kedua tangannya tertarik dengan begitu kuatnya
oleh ikatan itu, tak sedikitpun dia bisa menggerakkan ataupun menekuk
lengannya, hal ini membuat dadanya selalu tampak membusung dan naik
turun seiring nafasnya.
Si komandan rupanya tidak begitu berminat dengan kondisi demikian,
karena dia tampak ngeloyor melewatiku dan keluar kamar. Rupanya bagi dia
uang dalam jumlah besar adalah yang utama baginya. Beda dengan Wok dan
Jon yang rupanya sudah dikuasai nafsu melihat posisi istriku terlentang
tak berdaya. Wok tampak perlahan mendekati bagian bawah ranjang, lalu
dengan perlahan pula tubuhnya mulai menindih tubuh Merry yang tampak
meronta dan meregangkan tubuhnya mencoba untuk menghindar. Tetapi
percuma karena posisi kaki Wok sekarang sudah mengunci pinggulnya. Kedua
tangannya mulai menggerayangi perut Merry, bergerak keatas, merasakan
dada yang membusung begitu kenyal di genggaman jari jarinya. Akhirnya
kancing daster istriku mulai dibuka satu persatu. Setelah kancing itu
terbuka semua, tangan Wok menyibak sisi sisi daster itu ke samping kiri
dan kanan. Pemandangan yang nampak berikutnya membuat mereka berdua
menelan ludah masing masing. Tubuh Merry yang setengah tertindih
menampakkan perut yang sedikit gemuk tetapi sangat menggairahkan,
pusarnya nampak jelas di tengah tengah kulit perutnya yang sangat mulus
itu. Sepasang payudara yang sangat montok tampak tegak menantang untuk
segera dimainkan, dengan sepasang putting susu kecoklatan yang mulai
keliatan tegak mengacung sangat menggemaskan untuk segera dinikmati.
Leher jenjang nya sangat menggairahkan untuk segera dicium. Sedangkan
lengan nya tampak begitu bulat montok terpentang ke sisi kiri kanan
ranjang, menampakkan lembah ketiak yang begitu mulus dan membuat dua
lelaki itu tidak sabar untuk merasakannya.
Wok tidak berhenti sampe di situ saja, pisaunya langsung menelusup ke
lengan baju istriku, dan Breett…..daster itu terlepas sempurna dari
tubuh Merry. Dengan sekali sentakan daster itu direnggutkan dari bawah
punggung Merry dan dicampakkan ke lantai. Tinggal lah Merry memakai CD
berwarna biru muda yang menutupi bagian bawah tubuhnya.
Jon yang berada di sisi atas ranjang dekat kedua tangan istriku terikat
lalu nampak melonggarkan sumpalan di mulut istriku. Sebelum kain itu
dilepas, wok sempat mengancam dengan pisaunya supaya istriku tetap diam
dan tidak bergerak. Setelah kain sumpal mulut itu dilepaskan, Merry Cuma
bisa menatap ngeri pada kedua orang itu, yang sudah jelas akan
bertindak tidak menyenangkan pada dirinya.
Wok lalu beringsut ke pinggir tubuh istriku, melepaskan gelungan rambut
Merry sehingga rambutnya tergerai lepas semakin menambah kecantikan dari
istriku itu. Tangan nya mulai dengan meraba raba perut Merry yang datar
itu, mengelus elus pinggang dan pusarnya, membuat Merry hanya bisa
memalingkan wajahnya tak kuasa untuk melawan.
Gerayangan tangan wok terus menuju kearah payudaranya, merasakan begitu
padat dan kenyalnya payudara Merry. Merry yang diperlakukan seperti itu
akhirnya hanya bisa menahan tangisnya, semakin lama usapan tangan wok di
sekitar payudaranya akhirnya membuat tangisnya pecah kembali.
“Sssttt….diam kamu…diam kamu..!!”, hardik wok sambil mencekik leher
Merry. Membuat Merry terhenyak terdiam ketakutan setengah mati. Wok
melepaskan cekikan tangan nya pada leher Merry dan tangannya kembali
menelusur ke bawah melewati leher bahu dan mengusap ketiaknya. Seketika
Merry menggerinjal kegelian, karena aku tau di bagian itulah salah satu
titik tubuhnya yang paling sensitive. Wok juga tampak menyadari hal itu,
dia tampak terpana dengan reaksi kegelian Merry, dia nampak berpikir
sesuatu dan lalu menindih kembali tubuh Merry pada bagian perutnya.
Sebelum bertindak lebih lanjut dia nampak menyuruh Jon melakukan sesuatu
untuknya, tak jelas apa yang diminta karena Jon nampak melangkah keluar
sambil terkekeh kekeh.
“Sekarang saatnya kembali ke urusan kita ya sayang”,seloroh Wok sambil memeluk erat tubuh istriku.
“Kamu katakan dimana kamu menyimpan uang maka ini gak bakal lama akan selesai”,sambungnya.
Istriku cuma terdiam saja melihat wajah lelaki itu.
Jari tangan kiri wok lalu dengan perlahan mengusap payudara kanan Merry,
menikmati kelembutan nya, perlahan mengarah ke ujungnya dan akhirnya
jari telunjuknya mulai memainkan putting susu Merry, mengusap tepat
ujung putingnya, memutar mutar jarinya, membuat putting susu itu
melenting kesana kemari karena sudah mulai mengeras. Merry cuma bisa
menutup mata sambil memalingkan wajahnya,mulutnya terkatup rapat menahan
kelakuan Wok itu, tentunya dia merasa kegelian dengan permainan jari
lelaki itu. Beberapa saat kemudian Merry hanya bisa sesenggukan dan
akhirnya menangis lagi. Air matanya tampak deras mengalir.
“Nangis lagi….nangis lagi”, gertak Wok dengan geram. “Ayo sekarang coba
kalo bisa nangis lagi…Haaa”. Wok tampak dengan cepat memberosotkan
tubuhnya, dengan cepat kedua kakinya mengunci gerakan pinggul Merry,
wajahnya menunduk didekatkan dada Merry, sementara kedua tangannya
tampak mengusap pinggang Merry, bergerak keatas, kesamping payudara dan
akhirnya dengan gemas jari jarinya seakan meraup ketiak Merry.
“Kitik kitik kitik kitik……kitik kitik kitik kitik…ayo nangis lagi
sekarang…hayooo…kitik kitik kitik kitik…ayooo nangis lagi…..kitik kitik
kitik….hehehe”. Wok dengan kurang ajarnya menggelitik ketiak Merry yang
terpentang lebar itu. Merry awalnya masih menangis tetapi sedetik
kemudian seakan tersengat listrik akibat gelitikin Wok itu. Tubuhnya
spontan berontak dengan kuat, tangan nya tampak berusaha keras dengan
liar untuk lepas dari ikatan itu. Tetapi percuma karena ikatan itu
begitu kuatnya. Usahanya hanya untuk menekuk lengan nya saja tidak bisa,
sehingga ketiaknya tetap saja terpentang dengan lebar, membuat leluasa
Wok yang terus menggelitik bawah lengannya.
“Hayoo…mau nangis lagi….kitik kitik kitik
kitik……sllruupp…cup..cupp..muuaahhh”. Tampak wok sambil terus
menggelitik mulutnya sempat mengecup putting susunya, menyedotnya,dan
memainkan lidah kasarnya di puncak putting susunya.
Merry menjadi histeris, tangisnya ternyata tidak mampu menahan ketawa
akibat rasa gelinya itu. Sambil menahan tangis,Merry gak bisa menahan
ketawanya juga.
“Jangaaannnnn…..hoohh….hoohh…hehehehehe……eemmhhhh…
..hehehehe…..Geliiiiii…..iiihhhhh……hehehehehe……”,c uma itu yang
terdengar dari mulut Merry.
Wok dengan terampilnya tetap memainkan jari jarinya itu, seakan menari
nari di lembah ketiak istriku yang harum itu, terkadang tangannya
berpindah ke samping payudara Merry, bergerak ke bawah lagi,jarinya
tetap menari di pinggang Merry, membuatnya berkelojotan bak cacing
kepanasan, kegelian tak tertahankan, tetapi juga tidak berdaya apa apa
karena pinggulnya yang juga seperti didekap dan dipeluk oleh kedua kaki
Wok.
“Katanya mo nangis…ayoo nangis terus….kitik kitik kitik kitik kitik …..
hahahahaha….asyik kan…hayoo…mau apa kamu…kitik kitik kitik kitik…..kitik
kitik kitik kitik”, seloroh Wok menggoda Merry sambil tak henti
hentinya menggelitiki tubuhnya.
Darahku sudah naik keatas kepala rasanya melihat kejadian itu. Aku juga
berusaha berontak tetapi ikatan di kursi ini membuatku tak bisa bergerak
sama sekali, ditambah rasa pusing akibat kebentur di lantai masih
membekas terasa sekali di kepala.
“Muuacchhh..muaacchhh…kitik kitik kitik kitik…..kitik kitik kitik
kitik”,cuma itu yang terus kudengar dari Wok, sementara Merry masih
meronta ronta liar kegelian sambil meracau tak karuan.
Hampir lima menit itu dilakukan Wok kepada Merry, hingga akhirnya
berhenti. “hehehehe…asyik kan”, kata wok melepaskan tangannya dari
ketiak Merry sambil bangun tetapi masih dalam posisi menduduki perut
Merry.
“Pake ini Wok”, seru Jon yang tiba tiba sudah berada di bagian bawah
ranjang. Dan kulihat dia melemparkan pena yang kutahu ada di meja
kerjaku. Pena dengan tinta cair. Terbuat dari perak dan ujungnya
tersimpul helaian bulu burung Elang. Aku tersirap lagi melihatnya….aku
tau yang mau dilakukan mereka. Nafasku semakin memburu melihat gelagat
itu.
Wok nampak dengan gembira memungut pena itu, hanya saja bukan ujungnya
yang akan dia gunakan melainkan bulu elang yang ada di pangkalnya.
Dengan nakal dia memperlihatkan bulu elang itu pada Merry, sambil
digerak gerakkan. Merry nampak melotot matanya membayangkan apa yang
akan terjadi. Tangan wok lalu meraup payudara kanan Merry, siku kanan
nya yang memegang bulu menekuk menahan dada Merry. Pegangan Wok
mengerucut pada bagian atas payudara Merry, membuat bagian atas payudara
itu mencuatkan putingnya yang sudah tegak. Wok tampak menjilat beberapa
kali ujung bulu elang itu, membuatnya tampak runcing, lalu dengan
perlahan sekali menundukkan kepala sambil mendekatkan ujung bulu elang
itu ke ujung putting susu Merry.
“Siap..satu…hehehe..dua…”,Wok benar benar menggoda Merry sebelum
mengerjainya. Membuat Merry langsung memalingkan kepalanya jauh ke
samping. Dan…ujung bulu elang itu dengan perlahan mulai bersentuhan
dengan ujung putting susunya, mengusap usapnya dengan gerakan halus dan
lembut. Membuat Merry bagai tersengat listrik lagi, tubuhnya mengejat
seiring usapan bulu itu pada putingnya.
Dengan terampil Wok menggerakkan pena bulu itu, sengaja membiarkan ujung
bulunya tidak menyentuh lingkaran susunya tetapi hanya mengusap tepat
di ujung putingnya saja, membuat Merry menjerit tertahan histeris.
Gelitikin yang terasa pada ujung putingnya seakan akan terdapat aliran
listrik yang menyengat simpul simpul syarafnya. Tangan nya mengepal
berusaha berontak kembali, lengan nya nampak menegang kuat, bibirnya
terkatup rapat dan matanya terpejam.
Wok tampak sangat menikmati sekali permainan itu, sambil terus mengusap
usapkan bulu itu ke putting susu istriku, sesekali dia melirik reaksi
wajah Merry dan terkekeh kesenangan.
“Hiii..hi…ayoo..aku mau bikin penthil kamu sekeras mungkin sayang…..hehehehe”,seloroh Wok.
Dan perubahan itupun jelas terjadi, setelah beberapa menit berlalu, aku
tidak pernah melihat putting susu istriku mencuat setegak itu, lingkaran
susunya tampak membengkak merah, bintik bintiknya terlihat jelas dan
putingnya mencuat merah hampir setinggi ujung jari kelingking. Kelihatan
keras sekali karena usapan dari bulu itu tidak membuat putting itu
bergerak sama sekali, pertanda bahwa putting itu sangat kaku.
Wok tampak puas melihat hasil kerjanya, setelah meletakkan pena bulu itu
di samping tubuh istriku, tubuhnya kembali mendekap Merry, tangan
kanannya bergerak meraup payudara kiri Merry dan meremas remasnya dengan
kuat.
“Tetek kok montok banget gini sih…heheh”, kelakar Wok yang semakin
membuat aku panas melihatnya. Tanpa diduga mulutnya dengan cepat
mencucup putting kanan yang tadi sudah keliatan menegang sekali
itu,menghisapnya dengan kuat, sampe seluruh lingkaran susu yang memerah
itu tenggelam dalam mulut Wok.
“shlrruupppp……shlruupp..” suara yang ditimbulkan karena sedotan mulutnya
terdengar keras, kecipak lidahnya juga tampak saat melumat putting susu
Merry, membuat Merry terlonjak hingga melengkung tubuhnya ke atas tak
tahan dengan perlakuan Wok, tubuhnya merenggut kesana kemari tetapi tak
kuasa melepaskan pagutan wok dari payudaranya.
Puas melumat putting susu istriku, Wok melepaskan pagutannya. Dia
beringsut turun sambil tangannya masih meremas dan menggerayangi sekujur
tubuh Merry.
“Nikmat bener teteknya tuh Jon”,seloroh Wok pada temannya. Jon tampak biasa aja melihatnya. Wok mengerling kepadaku.
“Kamu suka kan ngeliat istrimu kayak gitu tadi…hehehehe”,lontar wok padaku. Aku cuma memandang wok dengan penuh dendam saat itu.
Wok tak perduli dengan pandanganku, dia tampak masih terpikat dan
bernafsu mengerjai istriku yang nampak masih terngah engah nafasnya. Dia
lalu mengambil posisi di samping tubuh Merry,mengerling nakal pada
istriku yang sudah mulai kelelahan itu.
“Penthil mu emang bikin nafsu banget sayang”,seloroh Wok sambil semakin
mendekat ke Merry. Dua jari telunjuknya digerak gerakkan nakal depan
wajah istriku. Dan seketika itu juga dua jari telunjuknya dimainkan di
kedua putting susu Merry secara bersamaan. Telunjuknya bergetar
cepat,menggelitik putting susu yang masih menegang itu. Merry sampai
terhentak nafasnya, matanya terpejam dan terdongak keatas. Sentilan
cepat dari telunjuk wok membuat putting susu istriku melenting kian
kemari dimainkan olehnya. Lalu wok mendekatkan wajahnya ke ketiak Merry,
mengendus endus keharuman tubuhnya sambil masih terus memainkan putting
susu itu tanpa henti.
“Ketiak yang harum….enaknya emang buat dikitikin neh”,kata wok nakal pada istriku.
Mendengarnya istriku cuma bisa menggeleng gelengkan kepalanya,dia sudah
kelelahan akibat terkuras tenaganya sewaktu berontak tadi. Tetapi
kayaknya wok masih belum puas mengerjai istriku lagi. Cukup lama dia
memainkan putting susu istriku seperti itu, akhirnya dia beringsut agak
ke bawah dengan posisi masih di samping Merry,tanpa diduga kedua tangan
nya kembali meraup ketiak Merry secara bersamaan. Memainkan jari jarinya
tetapi dengan lebih brutal,jari jarinya bergerak cepat sekali
menggelitik kedua ketiak Merry tepat di tengah nya, membuat Merry malah
seakan terbungkam,tak kuasa mengelak,tubuhnya hanya menggeliat geliat
kegelian yang makin membuat wok bernafsu menggelitikinya. Merry hanya
bisa berusaha menjauhkan ketiaknya dari jangkauan tangan wok,
memiringkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri, berusaha keras mengatupkan
lengannya, tetapi hal yang sia sia saja, kedua lengannya tetap terentang
dengan kuatnya ke samping, membuka ketiaknya lebar lebar, memberi
kebebasan pada lelaki itu untuk memainkan jari jarinya disana.
Dan seloroh godaan yang membuat aku makin muak itu terdengar lagi.
“kitik kitik kitik kitik…..kitik kitik kitik kitik ……kitik kitik kitik kitik…”. Kali ini tanpa henti dia menggelitiki istriku.
Hampir 10 menit itu berlalu, dan aku tidak bisa lagi membedakan suara
Merry antara tertawa dan menangis, yang ada hanya rontaan tubuhnya yang
makin lama makin lemah seiring dengan terkurasnya tenaga dia. Tubuh
istriku tampak sudah mengkilap bermandi keringat, rambutnya nampek
lengket lengket di kening dan lehernya.
Akupun sudah tertunduk lesu pasrah dengan yang sudah terjadi.
Pada saat itu akhirnya wok menghentikan gelitikannya. Dengan menyedot
keras putting susu istriku, dia lalu bangun dan beringsut ke dekat
jendela,tampak puas dengan permainannya tadi. Aku menoleh dan baru sadar
kalo si pimpinan ternyata bersandar di pintu kamar tersenyum melihat
tingkah laku anak buahnya.
Si komandan lalu tampak mendekat ke anak buahnya, berbicara sesuatu yang
aku tidak bisa mendengarnya. Lalu wok keluar dari kamar entah menuju
kemana. Jon tampak mendekati istriku dengan perlahan, ternyata dia
kembali menyumpal mulut Merry dengan sapu tangan dan mengikatnya hingga
ke belakang kepala Merry. Istriku nampak melotot saja sambil terus
mengawasi pergerakan kedua lelaki itu. Setelah Jon mengikat sapu tangan
itu ke mulut Merry, tangannya mulai menggerayang ke tubuh istriku,
pandangan nya nampak terpaku pada payudara istriku yang masih nampak
bercak bercak kemerahan bekas dimainkan si Wok tadi. Sesekali dia
meremas lembut payudara itu, memainkan putingnya dan mengecupnya
beberapa kali. Merry masih terdiam saja dengan perlakuan itu. Tangan Jon
kemudian bergerak ke bawah, menelusup ke CD istriku. Merry nampak
berusaha menggerakkan pinggulnya dengan maksud menghindari tangannya,
namun tangan Jon telah menelusup ke dalam CD nya dan dengan sekali
sentak memelorotkan kain biru segitiga itu dengan mudahnya ke bawah,
menariknya kasar hingga robek dari selangkangan istriku. Merry nampak
menjerit tertahan, aku dengan jelas melihat kemaluan istriku sendiri.
Rambutnya yang nampak cukup lebat namun rapi dan gundukan kemaluan yang
nampak sangat menggairahkan. Jon lalu mengusap ngusap permukaan vagina
Merry yang mulai mengerang tidak jelas karena tersumpal mulutnya. Jari
Jon nampak sesekali hendak dimasukkan ke dalam tetapi tidak jadi,
kembali mengusap ngusap bagian permukaannya saja, sementara tangan
kanannya masih asyik meremas remas payudara Merry.
Dan saat itu juga nampak Wok kembali masuk kamar, melangkah dengan cepat
dan membawa sesuatu yang membikin aku tambah lemas, sebuah kemoceng…
Tanpa menunggu lama Wok mendekati ranjang, sambil duduk di pinggiran
ranjang, dia langsung mengusapkan kemoceng bulu itu ke dada Merry yang
seketika itu juga tersentak kaget. Aku sudah panas kembali melihatnya.
Kelakuan Wok ini memang benar benar keterlaluan, karena dia sengaja
ingin mempermainkan istriku, mengerjai istriku dengan memanfaatkan tubuh
istriku yang memang tidak tahan geli itu. Kemoceng itu diusapkan dengan
gerakan cepat, mengusap permukaan kedua payudara Merry, menggelitik
putting susunya , kemudian mengarah ke samping payudara nya, mengarah ke
ketiak Merry, memutar mutar kepala kemoceng itu di ketiak Merry,
kemudian turun ke pinggang, perut dan pusarnya juga tak luput dari
gelitikan kemoceng itu. Benar benar membuat Merry seakan mati kutu, kali
ini tertawanya tampak lepas cuma tertahan oleh sumpalan di mulutnya.
Yang terdengar olehku hanyalah ketawa dan jeritan histerisnya. Mata
Merry nampak terbeliak ke atas, yang bisa dilakukan hanyalah meronta,
tertawa dan tertawa kegelian. Aku juga tahu bahwa Merry merasa sudah
tidak punya harapan untuk bisa lepas lagi, yang dia inginkan hanyalah
orang itu menghentikan gelitikannya saja.
Beberapa saat kemudian nampak Merry menjerit keras, kedua kakinya
menendang nendang sekenanya. Baru aku sadar bahwa komandan itu rupanya
tengah menggelitiki telapak kakinya. Tanpa kesulitan dia melakukan itu
karena kedua pergelangan kaki Merry terikat erat ke besi ranjang, apapun
yang dilakukan Merry tidak bisa menghindarkan telapak kakinya dari
sentuhan jari jari komandan itu. Dan seketika itu juga tampak Wok
melepaskan kemocengnya tetapi berganti menangkap pinggul Merry, kemudian
nampak dia membuka lebar paha merry dan duduk di tengahnya, kedua kaki
Wok diletakkan di bawah paha Merry sehingga pinggul Merry terganjal oleh
paha Wok. Dengan tak diduga wok kembali memungut pena bulu elang itu.
Tangan kirinya nampak menguak vagina Merry, melebarkan celah kemaluan
itu dan tangan kanan nya nampak mulai mengusapkan bulu itu ke celah
vagina istriku….memutar mutarnya, dan sesekali mengusap selangkangan
Merry. Jon yang masih berada di pinggir ranjang memanfaat kan kesempatan
itu untuk memagut payudara Merry, menghisap hisap putingnya, memainkan
lidahnya di putting susu Merry sambil memeluk erat istriku, lalu tangan
nya tampak gemas meraih ketiak Merry dan menggelitiknya bersamaan dengan
menghisap putingnya.
Kini yang kulihat berubah menjadi mengerikan, pemandangan di depanku
berubah menjadi suatu siksaan bagi Merry. Telapak kakinya nampak
mengejang digelitiki komandan, pinggulnya berontak berusaha menghindari
sapuan bulu di vaginanya, putting susunya dihisap dengan kuat oleh mulut
Jon, sementara ketiaknya menjadi mainan bagi jari jari Jon.
Merry hanya bisa menggeleng gelengkan kepala dengan meracau yang tidak
jelas. Sementara yang terdengar hanya suara suara godaan dan seloroh
nakal dari para lelaki itu, suara suara godaan kitikan dari mulut
mereka, suara kecupan dan sedotan di payudara istriku.
Aku sudah tak tahan lagi….
Dengan sekuat tenaga aku memberontak dan membuat kursiku terguling. Mereka spontan berhenti semua.
“Mau apa kamu heee!!”, bentak mereka
Sambil meludah ludah menahan emosi dan pedih di kepala, aku berusaha bicara.
“Brankas ada di ruang sebelah….kuncinya 3366”, kataku sambil terengah engah.
“Tapi demi Tuhan lepaskan istriku…!!!”, teriakku
“Hehehehe…..akhirnya menyerah juga”, tawa mereka.
Akhirnya komandan itu berlalu ke sebelah. Nampak Jon bangkit dan
mengemasi beberapa barang berharga yang ada di kamar ku. HP dan sedikit
uang cash yang ada di lemari tampak dia masukkan kedalam tas nya.
Cuma Wok yang nampaknya belum mau mengakhiri permainan nya dengan
istriku. Dengan cepat nampak dia malah melepas celananya sendiri dan
telanjang, membuka kacamata hitamnya dan topinya.
“Mau apa kamu….kurang ajar..!!!”, bentak ku yang sudah tau gelagatnya bahwa dia mau memperkosa merry sekarang.
“Apa pedulimu?? Mau gua entot istrimu…..emang kenapa??!!” sergahnya tidak kalah kasar.
Jon malah mendekatiku dan menyumpal mulutku kembali, tapi dia juga
menggulingkan kursiku ke belakang, membuat aku tertekuk ke dinding,
sakitnya di punggung bukan main. Tetapi aku masih melihat dengan jelas
Wok yang nampak mendekati Merry. Istriku mulai menjerit jerit tetapi tak
berdaya ketika Wok dengan bebas dan kuatnya mengangkangkan paha
istriku.
Pedih sekali melihatnya…
Hancur aku melihatnya
Dan aku hanya bisa menangis
Berikutnya aku cuma bisa sekelebat melihat jeritan Merry dan Wok yang
nampak dengan gerakan memompa dan mengayun pinggulnya, tanda bahwa
penisnya sudah masuk ke kemaluan istriku. Gerakan itu makin lama makin
cepat. Dan Wok nampak sangat menikmati jepitan vagina merry. Mulutnya
sampe mendesis desis kenikmatan. Sementara ranjang sampe dibuat berderak
oleh saking kuatnya gerakan memompa Wok di vagina istriku.
Aku perhatikan Wok dengan seksama……tiba tiba berbagai macam kelebatan
bayangan berkecamuk di pikiranku. Iya betul…..kayaknya aku mengenal
orang itu, orang yang selama ini aku tau pernah menjadi tukang parkir di
kantorku. Iya betul….tidak salah lagi. Orang yang kadang membukakan
pintu mobilku, mengarahkan parkir mobilku dan membukakan pintu buat
istriku apabila sedang mampir ke kantorku.
Tidak salah lagi….orang itu yang punya warung di dekat jalan kantorku.
Pikiranku langsung hilang seiring dengan teriakan Wok yang cukup keras
“Hoohhh…hoohhh…hoohhh..ampuuun..enaknya sayang…..OOOhhhh”,dan dengan
mengejan nampak Wok memuncratkan spermanya ke dalam vagina istriku. Dan
Merry nampak langsung terkulai dengan lemasnya.
“Ayoooo…keluar sekarang”, teriakan komandan yang sudah memanggul karung yang jelas berisi uang dari brankas.
“terima kasih yha….”, bilang komandan pada aku
Dan komandan nampak menghampiri merry, dengan sekali sentak saja dengan
pisau, diputusnya kedua ikatan di tangan Merry. Wok nampak memakai
celananya kembali dan ngeloyor keluar sambil sempat mengerling dengan
bengis kepadaku yang aku balas dengan mata melotot juga walau masih
dalam posisi tertekuk dan terikat di kursi.
Mereka pergi…iya betul…mereka benar benar pergi.
Aku coba memanggil manggil merry yang masih lemas sekali kelihatannya.
Baru sekitar 10 menit dia tampak bergerak, dengan lesu dan terdiam dia
melepas ikatan kakinya. Sambil menangis lalu menghampiri aku, melepaskan
ikatanku dengan kondisinya yang masih telanjang itu, setelah lepas aku
langsung memeluknya erat. Menciuminya dan mengelus rambutnya, mencoba
menenangkan dirinya.
SKIP……..
Kejadian itu sudah berlalu dan jadi momok bagi kami. Istriku masih shock
berat. Sementara aku juga masih teringat jelas kejadian itu, teringat
dengan Wok..orang yang paling kubenci dan aku mendendam sekali sama dia.
Laporan ke Polisi sama sekali kuacuhkan, aku malah mengumpulkan para
anak buah kepercayaanku, tanpa bercerita aku minta mereka mencari
keberadaan Wok. Setelah beberapa hari kabar baik kuterima dari anak
buahku. Keberadaan Wok ditemukan. Kusuruh mereka menguntit dan mengambil
foto dari tempat tinggalnya.
Setelah aku dapat beberapa gambarnya, aku yakin dengan 100% bahwa itu
memang si bandot kurang ajar yang memainkan istriku. Beberapa foto
keluarganya juga kudapatkan dari anak buahku, dan foto yang membuat aku
mempunyai beberapa rencana adalah….foto istrinya.
HHmmmm…….
Sebuah rencana langsung kususun, beberapa saat kemudian aku menelpon
beberapa orang anak buahku. Selesai itu aku termangu sendiri.
Sreekk….kubuka laci dan aku keluarkan sebuah kuas, pena bulu elangku dan
aku pandang kemoceng yang tergeletak di meja kerjaku. Aku ambil kuas
bulu itu, aku mainkan di tanganku sambil memandang foto perempuan
itu……..sebuah alur rencana langsung terpikir di bawah otakku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar