Tahun 2014 di bulan Januari, tak terasa sudah 3 tahun pernikahanku
dengan Merry, teman satu kampus di Jakarta satu jurusan. Perempuan
keturunan Tiong Hoa yang sekarang sudah berusia 31 tahun, lebih muda 3
tahun dari aku sendiri. Semenjak lulus Master dalam bidang manajemen,
rutinitas pekerjaan telah menunda akan kehadiran anak.
Untung saja hal itu ternyata tidak mengganggu keharmonisan dalam
keluargaku. Kita saling mengerti dan memahami akan kesibukan masing
masing dan tetap menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan hubungan
intim. Di kota Bandung ini kehidupanku dengan Merry terbilang sudah
mapan. Rumah berlantai dua di perumahan tergolong elit, mobil dua buah
yang masing masing digunakan oleh Merry dan aku sendiri juga tampak
menghiasi garasi rumah tersebut. Pekerjaan dan jabatan yang cukup tinggi
antara aku seimbang dengan pekerjaan Merry sebagai office manager di
sebuah perusahaan advertising ternama.
Di usianya yang sudah kepala tiga, kecantikan Merry memang masih sangat
terjaga. Sebagai idola di masa kuliah dulu, Merry memang terkenal karena
kecantikan dan wajah khas nya sebagai keturunan bangsa timur. Kulit
putihnya tetap halus dan mulus terawat. Keindahan tubuhnya tetap tidak
berubah seperti semasa aku sekuat tenaga mengejar untuk mendapatkan
hatinya di masa kuliah.
Akhirnya keharmonisan dan ketenangan dalam rumah tanggaku terdobrak
dengan kejadian luar biasa yang menimpaku dan Merry di awal tahun ini.
Sebuah kejadian yang benar benar membuat aku sebagai suami meradang
amarah dan dendam serta menjadi sebuah bencana besar bagi Merry istriku.
Kejadian ini dimulai pada saat aku dan Merry kembali ke rumah setelah
makan malam bersama di suatu akhir pekan yang berhiaskan hujan lebat di
Bandung. Pukul sepuluh malam tepat aku memarkirkan BMW 320i hitamku di
garasi rumah. Cuaca yang tidak mendukung membuat aku dan Merry enggan
menghabiskan malam di luar rumah. Lagipula di malam itu Merry sudah
mengisyaratkan keinginan untuk melewatkan malam dengan berduaan saja di
rumah. Setelah keluar dari mobil dan masuk ke dalam ruang tengah, Merry
nampak segera bergegas ke kamar untuk berganti pakaian, sementara aku
menghenyakkan tubuhku ke sofa dan menonton acara komedi yang ada tiap
hari itu, cukup menghibur juga. Beberapa menit kemudian nampak Merry
keluar kamar sambil menggelung rambut panjangnya ke atas sambil
merapikan dasternya, terlihat kemolekan dan keindahan tubuhnya yang
sangat sempurna bagiku saat itu.
“Aku mandi dulu ya mas” bilangnya sambil merapikan daster mandinya yang
berwarna ungu itu. Keseksian tingkahnya yang menggemaskan pertanda bahwa
malam ini Merry menginginkan adanya hubungan intim yang istimewa.
Aku mengangguk saja sambil mengawasi Merry ngeloyor ke kamar mandi tanpa
berusaha menutupi bagian depan dasternya yang belum dikancingkan.
Beberapa menit kemudian sudah terdengar shower air yang mengisi bathtub
di kamar mandi kami. Akupun beranjak ke kamar untuk sekedar berbaring
dan membayangkan kegiatan malam ini. Sambil menunggu di kamar tidur
kulewatkan waktu sambil mendengarkan alunan piano Richard Clayderman
yang terdengar merdu di dalam kamar. Tak berapa lama kemudian Merry dah
masuk mengikuti aku ke kamar tidur. Bau wangi harum tubuhnya sangat
menggairahkan malam itu. Dia pun lalu merebahkan tubuh moleknya di
sampingku, merapatkan ke tubuhku seperti mencari kehangatan. Akupun
memeluk dan mencium kening perempuan yang sangat kucintai ini.
Senyumannya yang memabukkan itu segera membuat nafsuku membara. Merry
pun sudah bergairah juga kayaknya, dengan perlahan dia beringsut ke atas
tubuhku yang masih memakai piyama lengkap. Sambil memainkan kancing
bajuku dia menundukkan wajahnya, mendesak hidungku dan akupun seketika
itu juga merasakan kehangatan dari tubuhnya, payudaranya yang masih
terbungkus daster ungunya terasa hangat menghimpit dadaku. Segera kami
larut dalam cumbuan yang begitu mesra saat itu.
“Kreek….kreekk…krosak..krosak”, suara yang terdengar cukup keras dari
ruang tengah itu langsung membuat kami tersadar dari pemanasan. “Apa itu
mas?”,bisik Merry sambil turun dari tempat tidur, merapikan bajunya dan
menggelung rambutnya.
“Tunggu aja di sini ma”, jawabku sambil ikut turun menengok ruang tengah
yg kebetulan masih terang karena lampu besar yang masih menyala itu.
Perlahan aku mengitari ruang tengah, kosong,tv yang masih menyala dengan
suara perlahan tak matikan. Menuju ruang tamu yang sudah gelap.
“Ctek..”,saklar lampu kunyalakan, melihat sekeliling,gak ada apa apa.
Pada saat berbalik, “DEG…”,pintu samping menuju garasi ternyata terbuka
sedikit. Ternyata lupa tidak dikunci sewaktu aku pulang tadi. Perasaan
khawatir mulai menghinggapi diriku, segera ku tutup pintu itu dan
sekaligus saya kunci. Tiba tiba “Pettt…”,lampu tengah mati dengan
sendirinya, begitu juga lampu kamar,ruang makan, dapur dan ternyata
semua lampu di rumahku mati. “Sialan..siapa ini yang berbuat?” pikirku
sambil gelapgapan mencari senter dan korek api.
“Mas….Mas…”terdengar suara Merry memanggil manggil dari dalam kamar.
“Bentar ma…nyari senter”,jawabku sambil terus mencari posisi lemari cabinet yang ada di dekat pintu samping.
Gludukk…gludukk…krosakk…..
Terdengar suara gaduh yang entah dari mana asalnya. “Maassss…..Maasss….Mmaahhppp…MMhmp…hmmppp..” terdengar kayak suara Merry.
“Maa…kenapa kamu?” teriakku sambil secepat mungkin bergegas kembali ke kamar tidur ku yang gelap.
“Dukkk…Deepp….Buukk..Buukk..” terasa sebuah hantaman keras dan telak
menghajar pelipisku,perut dan dengan telaknya menghantam terakhir daguku
yang membuat aku langsung terhuyung ke samping. Terakhir yang kuingat
adalah benturan kepalaku dengan kerasnya keramik lantai kamar ku.
Seketika mataku berkunang kunang, pedih terasa di pelipis dan tulang
igaku terasa sakit sekali. Sebelum aku sempat berbuat banyak, sepasang
tangan kekar telah menyaut bahuku, memaksa mendudukkan aku, kemudian
tanpa bias berbuat banyak, tangan itu menyeret aku masuk ke dalam kamar.
“Sudah pingsan kayaknya”, kata itu yang pertama kali kudengar
berikutnya. Suara berat dari seorang laki laki yang aku tidak tau siapa.
“Ikat dia kuat kuat”,suara lain terdengar gak dekat dari posisiku
terduduk dekarang.
Dalam hitungan detik saja, terasa kedua tanganku ditelikung ke belakang
dan sepasang tangan yang lain dengan sigap mengikat tanganku dengan tali
ke sebuah kursi. Tak sampai satu menit berikutnya aku sudah tidak bias
menggerakkan tangan maupun kaki ku lagi karena terikat dengan begitu
eratnya di kursi. Sreettt….sreettt…..suara robekan dan berikutnya sebuah
lakban hitam begitu kerasnya membungkam mulutku sampai ke pipi ku.
“ctek..”lampu kamar tiba tiba menyala. “ Aaahhhhhh….Ahhhhhhh..”jeritan
Merry begitu kuat dari samping pojok kamar membuat aku terperanjat
sambil menahan pusing dan perih di kepalaku. Dan yang langsung kulihat
adalah tiga orang laki laki berperawakan besar dan kekar telah bersama
di kamarku sekarang. Dan Merry tampak sedang melawan lelaki ketiga yang
berusaha meringkusnya,memojokkan ke sudut kamar dan menekap mulutnya.
Seorang lagi langsung menghampiri dan ikut membantu meringkus istriku
yang masih liar melawan sambil menendang nendang. Aku tidak bisa berbuat
apa apa melihat kejadian itu.
“Diam..!!Diam….!! Mau kubunuh kamu!!”, hardik seorang lelaki sambil
menodongkan sebilah pisau ke leher Merry. “Toloooongg..!!”teriak Merry
yang akhirnya dihenyakkan dengan paksa tengkurap di lantai. Sebuah sapu
tangan tampak disumpalkan ke mulut istriku dan di ikat kan ke belakang
kepalanya, sementara kedua tangan dan kakinya tampak sedang di ikat
dengan tali berwarna merah,perlawanan nya tampaknya sia sia karena harus
berhadapan dengan tiga orang lelaki sekaligus yang terlihat begitu kuat
badannya.
Berikutnya yang terlihat adalah diriku yang terikat erat di kursi tak
berdaya dan Merry istriku yang meringkuk di lantai sambil menangis
sesenggukan dengan mulut tersumpal, tangan terikat ke belakang dan kedua
kaki terikat di betisnya.
Perlahan aku mulai menemukan kesadaran diriku sendiri dan mulai jelas
melihat kondisi yang sedang terjadi, jelas mereka bertiga sedang
merampok rumah kami dan sekarang sudah berhasil melumpuhkan aku dan
istriku.
“Cari barangnya wok..”,perintah seorang dari mereka. Yang dipanggil wok
segera mengobrak abrik kamar kami, mencari barang berharga,sementara
seorang lagi mengintip keluar kamar dari jendela, mengamati situasi dan
pimpinan mereka kayaknya tengah menghunus pisau tepat di samping
kepalaku. “Berharap saja uangnya ketemu dan ini segera berakhir
boss”,bilangnya dengan dingin kepadaku. “Dan tidak ada yang akan
terluka”.
Wok tampak masih mengobrak abrik lemari,mencari uang yang mereka kira
ada di dalam lemari padahal bukan disitu kami menyimpan uang dan barang
berharga kami lainnya. Brankas malah ada di ruang kerjaku di sebelah
dapur. Tapi itu tentu saja tidak diketahui oleh mereka.
“Gak ketemu ndan..”, kata Wok
“kamu yang bener nyarinya” bentak komandan nya
“Bener gak ada disini ndan”, jawab Wok
“Brakkkkk….!!”, tendangan keras ke kursi ku mebuat aku terhuyung
“Dimana kamu simpan uang itu..Haa!!”, bentaknya sambil mendekatkan pisaunya ke leherku.
Aku cuma menggeleng saja….sambil melirik istriku yang makin ketakutan dengan ulah mereka.
“Jawab!!!...Bego kamu”. “Plakk…”, tamparan keras mengenai pipiku membuat
perih dan mata berkunang kunang, tetapi aku juga tidak memberi jawaban.
“Ndan….ada yang lewat” kata orang yang berjaga di jendela
“Siapa Jon..??”, jawab si komandan
“Gak tau….tetangga mungkin balik ke rumah”, balas Jon sambil terus mengintai keluar jendela.
“Kamu jangan main main yha sama aku”,desis komandan sambil menempelkan
pisaunya lebih ketat ke leherku, membuat darahku berdesir merasakan mata
pisau yang dingin menempel di kulit leherku.
“Sekarang kamu kasih tau dimana uang kamu”, kata si komandan. Sementara wok bergerak menghampiri Merry.
“Mungkin istrinya tahu ndan..” kata Wok
Komandan tampak berpikir sejenak, melirik Merry dan kemudian menatap aku berhgantian.
“Coba tanya istrinya..!!” desis komandan pada akhirnya.
“Sreet…”, Wok tampak menghunus pisaunya dan mendekati Merry yang meringkuk ketakutan.
“Sebaiknya kita dapat kabar bagus dari nyonya…hehe”,kata si Wok pada Merry
“Kasih tau dimana kamu nyimpan uangmu nyonya cantik’, sambil mengancam wajah Merry dengan pisau belati mengkilapnya.
“Hmmppff…”, Merry keliatan tidak mau menjawab dan malah menangis lagi dengan lebih keras.
“Diam kamu..!! Diam…!! Bodoh”, hardik Wok yang tampaknya makin marah melihat istriku menangis dan membuat suara gaduh.
Dengan kasarnya istriku dibalikkan dan Wok menghunus pisaunya dekat
wajah Merry. Dan inilah awal dari malapetaka selanjutnya, karena begitu
tubuh Merry dibalikkan maka bagian dasternya yang tersingkap tampak
menampilkan belahan dan bagian atas dari payudaranya yang jelas membuat
wok terkesima dengan pemandangan itu. Jon pun yang bertugas mengintai
keluar akhirnya malah memandang dengan takjub pada pemandangan itu,
pemandangan dada istriku yang tampak hidup naik turun seiring nafasnya
dan mencoba bertahan untuk tidak menangis.
“Weeiiittss….mantab juga neh nyonya”, wok yang sambil menghunus pisau keliatan sekali sangat menikmati pemandangan istriku itu.
“Ndan….ndan…”,panggil wok sambil menatap komandan lalu matanya mengerling ke istriku yang masih menangis itu.
Komandan lalu menghampirinya, berjongkok dekat istriku yang ketakutan.
Tangan nya tampak mengelus wajah istriku. “Jangan sampai kami berbuat
kasar sama Nyonya, lebih baik nyonya bekerjasama dengan kita yha”,
bilang komandan sambil terus mengusap wajah,pipi dan leher istriku.
Darahku mulai tersirap dengan apa yang mereka lakukan pada istriku itu.
“Dadanya ndan…..teteknya putih banget ndan”, seloroh wok yang langsung
membuat aku berontak keras, menghentakkan kaki kursi tempatku di ikat
ini.
“Duukkk….Plakkk”, tendangan dan tamparan keras dilancarkan si Jon yang
beranjak dari jendela berjalan ke arahku, membuat iga ku serasa remuk
dan hanya bisa tertunduk. Sementara Jon bergabung dengan dua temannya di
pojok yang sedang mengerubuti istriku. “Jangan macam macam kamu!!”,
cuma itu yang dia bilang sambil berlalu melewatiku.
Sekarang ketiganya tampak mengerubuti istriku, dan aku yakin pasti mereka mempunyai niat buruk pada Merry.
“MMMhhppppp…..mhhpppp”, suara Merry yang terbungkam, rupanya dia tidak
menangis lagi, tampak dari posisiku dia meronta ronta seakan hendak
melawan, ketika komandan berdiri, ternyata terlihat dengan kurangajarnya
tangan Wok menelusup ke balik daster Merry,sementara tangan satunya
menahan tubuh Merry supaya tetap telentang. Aku marah bukan main tetapi
juga tidak bisa berbuat apa apa melihat kejadian itu. Tampak tangan kiri
wok meremas remas payudara kanan Merry,sekarang posisinya malah juga
menindih Merry, kakinya mengunci gerakan pinggul Merry sehingga tangan
nya bebas menggerayangi payudaranya.
“Haluuss dan kenyal banget neh tetek…”, seloroh Wok yang semakin bergairah
Remasan itu kadang diselingi dengan memilin milin puting susu Merry yang
memang sudah tidak mengenakan BH dibalik dasternya, pilinan itu membuat
tubuh Merry menggerinjal sampe melengkung keatas, membusungkan dadanya
berusaha menghindari gerayangan tangan Wok dan meronta kiri kanan,
tetapi hal itu percuma saja karena posisi tubuhnya yang ditindih Wok
seakan terkunci dan tidak bisa bergerak banyak.
“heee….heeee….mending kamu menikmati saja montok”, sergah Wok seakan mengejek.
“Sreett…”, daster yang dipakai Merry disibak dengan kasar ke kiri,
menampakkan payudara kanan nya yang tampak putih membusung,begitu
mulusnya payudara istriku terlihat kontras dengan tangan Wok yang hitam
itu. Masih memegangi daster istriku supaya tetap terbuka, Wok tampak
terpana melihat pemandangan dibawahnya. Putting susu istriku yang tampak
begitu mencuat itu bagaikan sebuah buah anggur ranum diatas buah melon
yang begitu bulat. Putting berwarna kecoklatan itu terlihat bergerak
naik turun seiring nafasnya, lingkaran susu di sekitar putingnya seakan
membengkak kontras dengan kulit payudaranya yang putih mulus bagai
lilin.
“Hiii…hiii..hiii…,Mama…mama…aku mimik cucu donk”,seloroh Wok yang dengan
kurang ajarnya matanya melotot melihat putting susu Merry. Mulutnya
mulai mendekat sambil berbentuk monyong monyong ke dada istriku.
“cuupp…cuppp…mmuuahhh”,goda Wok dengan kurang ajarnya memonyongkan bibirnya.
Istriku langsung berontak lagi dengan keras dan berhasil membuat tubuhnya tengkurap kembali.
“Hadooohh….nih nyonya bandel amat sih”, gerutu Wok karena pegangan nya
terlepas. Dengan sekenanya dia berusaha membalikkan tubuh Merry yang
sedang berontak dengan liar. Bagian manapun dari Merry berusaha dia
kunci kembali, tangan nya akhirnya berhasil menekan pinggang dan dada
istriku, dengan spontan tangan Wok mengunci bahu istriku dan
menelikungnya, lalu dengan sekenanya dia menggelitik ketiak Merry,
menggelitik perut dan pinggangnya yang membuat Merry menggerinjal
gerinjal kegelian. “Hayooo….hayooo…rasakan…”,sergah Wok yang masih
menggelitiki bagian samping payudaranya sambil menekan tubuhnya ke
lantai.
“Breettt…”,Jon tampak sibuk menyimpulkan sebuah tali di ujung ranjang
kami. “Bawa ke atas aja wok daridapa main di lantai”, bilangnya sambil
beranjak ke ranjang bawah dan mulai menyimpulkan sebuah tali juga.
Komandan akhirnya menghampiri wok dan lalu mereka berdua membopong tubuh
Merry yang meronta ronta ke atas ranjang. Ikatan tali di pergelangan
tangan istriku dilepas mereka tetapi seketika itu juga kedua tangan
istriku direntangkan kuat ke samping ujung ranjang oleh Jon dan Wok.
Komandan tampak berusaha mengatasi Merry yang meronta dengan cara
menindih tubuhnya telentang, sementara Wok dan Jon masing masing
berusaha mengikat tangan istriku ke ujung ranjang. Dua menit berlalu
akhirnya kedua tangan Merry berhasil di ikat dengan kuatnya ke ujung
ranjang dalam posisi terentang. Komandan lalu menggelosor ke bawah,
melepaskan ikatan di kaki Merry sementara Wok dan Jon bersiap dengan
memegangi pergelangan kaki Merry. Hal yang sama mereka lakukan dan
beberapa saat kemudian yang tampak terlihat adalah istriku Merry yang
terbaring telentang dengan posisi seperti huruf X di ranjang, kedua
tangan dan kakinya masing masing terikat dengan kuatnya ke sudut sudut
ranjang. Sungguh suatu pemandangan yang mengerikan buatku tetapi
sepertinya itu membuat mereka bertiga sangat kesenangan. Merry dengan
mulut masih tersumpal tampak terengah engah dalam bernafas mengatasi
kondisi yang terjadi padanya. Yang bisa dilakukan hanya menggeleng
gelengkan kepala karena kedua tangannya tertarik dengan begitu kuatnya
oleh ikatan itu, tak sedikitpun dia bisa menggerakkan ataupun menekuk
lengannya, hal ini membuat dadanya selalu tampak membusung dan naik
turun seiring nafasnya.
Si komandan rupanya tidak begitu berminat dengan kondisi demikian,
karena dia tampak ngeloyor melewatiku dan keluar kamar. Rupanya bagi dia
uang dalam jumlah besar adalah yang utama baginya. Beda dengan Wok dan
Jon yang rupanya sudah dikuasai nafsu melihat posisi istriku terlentang
tak berdaya. Wok tampak perlahan mendekati bagian bawah ranjang, lalu
dengan perlahan pula tubuhnya mulai menindih tubuh Merry yang tampak
meronta dan meregangkan tubuhnya mencoba untuk menghindar. Tetapi
percuma karena posisi kaki Wok sekarang sudah mengunci pinggulnya. Kedua
tangannya mulai menggerayangi perut Merry, bergerak keatas, merasakan
dada yang membusung begitu kenyal di genggaman jari jarinya. Akhirnya
kancing daster istriku mulai dibuka satu persatu. Setelah kancing itu
terbuka semua, tangan Wok menyibak sisi sisi daster itu ke samping kiri
dan kanan. Pemandangan yang nampak berikutnya membuat mereka berdua
menelan ludah masing masing. Tubuh Merry yang setengah tertindih
menampakkan perut yang sedikit gemuk tetapi sangat menggairahkan,
pusarnya nampak jelas di tengah tengah kulit perutnya yang sangat mulus
itu. Sepasang payudara yang sangat montok tampak tegak menantang untuk
segera dimainkan, dengan sepasang putting susu kecoklatan yang mulai
keliatan tegak mengacung sangat menggemaskan untuk segera dinikmati.
Leher jenjang nya sangat menggairahkan untuk segera dicium. Sedangkan
lengan nya tampak begitu bulat montok terpentang ke sisi kiri kanan
ranjang, menampakkan lembah ketiak yang begitu mulus dan membuat dua
lelaki itu tidak sabar untuk merasakannya.
Wok tidak berhenti sampe di situ saja, pisaunya langsung menelusup ke
lengan baju istriku, dan Breett…..daster itu terlepas sempurna dari
tubuh Merry. Dengan sekali sentakan daster itu direnggutkan dari bawah
punggung Merry dan dicampakkan ke lantai. Tinggal lah Merry memakai CD
berwarna biru muda yang menutupi bagian bawah tubuhnya.
Jon yang berada di sisi atas ranjang dekat kedua tangan istriku terikat
lalu nampak melonggarkan sumpalan di mulut istriku. Sebelum kain itu
dilepas, wok sempat mengancam dengan pisaunya supaya istriku tetap diam
dan tidak bergerak. Setelah kain sumpal mulut itu dilepaskan, Merry Cuma
bisa menatap ngeri pada kedua orang itu, yang sudah jelas akan
bertindak tidak menyenangkan pada dirinya.
Wok lalu beringsut ke pinggir tubuh istriku, melepaskan gelungan rambut
Merry sehingga rambutnya tergerai lepas semakin menambah kecantikan dari
istriku itu. Tangan nya mulai dengan meraba raba perut Merry yang datar
itu, mengelus elus pinggang dan pusarnya, membuat Merry hanya bisa
memalingkan wajahnya tak kuasa untuk melawan.
Gerayangan tangan wok terus menuju kearah payudaranya, merasakan begitu
padat dan kenyalnya payudara Merry. Merry yang diperlakukan seperti itu
akhirnya hanya bisa menahan tangisnya, semakin lama usapan tangan wok di
sekitar payudaranya akhirnya membuat tangisnya pecah kembali.
“Sssttt….diam kamu…diam kamu..!!”, hardik wok sambil mencekik leher
Merry. Membuat Merry terhenyak terdiam ketakutan setengah mati. Wok
melepaskan cekikan tangan nya pada leher Merry dan tangannya kembali
menelusur ke bawah melewati leher bahu dan mengusap ketiaknya. Seketika
Merry menggerinjal kegelian, karena aku tau di bagian itulah salah satu
titik tubuhnya yang paling sensitive. Wok juga tampak menyadari hal itu,
dia tampak terpana dengan reaksi kegelian Merry, dia nampak berpikir
sesuatu dan lalu menindih kembali tubuh Merry pada bagian perutnya.
Sebelum bertindak lebih lanjut dia nampak menyuruh Jon melakukan sesuatu
untuknya, tak jelas apa yang diminta karena Jon nampak melangkah keluar
sambil terkekeh kekeh.
“Sekarang saatnya kembali ke urusan kita ya sayang”,seloroh Wok sambil memeluk erat tubuh istriku.
“Kamu katakan dimana kamu menyimpan uang maka ini gak bakal lama akan selesai”,sambungnya.
Istriku cuma terdiam saja melihat wajah lelaki itu.
Jari tangan kiri wok lalu dengan perlahan mengusap payudara kanan Merry,
menikmati kelembutan nya, perlahan mengarah ke ujungnya dan akhirnya
jari telunjuknya mulai memainkan putting susu Merry, mengusap tepat
ujung putingnya, memutar mutar jarinya, membuat putting susu itu
melenting kesana kemari karena sudah mulai mengeras. Merry cuma bisa
menutup mata sambil memalingkan wajahnya,mulutnya terkatup rapat menahan
kelakuan Wok itu, tentunya dia merasa kegelian dengan permainan jari
lelaki itu. Beberapa saat kemudian Merry hanya bisa sesenggukan dan
akhirnya menangis lagi. Air matanya tampak deras mengalir.
“Nangis lagi….nangis lagi”, gertak Wok dengan geram. “Ayo sekarang coba
kalo bisa nangis lagi…Haaa”. Wok tampak dengan cepat memberosotkan
tubuhnya, dengan cepat kedua kakinya mengunci gerakan pinggul Merry,
wajahnya menunduk didekatkan dada Merry, sementara kedua tangannya
tampak mengusap pinggang Merry, bergerak keatas, kesamping payudara dan
akhirnya dengan gemas jari jarinya seakan meraup ketiak Merry.
“Kitik kitik kitik kitik……kitik kitik kitik kitik…ayo nangis lagi
sekarang…hayooo…kitik kitik kitik kitik…ayooo nangis lagi…..kitik kitik
kitik….hehehe”. Wok dengan kurang ajarnya menggelitik ketiak Merry yang
terpentang lebar itu. Merry awalnya masih menangis tetapi sedetik
kemudian seakan tersengat listrik akibat gelitikin Wok itu. Tubuhnya
spontan berontak dengan kuat, tangan nya tampak berusaha keras dengan
liar untuk lepas dari ikatan itu. Tetapi percuma karena ikatan itu
begitu kuatnya. Usahanya hanya untuk menekuk lengan nya saja tidak bisa,
sehingga ketiaknya tetap saja terpentang dengan lebar, membuat leluasa
Wok yang terus menggelitik bawah lengannya.
“Hayoo…mau nangis lagi….kitik kitik kitik
kitik……sllruupp…cup..cupp..muuaahhh”. Tampak wok sambil terus
menggelitik mulutnya sempat mengecup putting susunya, menyedotnya,dan
memainkan lidah kasarnya di puncak putting susunya.
Merry menjadi histeris, tangisnya ternyata tidak mampu menahan ketawa
akibat rasa gelinya itu. Sambil menahan tangis,Merry gak bisa menahan
ketawanya juga.
“Jangaaannnnn…..hoohh….hoohh…hehehehehe……eemmhhhh…
..hehehehe…..Geliiiiii…..iiihhhhh……hehehehehe……”,c uma itu yang
terdengar dari mulut Merry.
Wok dengan terampilnya tetap memainkan jari jarinya itu, seakan menari
nari di lembah ketiak istriku yang harum itu, terkadang tangannya
berpindah ke samping payudara Merry, bergerak ke bawah lagi,jarinya
tetap menari di pinggang Merry, membuatnya berkelojotan bak cacing
kepanasan, kegelian tak tertahankan, tetapi juga tidak berdaya apa apa
karena pinggulnya yang juga seperti didekap dan dipeluk oleh kedua kaki
Wok.
“Katanya mo nangis…ayoo nangis terus….kitik kitik kitik kitik kitik …..
hahahahaha….asyik kan…hayoo…mau apa kamu…kitik kitik kitik kitik…..kitik
kitik kitik kitik”, seloroh Wok menggoda Merry sambil tak henti
hentinya menggelitiki tubuhnya.
Darahku sudah naik keatas kepala rasanya melihat kejadian itu. Aku juga
berusaha berontak tetapi ikatan di kursi ini membuatku tak bisa bergerak
sama sekali, ditambah rasa pusing akibat kebentur di lantai masih
membekas terasa sekali di kepala.
“Muuacchhh..muaacchhh…kitik kitik kitik kitik…..kitik kitik kitik
kitik”,cuma itu yang terus kudengar dari Wok, sementara Merry masih
meronta ronta liar kegelian sambil meracau tak karuan.
Hampir lima menit itu dilakukan Wok kepada Merry, hingga akhirnya
berhenti. “hehehehe…asyik kan”, kata wok melepaskan tangannya dari
ketiak Merry sambil bangun tetapi masih dalam posisi menduduki perut
Merry.
“Pake ini Wok”, seru Jon yang tiba tiba sudah berada di bagian bawah
ranjang. Dan kulihat dia melemparkan pena yang kutahu ada di meja
kerjaku. Pena dengan tinta cair. Terbuat dari perak dan ujungnya
tersimpul helaian bulu burung Elang. Aku tersirap lagi melihatnya….aku
tau yang mau dilakukan mereka. Nafasku semakin memburu melihat gelagat
itu.
Wok nampak dengan gembira memungut pena itu, hanya saja bukan ujungnya
yang akan dia gunakan melainkan bulu elang yang ada di pangkalnya.
Dengan nakal dia memperlihatkan bulu elang itu pada Merry, sambil
digerak gerakkan. Merry nampak melotot matanya membayangkan apa yang
akan terjadi. Tangan wok lalu meraup payudara kanan Merry, siku kanan
nya yang memegang bulu menekuk menahan dada Merry. Pegangan Wok
mengerucut pada bagian atas payudara Merry, membuat bagian atas payudara
itu mencuatkan putingnya yang sudah tegak. Wok tampak menjilat beberapa
kali ujung bulu elang itu, membuatnya tampak runcing, lalu dengan
perlahan sekali menundukkan kepala sambil mendekatkan ujung bulu elang
itu ke ujung putting susu Merry.
“Siap..satu…hehehe..dua…”,Wok benar benar menggoda Merry sebelum
mengerjainya. Membuat Merry langsung memalingkan kepalanya jauh ke
samping. Dan…ujung bulu elang itu dengan perlahan mulai bersentuhan
dengan ujung putting susunya, mengusap usapnya dengan gerakan halus dan
lembut. Membuat Merry bagai tersengat listrik lagi, tubuhnya mengejat
seiring usapan bulu itu pada putingnya.
Dengan terampil Wok menggerakkan pena bulu itu, sengaja membiarkan ujung
bulunya tidak menyentuh lingkaran susunya tetapi hanya mengusap tepat
di ujung putingnya saja, membuat Merry menjerit tertahan histeris.
Gelitikin yang terasa pada ujung putingnya seakan akan terdapat aliran
listrik yang menyengat simpul simpul syarafnya. Tangan nya mengepal
berusaha berontak kembali, lengan nya nampak menegang kuat, bibirnya
terkatup rapat dan matanya terpejam.
Wok tampak sangat menikmati sekali permainan itu, sambil terus mengusap
usapkan bulu itu ke putting susu istriku, sesekali dia melirik reaksi
wajah Merry dan terkekeh kesenangan.
“Hiii..hi…ayoo..aku mau bikin penthil kamu sekeras mungkin sayang…..hehehehe”,seloroh Wok.
Dan perubahan itupun jelas terjadi, setelah beberapa menit berlalu, aku
tidak pernah melihat putting susu istriku mencuat setegak itu, lingkaran
susunya tampak membengkak merah, bintik bintiknya terlihat jelas dan
putingnya mencuat merah hampir setinggi ujung jari kelingking. Kelihatan
keras sekali karena usapan dari bulu itu tidak membuat putting itu
bergerak sama sekali, pertanda bahwa putting itu sangat kaku.
Wok tampak puas melihat hasil kerjanya, setelah meletakkan pena bulu itu
di samping tubuh istriku, tubuhnya kembali mendekap Merry, tangan
kanannya bergerak meraup payudara kiri Merry dan meremas remasnya dengan
kuat.
“Tetek kok montok banget gini sih…heheh”, kelakar Wok yang semakin
membuat aku panas melihatnya. Tanpa diduga mulutnya dengan cepat
mencucup putting kanan yang tadi sudah keliatan menegang sekali
itu,menghisapnya dengan kuat, sampe seluruh lingkaran susu yang memerah
itu tenggelam dalam mulut Wok.
“shlrruupppp……shlruupp..” suara yang ditimbulkan karena sedotan mulutnya
terdengar keras, kecipak lidahnya juga tampak saat melumat putting susu
Merry, membuat Merry terlonjak hingga melengkung tubuhnya ke atas tak
tahan dengan perlakuan Wok, tubuhnya merenggut kesana kemari tetapi tak
kuasa melepaskan pagutan wok dari payudaranya.
Puas melumat putting susu istriku, Wok melepaskan pagutannya. Dia
beringsut turun sambil tangannya masih meremas dan menggerayangi sekujur
tubuh Merry.
“Nikmat bener teteknya tuh Jon”,seloroh Wok pada temannya. Jon tampak biasa aja melihatnya. Wok mengerling kepadaku.
“Kamu suka kan ngeliat istrimu kayak gitu tadi…hehehehe”,lontar wok padaku. Aku cuma memandang wok dengan penuh dendam saat itu.
Wok tak perduli dengan pandanganku, dia tampak masih terpikat dan
bernafsu mengerjai istriku yang nampak masih terngah engah nafasnya. Dia
lalu mengambil posisi di samping tubuh Merry,mengerling nakal pada
istriku yang sudah mulai kelelahan itu.
“Penthil mu emang bikin nafsu banget sayang”,seloroh Wok sambil semakin
mendekat ke Merry. Dua jari telunjuknya digerak gerakkan nakal depan
wajah istriku. Dan seketika itu juga dua jari telunjuknya dimainkan di
kedua putting susu Merry secara bersamaan. Telunjuknya bergetar
cepat,menggelitik putting susu yang masih menegang itu. Merry sampai
terhentak nafasnya, matanya terpejam dan terdongak keatas. Sentilan
cepat dari telunjuk wok membuat putting susu istriku melenting kian
kemari dimainkan olehnya. Lalu wok mendekatkan wajahnya ke ketiak Merry,
mengendus endus keharuman tubuhnya sambil masih terus memainkan putting
susu itu tanpa henti.
“Ketiak yang harum….enaknya emang buat dikitikin neh”,kata wok nakal pada istriku.
Mendengarnya istriku cuma bisa menggeleng gelengkan kepalanya,dia sudah
kelelahan akibat terkuras tenaganya sewaktu berontak tadi. Tetapi
kayaknya wok masih belum puas mengerjai istriku lagi. Cukup lama dia
memainkan putting susu istriku seperti itu, akhirnya dia beringsut agak
ke bawah dengan posisi masih di samping Merry,tanpa diduga kedua tangan
nya kembali meraup ketiak Merry secara bersamaan. Memainkan jari jarinya
tetapi dengan lebih brutal,jari jarinya bergerak cepat sekali
menggelitik kedua ketiak Merry tepat di tengah nya, membuat Merry malah
seakan terbungkam,tak kuasa mengelak,tubuhnya hanya menggeliat geliat
kegelian yang makin membuat wok bernafsu menggelitikinya. Merry hanya
bisa berusaha menjauhkan ketiaknya dari jangkauan tangan wok,
memiringkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri, berusaha keras mengatupkan
lengannya, tetapi hal yang sia sia saja, kedua lengannya tetap terentang
dengan kuatnya ke samping, membuka ketiaknya lebar lebar, memberi
kebebasan pada lelaki itu untuk memainkan jari jarinya disana.
Dan seloroh godaan yang membuat aku makin muak itu terdengar lagi.
“kitik kitik kitik kitik…..kitik kitik kitik kitik ……kitik kitik kitik kitik…”. Kali ini tanpa henti dia menggelitiki istriku.
Hampir 10 menit itu berlalu, dan aku tidak bisa lagi membedakan suara
Merry antara tertawa dan menangis, yang ada hanya rontaan tubuhnya yang
makin lama makin lemah seiring dengan terkurasnya tenaga dia. Tubuh
istriku tampak sudah mengkilap bermandi keringat, rambutnya nampek
lengket lengket di kening dan lehernya.
Akupun sudah tertunduk lesu pasrah dengan yang sudah terjadi.
Pada saat itu akhirnya wok menghentikan gelitikannya. Dengan menyedot
keras putting susu istriku, dia lalu bangun dan beringsut ke dekat
jendela,tampak puas dengan permainannya tadi. Aku menoleh dan baru sadar
kalo si pimpinan ternyata bersandar di pintu kamar tersenyum melihat
tingkah laku anak buahnya.
Si komandan lalu tampak mendekat ke anak buahnya, berbicara sesuatu yang
aku tidak bisa mendengarnya. Lalu wok keluar dari kamar entah menuju
kemana. Jon tampak mendekati istriku dengan perlahan, ternyata dia
kembali menyumpal mulut Merry dengan sapu tangan dan mengikatnya hingga
ke belakang kepala Merry. Istriku nampak melotot saja sambil terus
mengawasi pergerakan kedua lelaki itu. Setelah Jon mengikat sapu tangan
itu ke mulut Merry, tangannya mulai menggerayang ke tubuh istriku,
pandangan nya nampak terpaku pada payudara istriku yang masih nampak
bercak bercak kemerahan bekas dimainkan si Wok tadi. Sesekali dia
meremas lembut payudara itu, memainkan putingnya dan mengecupnya
beberapa kali. Merry masih terdiam saja dengan perlakuan itu. Tangan Jon
kemudian bergerak ke bawah, menelusup ke CD istriku. Merry nampak
berusaha menggerakkan pinggulnya dengan maksud menghindari tangannya,
namun tangan Jon telah menelusup ke dalam CD nya dan dengan sekali
sentak memelorotkan kain biru segitiga itu dengan mudahnya ke bawah,
menariknya kasar hingga robek dari selangkangan istriku. Merry nampak
menjerit tertahan, aku dengan jelas melihat kemaluan istriku sendiri.
Rambutnya yang nampak cukup lebat namun rapi dan gundukan kemaluan yang
nampak sangat menggairahkan. Jon lalu mengusap ngusap permukaan vagina
Merry yang mulai mengerang tidak jelas karena tersumpal mulutnya. Jari
Jon nampak sesekali hendak dimasukkan ke dalam tetapi tidak jadi,
kembali mengusap ngusap bagian permukaannya saja, sementara tangan
kanannya masih asyik meremas remas payudara Merry.
Dan saat itu juga nampak Wok kembali masuk kamar, melangkah dengan cepat
dan membawa sesuatu yang membikin aku tambah lemas, sebuah kemoceng…
Tanpa menunggu lama Wok mendekati ranjang, sambil duduk di pinggiran
ranjang, dia langsung mengusapkan kemoceng bulu itu ke dada Merry yang
seketika itu juga tersentak kaget. Aku sudah panas kembali melihatnya.
Kelakuan Wok ini memang benar benar keterlaluan, karena dia sengaja
ingin mempermainkan istriku, mengerjai istriku dengan memanfaatkan tubuh
istriku yang memang tidak tahan geli itu. Kemoceng itu diusapkan dengan
gerakan cepat, mengusap permukaan kedua payudara Merry, menggelitik
putting susunya , kemudian mengarah ke samping payudara nya, mengarah ke
ketiak Merry, memutar mutar kepala kemoceng itu di ketiak Merry,
kemudian turun ke pinggang, perut dan pusarnya juga tak luput dari
gelitikan kemoceng itu. Benar benar membuat Merry seakan mati kutu, kali
ini tertawanya tampak lepas cuma tertahan oleh sumpalan di mulutnya.
Yang terdengar olehku hanyalah ketawa dan jeritan histerisnya. Mata
Merry nampak terbeliak ke atas, yang bisa dilakukan hanyalah meronta,
tertawa dan tertawa kegelian. Aku juga tahu bahwa Merry merasa sudah
tidak punya harapan untuk bisa lepas lagi, yang dia inginkan hanyalah
orang itu menghentikan gelitikannya saja.
Beberapa saat kemudian nampak Merry menjerit keras, kedua kakinya
menendang nendang sekenanya. Baru aku sadar bahwa komandan itu rupanya
tengah menggelitiki telapak kakinya. Tanpa kesulitan dia melakukan itu
karena kedua pergelangan kaki Merry terikat erat ke besi ranjang, apapun
yang dilakukan Merry tidak bisa menghindarkan telapak kakinya dari
sentuhan jari jari komandan itu. Dan seketika itu juga tampak Wok
melepaskan kemocengnya tetapi berganti menangkap pinggul Merry, kemudian
nampak dia membuka lebar paha merry dan duduk di tengahnya, kedua kaki
Wok diletakkan di bawah paha Merry sehingga pinggul Merry terganjal oleh
paha Wok. Dengan tak diduga wok kembali memungut pena bulu elang itu.
Tangan kirinya nampak menguak vagina Merry, melebarkan celah kemaluan
itu dan tangan kanan nya nampak mulai mengusapkan bulu itu ke celah
vagina istriku….memutar mutarnya, dan sesekali mengusap selangkangan
Merry. Jon yang masih berada di pinggir ranjang memanfaat kan kesempatan
itu untuk memagut payudara Merry, menghisap hisap putingnya, memainkan
lidahnya di putting susu Merry sambil memeluk erat istriku, lalu tangan
nya tampak gemas meraih ketiak Merry dan menggelitiknya bersamaan dengan
menghisap putingnya.
Kini yang kulihat berubah menjadi mengerikan, pemandangan di depanku
berubah menjadi suatu siksaan bagi Merry. Telapak kakinya nampak
mengejang digelitiki komandan, pinggulnya berontak berusaha menghindari
sapuan bulu di vaginanya, putting susunya dihisap dengan kuat oleh mulut
Jon, sementara ketiaknya menjadi mainan bagi jari jari Jon.
Merry hanya bisa menggeleng gelengkan kepala dengan meracau yang tidak
jelas. Sementara yang terdengar hanya suara suara godaan dan seloroh
nakal dari para lelaki itu, suara suara godaan kitikan dari mulut
mereka, suara kecupan dan sedotan di payudara istriku.
Aku sudah tak tahan lagi….
Dengan sekuat tenaga aku memberontak dan membuat kursiku terguling. Mereka spontan berhenti semua.
“Mau apa kamu heee!!”, bentak mereka
Sambil meludah ludah menahan emosi dan pedih di kepala, aku berusaha bicara.
“Brankas ada di ruang sebelah….kuncinya 3366”, kataku sambil terengah engah.
“Tapi demi Tuhan lepaskan istriku…!!!”, teriakku
“Hehehehe…..akhirnya menyerah juga”, tawa mereka.
Akhirnya komandan itu berlalu ke sebelah. Nampak Jon bangkit dan
mengemasi beberapa barang berharga yang ada di kamar ku. HP dan sedikit
uang cash yang ada di lemari tampak dia masukkan kedalam tas nya.
Cuma Wok yang nampaknya belum mau mengakhiri permainan nya dengan
istriku. Dengan cepat nampak dia malah melepas celananya sendiri dan
telanjang, membuka kacamata hitamnya dan topinya.
“Mau apa kamu….kurang ajar..!!!”, bentak ku yang sudah tau gelagatnya bahwa dia mau memperkosa merry sekarang.
“Apa pedulimu?? Mau gua entot istrimu…..emang kenapa??!!” sergahnya tidak kalah kasar.
Jon malah mendekatiku dan menyumpal mulutku kembali, tapi dia juga
menggulingkan kursiku ke belakang, membuat aku tertekuk ke dinding,
sakitnya di punggung bukan main. Tetapi aku masih melihat dengan jelas
Wok yang nampak mendekati Merry. Istriku mulai menjerit jerit tetapi tak
berdaya ketika Wok dengan bebas dan kuatnya mengangkangkan paha
istriku.
Pedih sekali melihatnya…
Hancur aku melihatnya
Dan aku hanya bisa menangis
Berikutnya aku cuma bisa sekelebat melihat jeritan Merry dan Wok yang
nampak dengan gerakan memompa dan mengayun pinggulnya, tanda bahwa
penisnya sudah masuk ke kemaluan istriku. Gerakan itu makin lama makin
cepat. Dan Wok nampak sangat menikmati jepitan vagina merry. Mulutnya
sampe mendesis desis kenikmatan. Sementara ranjang sampe dibuat berderak
oleh saking kuatnya gerakan memompa Wok di vagina istriku.
Aku perhatikan Wok dengan seksama……tiba tiba berbagai macam kelebatan
bayangan berkecamuk di pikiranku. Iya betul…..kayaknya aku mengenal
orang itu, orang yang selama ini aku tau pernah menjadi tukang parkir di
kantorku. Iya betul….tidak salah lagi. Orang yang kadang membukakan
pintu mobilku, mengarahkan parkir mobilku dan membukakan pintu buat
istriku apabila sedang mampir ke kantorku.
Tidak salah lagi….orang itu yang punya warung di dekat jalan kantorku.
Pikiranku langsung hilang seiring dengan teriakan Wok yang cukup keras
“Hoohhh…hoohhh…hoohhh..ampuuun..enaknya sayang…..OOOhhhh”,dan dengan
mengejan nampak Wok memuncratkan spermanya ke dalam vagina istriku. Dan
Merry nampak langsung terkulai dengan lemasnya.
“Ayoooo…keluar sekarang”, teriakan komandan yang sudah memanggul karung yang jelas berisi uang dari brankas.
“terima kasih yha….”, bilang komandan pada aku
Dan komandan nampak menghampiri merry, dengan sekali sentak saja dengan
pisau, diputusnya kedua ikatan di tangan Merry. Wok nampak memakai
celananya kembali dan ngeloyor keluar sambil sempat mengerling dengan
bengis kepadaku yang aku balas dengan mata melotot juga walau masih
dalam posisi tertekuk dan terikat di kursi.
Mereka pergi…iya betul…mereka benar benar pergi.
Aku coba memanggil manggil merry yang masih lemas sekali kelihatannya.
Baru sekitar 10 menit dia tampak bergerak, dengan lesu dan terdiam dia
melepas ikatan kakinya. Sambil menangis lalu menghampiri aku, melepaskan
ikatanku dengan kondisinya yang masih telanjang itu, setelah lepas aku
langsung memeluknya erat. Menciuminya dan mengelus rambutnya, mencoba
menenangkan dirinya.
SKIP……..
Kejadian itu sudah berlalu dan jadi momok bagi kami. Istriku masih shock
berat. Sementara aku juga masih teringat jelas kejadian itu, teringat
dengan Wok..orang yang paling kubenci dan aku mendendam sekali sama dia.
Laporan ke Polisi sama sekali kuacuhkan, aku malah mengumpulkan para
anak buah kepercayaanku, tanpa bercerita aku minta mereka mencari
keberadaan Wok. Setelah beberapa hari kabar baik kuterima dari anak
buahku. Keberadaan Wok ditemukan. Kusuruh mereka menguntit dan mengambil
foto dari tempat tinggalnya.
Setelah aku dapat beberapa gambarnya, aku yakin dengan 100% bahwa itu
memang si bandot kurang ajar yang memainkan istriku. Beberapa foto
keluarganya juga kudapatkan dari anak buahku, dan foto yang membuat aku
mempunyai beberapa rencana adalah….foto istrinya.
HHmmmm…….
Sebuah rencana langsung kususun, beberapa saat kemudian aku menelpon
beberapa orang anak buahku. Selesai itu aku termangu sendiri.
Sreekk….kubuka laci dan aku keluarkan sebuah kuas, pena bulu elangku dan
aku pandang kemoceng yang tergeletak di meja kerjaku. Aku ambil kuas
bulu itu, aku mainkan di tanganku sambil memandang foto perempuan
itu……..sebuah alur rencana langsung terpikir di bawah otakku.
Senin, 05 Mei 2014
Kisah Kelabu Siswi Berjilbab Jannah
Kisah Kelabu Jannah Sang Siswi Berjilbab, asanya tak ada satu kenikmatan
apapun di belahan bumi ini yang mampu menandingi ataupun menyamai dari
nikmatnya kala bersetubuh dengan seorang wanita berjilbab yang masih
perawan. Apalagi perawan berjilbabnya masih ABG. Begitulah kira kira
pernyataan atau kenyataan yang dianut oleh seorang bajingan yang sedang
dilanda birahi.Sesaat kemudian lelaki dan calon korbannya itu tiba
didepan disebuah gubuk yang nampaknya sebuah tempat beristirahat bagi
para pekerja kebun. Lalu diseretnya siswi berjilbab itu kedalam seraya
menutup pintu gubuk rapat-rapat. Dijungkalkannya tubuh Jannah ke atas
matras yang ada didalam ruangan gubuk itu seraya melucuti pakaiannya
sendiri hingga telanjang bulat. Nampak kemaluan pria bertopeng itu
mengacung tegak sepertinya ia sudah tidak sabar lagi memperkosa siswi
SMK berjilbab itu.
Jannah
Jannah yang terlentang diatas matras nampak panik seraya menjerit ia berusaha kabur. Namun apadaya sebuah pukulan keras mendarat telak diperutnya. ?Akkhh??, pekiknya tertahan menahan sakit sambil terjerembab diatas matras. Tubuhnya terbaring melengkung dengan tangannya memegangi perutnya yang ditonjok tadi. Belum sempat hilang rasa sakit pukulan diperutnya tadi tiba-tiba pria bertopeng yang telah telanjang bulat itu menyingkap rok abu-abu panjang seragam sekolahnya keatas sampai sebatas pinggang. Nampak sepasang paha dan betis mulus miliknya dihiasi sepasang sepatu kulit serta kaus kaki putih panjang.
“Ampun pak tolong jangan perkosa saya”, pinta Jannah memelas."
Pria bertopeng itu tidak menghiraukannya malah menampar wajah cantiknya hingga siswi berjilbab itu tidak mampu berkata apa-apa lagi selain menjerit tertahan sambil menangis tersedu-sedu.Tangan kasar pria itu mulai melucuti celana dalam Jannah. Belahan vagina yang nampak ditumbuhi bulu-bulu halus miliknya kelihatan mengundang selera pria itu. Diraba-rabanya vagina dara berjilbab yang masih mengenakan seragam sekolah namun rok abu-abu panjangnya yg sudah tersingkap itu dengan tangan kanannya sembari terkadang jari tengahnya masuk menusuk-nusuk kedalam. Gadis berjilbab itu menggelinjang seraya kedua tangannya mencengkeram erat pinggiran matras. Seumur hidupnya belum pernah ia merasakan perlakuan seperti ini.
Dalam hati Jannah hanya bisa menjerit seraya mengutuk nasibnya yang sial. Kepalanya yang terbungkus rapi jilbab warna putih itu hanya bisa menggeleng-geleng pelan seraya menahan perasaan aneh yang mulai merasuki dirinya. Dengan air mata berlinang bibirnya mendesah pelan sedangkan tubuhnya terkadang menggelinjang pelan. Kelihatannya perlakuan pria bertopeng itu perlahan membuat alam bawah sadarnya mulai terangsang.
Kemaluan milik siswi berjilbab itu perlahan mulai basah oleh lendir yang keluar dari dalam vagina.Melihat calon korbannya itu mulai terangsang akibat permainan jemarinya tangan kiri sang pria durjana beringsut menjamah kancing hem putih seraya melepasnya satu persatu sembari tangan kanannya tetap mengobel kemaluan si dara berjilbab.
Tampak sepasang payudara nan ranum milik ABG berjilbab yang tertutup oleh BH dan bawahan jilbab putihnya. Disibaknya bawahan jilbab putih itu seraya menyingkap BHnya. Payudara yang bulat padat dengan sepasang putting coklat nampak tegak mengacung. Lalu tangan kiri pria durjana itu kini sibuk memilin dan meremas putting dan buah dada milik Jannah. Semakin lama gerakan mengelinjang tubuh siswi berjilbab itu semakin intens. Nafasnya naik turun terengah-engah sedang bibirnya mendesah perlahan. Kelihatannya ABG berjilbab itu mulai tenggelam dalam birahi akibat perlakuan lelaki bertopeng itu.
Jemari kanan pria itu mulai basah oleh cairan yang mengucur dari dalam vagina Jannah. Dan lelaki bertopeng itupun menghentikan permainan jemarinya dari vagina dan buah dada dara SMK berjilbab itu. Pria itu ingin segera merasakan kenikmatan vagina legit milik korbannya itu. Dilebarkannya kedua paha sang gadis berjilbab itu seraya mengarahkan penis yang besar miliknya kearah vagina Jannah.
Dan, “Aakkhhh…”, jerit gadis berjilbab itu menahan rasa sakit yang ada diselangkangannya itu. Matanya terpejam seraya menggigit bibir bawahnya. Kedua tangannya mencengkeram erat matras. Nafasnya tersengal-sengal menahan sakit. Perlahan senti demi senti penis pria itu berpenetrasi kedalam vagina perawan sang siswi berjilbab korbannya. Belahan vagina dara itu nampak menggembung seiring dengan masuknya penis tersebut. Sesaat kemudian ia memberi nafas kepada gadis belia berjilbab yang ditidurinya itu agar kemaluannyanya dapat menyesuaikan diri terlebih dahulu dengan ukuran penisnya yang begitu besar merangsang, sehingga terlihat bibir kemaluannya telah ikut melesak masuk kedalam pula tatkala dipaksa harus menelan batang penis lelaki itu yang kini sudah menancap pada vaginanya disela-sela kedua belah pahanya yang terbuka.
Kenikmatan demi kenikmatan yang dirasakan oleh bajingan itu ternyata sangat bertolak belakang sekali dengan apa yang dirasakan siswi berjilbab itu kini. Ia yang baru kali ini di sebadani oleh seorang lelaki begitu merasakan kesakitan yang amat tak terperikan. Jeritannya yang tertahan begitu terdengar berulang kali seakan tiada henti mengiringi kemenangan lelaki perkasa itu yang berhasil menaklukkannya dan membuat Jannah dengan terpaksa merelakan keperawanannya tanpa ampun dibawah dekapan lelaki bajingan yang memperkosanya secara brutal ini.
Sementara jilbab putih sebahu milik gadis itu seakan terlecut-lecut mengikuti arah kepalanya yang terus terbanting-banting di atas matras ke kiri dan ke kanan seakan tak rela atas apa yang terjadi menimpa dirinya ini. Linangan air matanya turun berderai lagi membasahi kembali kedua pipi mulusnya serta mengisi alur bekas air mata lalunya yang telah mengering .
Didekapnya tubuh gadis belia berjilbab yang kini berada dibawahnya dan dada bidang perkasa nan sarat dengan bulu-bule lebatnya itu menekan kedua belah payudara korbannya. Wajah lelaki itu menelusuri leher jenjang yang tertutup jilbab putih dari siswi SMK itu sehingga membuat kepala Jannah tak lagi dapat bergolek kesana kemari.
Dipagutnya leher jenjang sang perawan berjilbab itu dengan rakusnya dari pangkal telinga sampai pundak kanannya, melumuri area itu dengan air liur kemenangannya. Puting susu sebelah kiri gadis itu yang semakin mekar ranum memerah dipilin oleh pertemuan ibu jari dan telunjuk tangan kanannya yang kasar, dengan gencar diremas-remasnya bongkahan daging susu yang masih mencuat indah keatas dan sama sekali belum kelihatan turun sama sekali serta masih berbentuk bulat kenyal dan memadat indah mempesona nan menghiasi bagian dadanya yang jatuh dalam dekapan sang pria jahanam itu.
Ciuman ganas penuh birahi yang luar biasa buas dari sang durjana kepada korbannya menutupi suara erangan dan rintihan siswi berjilbab itu. Kedua bibir dari insan berlainan jenis ini bertemu seketika dalam peraduan adegan indah persetubuhan nan terlarang itu. Lidah lelaki itu telah memasukki rongga mulut mungil sang dara berjilbab yang terpejam erat dan menari-nari di dalamnya berusaha
Terus didera bertubi-tubi ciuman sang lelaki, kini Jannah hanya bisa pasrah merelakan lidahnya yang telah dikaitkan oleh tarian lidah lelaki tersebut yang elastis,kadang pula lemas seperti tali yang meliuk-liuk maupun mengait lidah mungilnya Setelah dirasanya telah puas mencicipi keperawanan sang dara, kini penis yang cukup lama terbenam di dasar vagina itu kini ditariknya perlahan dan kedua jembut mereka yang tadinya melekat erat seakan telah menjadi satu itu mulai terpisah ruah.
“Psshh…! sleph.. wes hewess..!”, suara yang ditimbulkan dari pelepasan batang pelir yang tertancap pada kemaluan sang perawan itu begitu sangat khas sekali di telinga dan proses terenggutnya kesucian gadis berjilbab itu dimulailah.
Kini seiring dengan pergerakan urat intim lelaki jahanam itu yang telah keluar sepertiga dari ukuran batangnya dari dalam belahan intim kemaluan dara berjilbab itu yang merekah membuat bibir-bibir vagina korbannya menjadi ikut tertarik sampai monyong kedepan. Bersamaan itu pula dari sela-sela lubang vaginanyanya dimana kulit-kulit kemaluan bajingan itu bersarang didalamnya, kini tampak berkilat-kilat basah oleh lendir vaginanya yang melumasi jajaran tonggak daging pelirnya mulai menetes darah segar kesuciannya yang pada akhirnya berhasil direnggut paksa jua dari tubuhnya.
“Mmpphff! Ugh! Ughff!!”, itulah suara rintihan dari seorang dara berjilbab yang terdengar saat keperawannya telah terenggut seutuhnya oleh sang lelaki maniak durjana pemetik bunga nan penuh nista ini, sementara sela-sela vaginanya yang telah diluluh lantakkan itu masih berdesis-desis tatkala melepaskan batang pelir lelaki tersebut dari dasar peranakkannya diiringi senyum kemenangan kepala rampok itu.
Mulut lelaki itu melahap belahan payudara kanan gadis itu dan menelan puting susunya sekaligus, lalu disedot-sedot dengan buas penuh dengan nafsu hewaniah. Tubuh setengah telanjang siswi SMK berjilbab itu sampai menggeliat-liat dibuatnya seiring dengan dimulainya hentakkan pinggul lelaki itu diantara kedua kaki indah mengangkang dengan rok panjang abu-abu yang tersingkap sampai sepinggang.
Kini korbannya yang mengenakan jilbab putih itu telah takluk pada kejantanannya. Derai-derai air mata di pipi mulusnya itu telah dibersihkan pula oleh telapak tangannya yang kekar. Sepasang betisnya yang masih mulus terbentang kencang itu kini dikepitnya diantara kedua ketiak dari lengan perkasanya kiri dan kanan. Kaki-kaki indah yang masih memakai sepatu warna hitam dengan kaus kaki panjang berwarna putih yang terjuntai itu tampak bergerak-gerak seiring hujaman lelaki bajingan itu pada lubang vaginanya dan seragam putih abu-abu yang teringkap itu sudah bermandikan oleh peluh persetubuhan terhempas-hempas dibuatnya.
Dengan posisi setengah jongkok lelaki jahanam itu terus menggenjot tubuh Jannah yang masih begitu kencang dan padat diusia mudanya. Kedua tungkai paha gadis itu kini ditekan oleh kedua tangannya sehingga kangkangannya semakin jelas dan lebar dengan kedua tumit kaki indahnya bertumpu pada kedua belah pundak berkulit gelap sang durjana tersebut. Wajahnya yang cantik dengan jilbab putihnya semakin mendongak kebelakang Kedua kakinya semakin tertarik keatas bertopang pada pundak kiri dan kanan sang lelaki jahanam yang telah leluasa menikmati kehangatan tubuh mudanya itu.
Dalam posisi yang sebegitu rupa ini membuat bongkahan dari pantat gadis yang berkulit putih mulus licin itu semakin mencuat keatas mempertontonkan lonjakan-lonjakan kejantanan lelaki itu yang masih terlihat seret keluar masuk pada vaginanya. Kedua biji pelir lelaki itu yang terpontang-panting menabrak-nabrak jalan masuk lobang pantatnya semakin nyata mengiringi lelehan lendir kewanitaannya yang telah bercampur aduk dengan darah
kesuciannya nan terus menggenangi mulut vaginanya dan dijadikan bulan-bulanan olehnya. Cairan surgawi kepunyaan gadis berjilbab itu telah merembes sampai membasahi lubang anusnya yang begitu kecil tak berdaya nan berwarna merah muda sungguh menawan hati ini beserta bercak-bercak darah keperawanannya yang telah direnggut Matras tempat tumpuan adegan persetubuhan mereka itupun mulai berdentum-dentum seiring dengan suara decakan peret pada lubang kemaluan dara berjilbab yang digagahi oleh bajingan zina ini.
“Ough… ohh.. ohh.. ternyata enak sekali memekmu ini sayang.. Ohh.. ohh.. sempit sekali sihh..? masih peret nihh Uhh.. Ohh… Ouh”, seloroh ******* itu diantara tarian maksiatnya menikmati kehangatan daging belia korbannya ini.
“Ahh…! ahh..! aduhh..! perih Pak.. Oh.. oh.. jangan keras-keras.. uhh..ahh”, pinta Jannah itu akhirnya.
“Enak sayang?! Hah?! Bagaimana sekarang?! Masih sakit yach?! aduh kasihan.. tahan sebentar yahh manisku? Ohh.. ohh.. Ouh..”, balas lelaki itu yang asyik menggenjot vagina milik siswi berjilbab itu.
“Sshh.. ahh… sshh.. ohh.. pelan-pelan Ppakk.. ahh.. ahh.. ahh”, pintanya di sela-sela tubuhnya yang terhentak-hentak tanpa perlawanan lagi. Senang sekali sang bajingan itu mendapati korbannya kini telah pasrah melayani keinginannya.
“Jangan ditahan terus dong ******ku ini sayang.. terima saja apa adanya.. lebarkan kakimu supaya tidak terlalu sakit lagi manisku.. ohh.. ohh.. legit sekali kepunyaanmu ini.. ohh”, perintah ******* itu yang kiranya langsung dipatuhi oleh gadis cantik berjilbab itu yang semakin membuka rentangan kakinya hingga semakin jelas bibir memeknya yang melesak ke dalam dan memonyong ke depan mengikuti hunjaman penis besar yang tertanam didalam isi belahan daging surganya.
Liang anus gadis berjilbab itu juga turut mengembang dan menguncup terkena pukulan-pukulan kedua biji penis lelaki jantan itu yang terbanting-banting di bongkahan pantat yang mungil mengangkang seakan sengaja ia mempertontonkan miliknya yang indah namun terlarang
Kedua tubuh itu terus bergumul seakan tak peduli lagi akan keadaan malam yang semakin larut dalam keheningannya, seakan tak terpisahkan lagi dalam gelora nafsu membara yang menyala-nyala dikamar gubuk yang telah pengap dan sesak oleh permainan asmara nista berbirahi hina ini. Meskipun telah lewat masa seperempat jam berlalu, namun tak membuat lelaki perkasa itu mengendorkan goyangan pinggulnya dan terus melesak-lesakkan pelirnya
mengaduk-aduk isi dalam lubang kemaluan dara berjilbab itu yang telah sembab membengkak dan semakin memerah warnanya.
Tak lama kemudian tubuh dengan hem putih lengan panjang yang terbuka dengan rok abu-abu panjang yang tersingkap sepinggang itu yang berada dibawah lelaki durjana tersebut menggelinjang kencang seiring dengan luapan puncak orgasmenya yang kedua. Perut rampingnya yang dihiasi pusarnya nan begitu indah tampak berkedut-kedut mengikuti gelinjangan tubuh setengah bugilnya. Kedua kakinya yang masih bersepatu itu kini menendang-nendang di udara menahan luapan puncak kenikmatannya yang melanda sekujur tubuh dengan hem putih lengan panjang yang terbuka itu. Dan belum lagi kelojotan siswi berjilbab itu terhenti, lelaki itu segera mencabut penisnya dari dalam liang vaginanya yang tengah bergetar didera arus birahi sanggamanya.
“Wess hewess.. poof!!”, begitulah suara yang dihasilkan saat batang kejantanan lelaki itu dicabut dari jepitan lubang kemaluan Jannah yang telah kehilangan keperawanannya ini.
Sekujur kulit luar dari penis nan demikian perkasanya penuh dengan lelehan lendir vagina yang bercampur dengan lumuran darah segar kesucian siswi SMK berjilbab cantik itu yang belepotan melumuri tonggak daging kejantanannya yang masih mengacung tegak mengangguk-angguk. Kedua tungkai kaki gadis itu di angkat keatas tinggi-tinggi dari matras sehingga ujung kaki yang masih mengenakan sepatu itu terjuntai indah menggantung tanpa daya. Di dalam sepatunya itu kedua otot dari jari-jari kaki indahnya
mengatup dan membuka sangat cepat sekali bergantian membendung gelora birahinya yang kembali telah berhasil dibangkitkan oleh lelaki itu. Bongkahan pantatnya terhidang jelas tepat berada pada wajah lelaki itu yang menadahkan lidahnya pada perbatasan antara belahan bibir vagina gadis berjilbab putih tersebut dengan daerah duburnya dan ia tempelkan disitu.
Berikutnya dari mulut vaginanya yang kini sudah tak berbentuk garis vertikal yang sempit seperti tadi itu, malah kini telah terpecah menjadi dua garis bergelombang dengan kelentitnya yang bengap dan basah itu terkuak sejelas-jelasnya disertai oleh lelehan lendir memeknya keluar dari lubang senggamanya nan semakin merekah menjadi sebesar ukuran sebutir telur burung puyuh.
Cairan yang keluar dari vagina itu langsung ditelan oleh lelaki itu
dengan rakusnya bak orang yang tengah kehausan nan amat sangat. Dengan lahapnya jilatan lidah lelaki itu sampai menyeruak-ruak kedalam isi belahan kemaluan korbannya, menyapu segenap dinding bagian dalam vagina gadis malang itu sampai licin tandas tanpa tersisa sedikitpun.
Tubuh dengan hem putih lengan panjang yang terbuka milik dara itu kini terjerembab pada hamparan matras yang terbentang awut-awutan disana sini dan ditengahnya telah terdapat noda darah dari kesuciannya. Jilbab putih yang dikenakannya pun basah oleh keringat yang menucur deras dari kepalanya. Selain itu sebagian rok panjang abu-abu seragamnya dibasahi oleh keringat keduanya dan juga lendir-lendir yang berasal dari kedua kelamin yang berbeda jenisnya tersebut. Keletihan yang amat sangat mendera tubuh dengan seragam sekolah yang tersingkapnya kini telah lusuh tanpa tenaga lagi, seakan tulang-tulangnya telah terlolosi semuanya. Belum lagi usai mengatur helaan nafasnya yang masih menderu-deru, tetapi kini tubuh setengah telanjang gadis itu yang ramping itu dibalikkan secara paksa oleh lelaki itu sehingga tertelungkup.
Tangan-tangan kurang ajarnya menyusupi bagian bawah perutnya yang telah menempel pada kasur ranjangnya, setelah itu ditariknya keatas, dan bongkahan pantat gadis yang telah lemas itu terjungkit keatas kini. Bajingan itu menekuk kedua lutut korbannya sampai pantatnya tampak dalam posisi menungging. Agaknya ia akan menyetubuhi dara itu dengan mengambil gaya dari ****** yang tengah kawin. Namun sebelum itu tangannya berpindah lagi menyingkap rok abu-abu panjang milik Jannah yang sempat terjuntai kebawah menutupi pantatnya. Lalu ditelusurinya pantat itu dengan jemarinya dan menemukan posisi lubang anusnya berada, lalu lidah lelaki itu menyusupi kekedalaman belahan duburnya itu tanpa rasa jijik sama sekali mengingat lubang itu biasa digunakan untuk buang hajat.
Tetapi apalah artinya batasan itu jika dibandingkan dengan nilai kenikmatan yang dapat ia peroleh dari kelezatan anusnya sang gadis muda berjilbab dengan mengabaikan aroma tak sedap yang terpancar dari dalamnya.
Setelah puas menjilati dubur dari sang siswi SMK yang begitu sangat lezat baginya ini, kini tubuh lelaki itu berlutut dihadapan tunggingan pantat korbannya, setelah itu batang penisnya kembali ia selusupkan ke dalam vagina gadis itu yang telah kehabisan suaranya karena kecapaian melayani birahi lelaki perkasa ini. Bajingan itu memperkosa vaginanya dari arah belakang tanpa peduli sama sekali terhadap perasaan korbannya, yang ada hanyalah nafsu yang harus ia tuntaskan walaupun harus mempertaruhkan dirinya yang sewaktu-waktu dapat tertangkap oleh aparat hukum.
Kembali kedua tubuh itu menyatu dan jembut yang menghiasi bawah perut lelaki itu seakan terjepit pula ke lubang anus dara bidadari cantik berjilbab ini tatkala penisnya terus menyodok-nyodok isi dalam liang kemaluannya.
Menjelang tengah malam, sepasang insan berlainan jenis itu meraih orgasmenya untuk yang ketiga kalinya dalam posisi menungging, namun baru kedua kali jikalau dihitung dari saat mula Jannah disetubuhi lelaki jahanam tersebut. Malangnya pelajar berjilbab itu tak sadarkan diri lagi usai mencapai puncak surga duniawinya dari lelaki itu yang staminanya begitu sangat luar biasa.
Rasanya jarang sekali lelaki yang mempunyai daya tahan tubuh seperti pria durjana bertopeng ini Setelah puas mereguk cairan lendir madu surgawi yang telah dihasilkan kembali oleh vagina gadis itu pada puncak kenikmatannya tadi. Ia menelentangkan kembali tubuh gadis berjilbab itu yang telah pingsan dan menaruh kedua tumit dari kaki dara itu yang setengah telanjang ke kanan kiri bahunya lagi untuk kemudian menggenjot kembali tubuh si siswi belia berjilbab ini dengan brutal.
Tampak sekarang pompaan penis lelaki ini pada vagina korbannya terus bertambah kecepatannya, sementara hamparan matras dibawahnya itu telah benar-benar basah oleh keringat keduanya yang semakin memanas. Andai saja Jannah tidak sadarkan diri seperti sekarang ini, mungkin ia akan meminta ampun karena pasti vaginanya akan terasa nyeri diperlakukan sedemikian brutalnya oleh pemerkosa tersebut.
Barulah pada pukul setengah satu pagi, tubuh lelaki itu bergetar hebat diatas tubuh korbannya yang pingsan untuk sekian lamanya dan tanpa sepengetahuan siswi SMK berjilbab nan cantik ini, bajingan itu memuntahkan segenap akhir puncak dari nafsunya yang meledak-ledak kedalam tubuhnya. Paha yang terbuka membentuk huruf “V” dari tubuh Jannah itu ditekannya kuat-kuat. Tubuh kekarnya seakan telah lekat menjadi satu dengan korbannya. Akhirnya lelaki itu sedang memuntahkan seluruh persediaan cairan mani lelakinya yang sejak tadi tersimpan di kedua belah biji penis besarnya nan perkasa. Cairan mani dari kemaluan lelaki itu yang mengandung benih-benih cintanya kini memuncrat-muncrat mengisi rongga rahim siswi berjilbab itu yang tengah dalam keadaan subur malam itu.
“Croot..! serr.. serr.. creet.. cret!”, benih lelaki itu begitu tersembur dengan sangat cepat menyemburat kuat ke dalam isi dasar belahan vagina Jannah sang siswi SMK berjilbab yang dikangkanginya tanpa pelindung sama sekali.
Gadis belia berjilbab itu hanya diam terpana merasakan lahar panas mengalir deras kedalam liangnya…..”Ahhhhhhh…….. ….”, pekik puas pemerkosa bertopeng itu sembari kedua tangannya mencengkeram rok abu-abu panjang seragam sekolah Jannah yang tersingkap sepinggang. Lalu durjana itupun rubuh menindih tubuh korbannya dengan rasa puas tak terkira.
Suasana ruangan di gubuk itu kembali sepi yang nampak hanyalah pemandangan seorang pria bertopeng telanjang bulat sedang menindih tubuh seorang perempuan belia berjilbab putih dengan seragam putih abu-abunya telah tersingkap serta awut-awutan.
Jannah
Jannah yang terlentang diatas matras nampak panik seraya menjerit ia berusaha kabur. Namun apadaya sebuah pukulan keras mendarat telak diperutnya. ?Akkhh??, pekiknya tertahan menahan sakit sambil terjerembab diatas matras. Tubuhnya terbaring melengkung dengan tangannya memegangi perutnya yang ditonjok tadi. Belum sempat hilang rasa sakit pukulan diperutnya tadi tiba-tiba pria bertopeng yang telah telanjang bulat itu menyingkap rok abu-abu panjang seragam sekolahnya keatas sampai sebatas pinggang. Nampak sepasang paha dan betis mulus miliknya dihiasi sepasang sepatu kulit serta kaus kaki putih panjang.
“Ampun pak tolong jangan perkosa saya”, pinta Jannah memelas."
Pria bertopeng itu tidak menghiraukannya malah menampar wajah cantiknya hingga siswi berjilbab itu tidak mampu berkata apa-apa lagi selain menjerit tertahan sambil menangis tersedu-sedu.Tangan kasar pria itu mulai melucuti celana dalam Jannah. Belahan vagina yang nampak ditumbuhi bulu-bulu halus miliknya kelihatan mengundang selera pria itu. Diraba-rabanya vagina dara berjilbab yang masih mengenakan seragam sekolah namun rok abu-abu panjangnya yg sudah tersingkap itu dengan tangan kanannya sembari terkadang jari tengahnya masuk menusuk-nusuk kedalam. Gadis berjilbab itu menggelinjang seraya kedua tangannya mencengkeram erat pinggiran matras. Seumur hidupnya belum pernah ia merasakan perlakuan seperti ini.
Dalam hati Jannah hanya bisa menjerit seraya mengutuk nasibnya yang sial. Kepalanya yang terbungkus rapi jilbab warna putih itu hanya bisa menggeleng-geleng pelan seraya menahan perasaan aneh yang mulai merasuki dirinya. Dengan air mata berlinang bibirnya mendesah pelan sedangkan tubuhnya terkadang menggelinjang pelan. Kelihatannya perlakuan pria bertopeng itu perlahan membuat alam bawah sadarnya mulai terangsang.
Kemaluan milik siswi berjilbab itu perlahan mulai basah oleh lendir yang keluar dari dalam vagina.Melihat calon korbannya itu mulai terangsang akibat permainan jemarinya tangan kiri sang pria durjana beringsut menjamah kancing hem putih seraya melepasnya satu persatu sembari tangan kanannya tetap mengobel kemaluan si dara berjilbab.
Tampak sepasang payudara nan ranum milik ABG berjilbab yang tertutup oleh BH dan bawahan jilbab putihnya. Disibaknya bawahan jilbab putih itu seraya menyingkap BHnya. Payudara yang bulat padat dengan sepasang putting coklat nampak tegak mengacung. Lalu tangan kiri pria durjana itu kini sibuk memilin dan meremas putting dan buah dada milik Jannah. Semakin lama gerakan mengelinjang tubuh siswi berjilbab itu semakin intens. Nafasnya naik turun terengah-engah sedang bibirnya mendesah perlahan. Kelihatannya ABG berjilbab itu mulai tenggelam dalam birahi akibat perlakuan lelaki bertopeng itu.
Jemari kanan pria itu mulai basah oleh cairan yang mengucur dari dalam vagina Jannah. Dan lelaki bertopeng itupun menghentikan permainan jemarinya dari vagina dan buah dada dara SMK berjilbab itu. Pria itu ingin segera merasakan kenikmatan vagina legit milik korbannya itu. Dilebarkannya kedua paha sang gadis berjilbab itu seraya mengarahkan penis yang besar miliknya kearah vagina Jannah.
Dan, “Aakkhhh…”, jerit gadis berjilbab itu menahan rasa sakit yang ada diselangkangannya itu. Matanya terpejam seraya menggigit bibir bawahnya. Kedua tangannya mencengkeram erat matras. Nafasnya tersengal-sengal menahan sakit. Perlahan senti demi senti penis pria itu berpenetrasi kedalam vagina perawan sang siswi berjilbab korbannya. Belahan vagina dara itu nampak menggembung seiring dengan masuknya penis tersebut. Sesaat kemudian ia memberi nafas kepada gadis belia berjilbab yang ditidurinya itu agar kemaluannyanya dapat menyesuaikan diri terlebih dahulu dengan ukuran penisnya yang begitu besar merangsang, sehingga terlihat bibir kemaluannya telah ikut melesak masuk kedalam pula tatkala dipaksa harus menelan batang penis lelaki itu yang kini sudah menancap pada vaginanya disela-sela kedua belah pahanya yang terbuka.
Kenikmatan demi kenikmatan yang dirasakan oleh bajingan itu ternyata sangat bertolak belakang sekali dengan apa yang dirasakan siswi berjilbab itu kini. Ia yang baru kali ini di sebadani oleh seorang lelaki begitu merasakan kesakitan yang amat tak terperikan. Jeritannya yang tertahan begitu terdengar berulang kali seakan tiada henti mengiringi kemenangan lelaki perkasa itu yang berhasil menaklukkannya dan membuat Jannah dengan terpaksa merelakan keperawanannya tanpa ampun dibawah dekapan lelaki bajingan yang memperkosanya secara brutal ini.
Sementara jilbab putih sebahu milik gadis itu seakan terlecut-lecut mengikuti arah kepalanya yang terus terbanting-banting di atas matras ke kiri dan ke kanan seakan tak rela atas apa yang terjadi menimpa dirinya ini. Linangan air matanya turun berderai lagi membasahi kembali kedua pipi mulusnya serta mengisi alur bekas air mata lalunya yang telah mengering .
Didekapnya tubuh gadis belia berjilbab yang kini berada dibawahnya dan dada bidang perkasa nan sarat dengan bulu-bule lebatnya itu menekan kedua belah payudara korbannya. Wajah lelaki itu menelusuri leher jenjang yang tertutup jilbab putih dari siswi SMK itu sehingga membuat kepala Jannah tak lagi dapat bergolek kesana kemari.
Dipagutnya leher jenjang sang perawan berjilbab itu dengan rakusnya dari pangkal telinga sampai pundak kanannya, melumuri area itu dengan air liur kemenangannya. Puting susu sebelah kiri gadis itu yang semakin mekar ranum memerah dipilin oleh pertemuan ibu jari dan telunjuk tangan kanannya yang kasar, dengan gencar diremas-remasnya bongkahan daging susu yang masih mencuat indah keatas dan sama sekali belum kelihatan turun sama sekali serta masih berbentuk bulat kenyal dan memadat indah mempesona nan menghiasi bagian dadanya yang jatuh dalam dekapan sang pria jahanam itu.
Ciuman ganas penuh birahi yang luar biasa buas dari sang durjana kepada korbannya menutupi suara erangan dan rintihan siswi berjilbab itu. Kedua bibir dari insan berlainan jenis ini bertemu seketika dalam peraduan adegan indah persetubuhan nan terlarang itu. Lidah lelaki itu telah memasukki rongga mulut mungil sang dara berjilbab yang terpejam erat dan menari-nari di dalamnya berusaha
Terus didera bertubi-tubi ciuman sang lelaki, kini Jannah hanya bisa pasrah merelakan lidahnya yang telah dikaitkan oleh tarian lidah lelaki tersebut yang elastis,kadang pula lemas seperti tali yang meliuk-liuk maupun mengait lidah mungilnya Setelah dirasanya telah puas mencicipi keperawanan sang dara, kini penis yang cukup lama terbenam di dasar vagina itu kini ditariknya perlahan dan kedua jembut mereka yang tadinya melekat erat seakan telah menjadi satu itu mulai terpisah ruah.
“Psshh…! sleph.. wes hewess..!”, suara yang ditimbulkan dari pelepasan batang pelir yang tertancap pada kemaluan sang perawan itu begitu sangat khas sekali di telinga dan proses terenggutnya kesucian gadis berjilbab itu dimulailah.
Kini seiring dengan pergerakan urat intim lelaki jahanam itu yang telah keluar sepertiga dari ukuran batangnya dari dalam belahan intim kemaluan dara berjilbab itu yang merekah membuat bibir-bibir vagina korbannya menjadi ikut tertarik sampai monyong kedepan. Bersamaan itu pula dari sela-sela lubang vaginanyanya dimana kulit-kulit kemaluan bajingan itu bersarang didalamnya, kini tampak berkilat-kilat basah oleh lendir vaginanya yang melumasi jajaran tonggak daging pelirnya mulai menetes darah segar kesuciannya yang pada akhirnya berhasil direnggut paksa jua dari tubuhnya.
“Mmpphff! Ugh! Ughff!!”, itulah suara rintihan dari seorang dara berjilbab yang terdengar saat keperawannya telah terenggut seutuhnya oleh sang lelaki maniak durjana pemetik bunga nan penuh nista ini, sementara sela-sela vaginanya yang telah diluluh lantakkan itu masih berdesis-desis tatkala melepaskan batang pelir lelaki tersebut dari dasar peranakkannya diiringi senyum kemenangan kepala rampok itu.
Mulut lelaki itu melahap belahan payudara kanan gadis itu dan menelan puting susunya sekaligus, lalu disedot-sedot dengan buas penuh dengan nafsu hewaniah. Tubuh setengah telanjang siswi SMK berjilbab itu sampai menggeliat-liat dibuatnya seiring dengan dimulainya hentakkan pinggul lelaki itu diantara kedua kaki indah mengangkang dengan rok panjang abu-abu yang tersingkap sampai sepinggang.
Kini korbannya yang mengenakan jilbab putih itu telah takluk pada kejantanannya. Derai-derai air mata di pipi mulusnya itu telah dibersihkan pula oleh telapak tangannya yang kekar. Sepasang betisnya yang masih mulus terbentang kencang itu kini dikepitnya diantara kedua ketiak dari lengan perkasanya kiri dan kanan. Kaki-kaki indah yang masih memakai sepatu warna hitam dengan kaus kaki panjang berwarna putih yang terjuntai itu tampak bergerak-gerak seiring hujaman lelaki bajingan itu pada lubang vaginanya dan seragam putih abu-abu yang teringkap itu sudah bermandikan oleh peluh persetubuhan terhempas-hempas dibuatnya.
Dengan posisi setengah jongkok lelaki jahanam itu terus menggenjot tubuh Jannah yang masih begitu kencang dan padat diusia mudanya. Kedua tungkai paha gadis itu kini ditekan oleh kedua tangannya sehingga kangkangannya semakin jelas dan lebar dengan kedua tumit kaki indahnya bertumpu pada kedua belah pundak berkulit gelap sang durjana tersebut. Wajahnya yang cantik dengan jilbab putihnya semakin mendongak kebelakang Kedua kakinya semakin tertarik keatas bertopang pada pundak kiri dan kanan sang lelaki jahanam yang telah leluasa menikmati kehangatan tubuh mudanya itu.
Dalam posisi yang sebegitu rupa ini membuat bongkahan dari pantat gadis yang berkulit putih mulus licin itu semakin mencuat keatas mempertontonkan lonjakan-lonjakan kejantanan lelaki itu yang masih terlihat seret keluar masuk pada vaginanya. Kedua biji pelir lelaki itu yang terpontang-panting menabrak-nabrak jalan masuk lobang pantatnya semakin nyata mengiringi lelehan lendir kewanitaannya yang telah bercampur aduk dengan darah
kesuciannya nan terus menggenangi mulut vaginanya dan dijadikan bulan-bulanan olehnya. Cairan surgawi kepunyaan gadis berjilbab itu telah merembes sampai membasahi lubang anusnya yang begitu kecil tak berdaya nan berwarna merah muda sungguh menawan hati ini beserta bercak-bercak darah keperawanannya yang telah direnggut Matras tempat tumpuan adegan persetubuhan mereka itupun mulai berdentum-dentum seiring dengan suara decakan peret pada lubang kemaluan dara berjilbab yang digagahi oleh bajingan zina ini.
“Ough… ohh.. ohh.. ternyata enak sekali memekmu ini sayang.. Ohh.. ohh.. sempit sekali sihh..? masih peret nihh Uhh.. Ohh… Ouh”, seloroh ******* itu diantara tarian maksiatnya menikmati kehangatan daging belia korbannya ini.
“Ahh…! ahh..! aduhh..! perih Pak.. Oh.. oh.. jangan keras-keras.. uhh..ahh”, pinta Jannah itu akhirnya.
“Enak sayang?! Hah?! Bagaimana sekarang?! Masih sakit yach?! aduh kasihan.. tahan sebentar yahh manisku? Ohh.. ohh.. Ouh..”, balas lelaki itu yang asyik menggenjot vagina milik siswi berjilbab itu.
“Sshh.. ahh… sshh.. ohh.. pelan-pelan Ppakk.. ahh.. ahh.. ahh”, pintanya di sela-sela tubuhnya yang terhentak-hentak tanpa perlawanan lagi. Senang sekali sang bajingan itu mendapati korbannya kini telah pasrah melayani keinginannya.
“Jangan ditahan terus dong ******ku ini sayang.. terima saja apa adanya.. lebarkan kakimu supaya tidak terlalu sakit lagi manisku.. ohh.. ohh.. legit sekali kepunyaanmu ini.. ohh”, perintah ******* itu yang kiranya langsung dipatuhi oleh gadis cantik berjilbab itu yang semakin membuka rentangan kakinya hingga semakin jelas bibir memeknya yang melesak ke dalam dan memonyong ke depan mengikuti hunjaman penis besar yang tertanam didalam isi belahan daging surganya.
Liang anus gadis berjilbab itu juga turut mengembang dan menguncup terkena pukulan-pukulan kedua biji penis lelaki jantan itu yang terbanting-banting di bongkahan pantat yang mungil mengangkang seakan sengaja ia mempertontonkan miliknya yang indah namun terlarang
Kedua tubuh itu terus bergumul seakan tak peduli lagi akan keadaan malam yang semakin larut dalam keheningannya, seakan tak terpisahkan lagi dalam gelora nafsu membara yang menyala-nyala dikamar gubuk yang telah pengap dan sesak oleh permainan asmara nista berbirahi hina ini. Meskipun telah lewat masa seperempat jam berlalu, namun tak membuat lelaki perkasa itu mengendorkan goyangan pinggulnya dan terus melesak-lesakkan pelirnya
mengaduk-aduk isi dalam lubang kemaluan dara berjilbab itu yang telah sembab membengkak dan semakin memerah warnanya.
Tak lama kemudian tubuh dengan hem putih lengan panjang yang terbuka dengan rok abu-abu panjang yang tersingkap sepinggang itu yang berada dibawah lelaki durjana tersebut menggelinjang kencang seiring dengan luapan puncak orgasmenya yang kedua. Perut rampingnya yang dihiasi pusarnya nan begitu indah tampak berkedut-kedut mengikuti gelinjangan tubuh setengah bugilnya. Kedua kakinya yang masih bersepatu itu kini menendang-nendang di udara menahan luapan puncak kenikmatannya yang melanda sekujur tubuh dengan hem putih lengan panjang yang terbuka itu. Dan belum lagi kelojotan siswi berjilbab itu terhenti, lelaki itu segera mencabut penisnya dari dalam liang vaginanya yang tengah bergetar didera arus birahi sanggamanya.
“Wess hewess.. poof!!”, begitulah suara yang dihasilkan saat batang kejantanan lelaki itu dicabut dari jepitan lubang kemaluan Jannah yang telah kehilangan keperawanannya ini.
Sekujur kulit luar dari penis nan demikian perkasanya penuh dengan lelehan lendir vagina yang bercampur dengan lumuran darah segar kesucian siswi SMK berjilbab cantik itu yang belepotan melumuri tonggak daging kejantanannya yang masih mengacung tegak mengangguk-angguk. Kedua tungkai kaki gadis itu di angkat keatas tinggi-tinggi dari matras sehingga ujung kaki yang masih mengenakan sepatu itu terjuntai indah menggantung tanpa daya. Di dalam sepatunya itu kedua otot dari jari-jari kaki indahnya
mengatup dan membuka sangat cepat sekali bergantian membendung gelora birahinya yang kembali telah berhasil dibangkitkan oleh lelaki itu. Bongkahan pantatnya terhidang jelas tepat berada pada wajah lelaki itu yang menadahkan lidahnya pada perbatasan antara belahan bibir vagina gadis berjilbab putih tersebut dengan daerah duburnya dan ia tempelkan disitu.
Berikutnya dari mulut vaginanya yang kini sudah tak berbentuk garis vertikal yang sempit seperti tadi itu, malah kini telah terpecah menjadi dua garis bergelombang dengan kelentitnya yang bengap dan basah itu terkuak sejelas-jelasnya disertai oleh lelehan lendir memeknya keluar dari lubang senggamanya nan semakin merekah menjadi sebesar ukuran sebutir telur burung puyuh.
Cairan yang keluar dari vagina itu langsung ditelan oleh lelaki itu
dengan rakusnya bak orang yang tengah kehausan nan amat sangat. Dengan lahapnya jilatan lidah lelaki itu sampai menyeruak-ruak kedalam isi belahan kemaluan korbannya, menyapu segenap dinding bagian dalam vagina gadis malang itu sampai licin tandas tanpa tersisa sedikitpun.
Tubuh dengan hem putih lengan panjang yang terbuka milik dara itu kini terjerembab pada hamparan matras yang terbentang awut-awutan disana sini dan ditengahnya telah terdapat noda darah dari kesuciannya. Jilbab putih yang dikenakannya pun basah oleh keringat yang menucur deras dari kepalanya. Selain itu sebagian rok panjang abu-abu seragamnya dibasahi oleh keringat keduanya dan juga lendir-lendir yang berasal dari kedua kelamin yang berbeda jenisnya tersebut. Keletihan yang amat sangat mendera tubuh dengan seragam sekolah yang tersingkapnya kini telah lusuh tanpa tenaga lagi, seakan tulang-tulangnya telah terlolosi semuanya. Belum lagi usai mengatur helaan nafasnya yang masih menderu-deru, tetapi kini tubuh setengah telanjang gadis itu yang ramping itu dibalikkan secara paksa oleh lelaki itu sehingga tertelungkup.
Tangan-tangan kurang ajarnya menyusupi bagian bawah perutnya yang telah menempel pada kasur ranjangnya, setelah itu ditariknya keatas, dan bongkahan pantat gadis yang telah lemas itu terjungkit keatas kini. Bajingan itu menekuk kedua lutut korbannya sampai pantatnya tampak dalam posisi menungging. Agaknya ia akan menyetubuhi dara itu dengan mengambil gaya dari ****** yang tengah kawin. Namun sebelum itu tangannya berpindah lagi menyingkap rok abu-abu panjang milik Jannah yang sempat terjuntai kebawah menutupi pantatnya. Lalu ditelusurinya pantat itu dengan jemarinya dan menemukan posisi lubang anusnya berada, lalu lidah lelaki itu menyusupi kekedalaman belahan duburnya itu tanpa rasa jijik sama sekali mengingat lubang itu biasa digunakan untuk buang hajat.
Tetapi apalah artinya batasan itu jika dibandingkan dengan nilai kenikmatan yang dapat ia peroleh dari kelezatan anusnya sang gadis muda berjilbab dengan mengabaikan aroma tak sedap yang terpancar dari dalamnya.
Setelah puas menjilati dubur dari sang siswi SMK yang begitu sangat lezat baginya ini, kini tubuh lelaki itu berlutut dihadapan tunggingan pantat korbannya, setelah itu batang penisnya kembali ia selusupkan ke dalam vagina gadis itu yang telah kehabisan suaranya karena kecapaian melayani birahi lelaki perkasa ini. Bajingan itu memperkosa vaginanya dari arah belakang tanpa peduli sama sekali terhadap perasaan korbannya, yang ada hanyalah nafsu yang harus ia tuntaskan walaupun harus mempertaruhkan dirinya yang sewaktu-waktu dapat tertangkap oleh aparat hukum.
Kembali kedua tubuh itu menyatu dan jembut yang menghiasi bawah perut lelaki itu seakan terjepit pula ke lubang anus dara bidadari cantik berjilbab ini tatkala penisnya terus menyodok-nyodok isi dalam liang kemaluannya.
Menjelang tengah malam, sepasang insan berlainan jenis itu meraih orgasmenya untuk yang ketiga kalinya dalam posisi menungging, namun baru kedua kali jikalau dihitung dari saat mula Jannah disetubuhi lelaki jahanam tersebut. Malangnya pelajar berjilbab itu tak sadarkan diri lagi usai mencapai puncak surga duniawinya dari lelaki itu yang staminanya begitu sangat luar biasa.
Rasanya jarang sekali lelaki yang mempunyai daya tahan tubuh seperti pria durjana bertopeng ini Setelah puas mereguk cairan lendir madu surgawi yang telah dihasilkan kembali oleh vagina gadis itu pada puncak kenikmatannya tadi. Ia menelentangkan kembali tubuh gadis berjilbab itu yang telah pingsan dan menaruh kedua tumit dari kaki dara itu yang setengah telanjang ke kanan kiri bahunya lagi untuk kemudian menggenjot kembali tubuh si siswi belia berjilbab ini dengan brutal.
Tampak sekarang pompaan penis lelaki ini pada vagina korbannya terus bertambah kecepatannya, sementara hamparan matras dibawahnya itu telah benar-benar basah oleh keringat keduanya yang semakin memanas. Andai saja Jannah tidak sadarkan diri seperti sekarang ini, mungkin ia akan meminta ampun karena pasti vaginanya akan terasa nyeri diperlakukan sedemikian brutalnya oleh pemerkosa tersebut.
Barulah pada pukul setengah satu pagi, tubuh lelaki itu bergetar hebat diatas tubuh korbannya yang pingsan untuk sekian lamanya dan tanpa sepengetahuan siswi SMK berjilbab nan cantik ini, bajingan itu memuntahkan segenap akhir puncak dari nafsunya yang meledak-ledak kedalam tubuhnya. Paha yang terbuka membentuk huruf “V” dari tubuh Jannah itu ditekannya kuat-kuat. Tubuh kekarnya seakan telah lekat menjadi satu dengan korbannya. Akhirnya lelaki itu sedang memuntahkan seluruh persediaan cairan mani lelakinya yang sejak tadi tersimpan di kedua belah biji penis besarnya nan perkasa. Cairan mani dari kemaluan lelaki itu yang mengandung benih-benih cintanya kini memuncrat-muncrat mengisi rongga rahim siswi berjilbab itu yang tengah dalam keadaan subur malam itu.
“Croot..! serr.. serr.. creet.. cret!”, benih lelaki itu begitu tersembur dengan sangat cepat menyemburat kuat ke dalam isi dasar belahan vagina Jannah sang siswi SMK berjilbab yang dikangkanginya tanpa pelindung sama sekali.
Gadis belia berjilbab itu hanya diam terpana merasakan lahar panas mengalir deras kedalam liangnya…..”Ahhhhhhh…….. ….”, pekik puas pemerkosa bertopeng itu sembari kedua tangannya mencengkeram rok abu-abu panjang seragam sekolah Jannah yang tersingkap sepinggang. Lalu durjana itupun rubuh menindih tubuh korbannya dengan rasa puas tak terkira.
Suasana ruangan di gubuk itu kembali sepi yang nampak hanyalah pemandangan seorang pria bertopeng telanjang bulat sedang menindih tubuh seorang perempuan belia berjilbab putih dengan seragam putih abu-abunya telah tersingkap serta awut-awutan.
Nyamar jadi pembantu
4 tahun di Industrial Light & Magic, US, spesialis sculpture untuk
kostum, topeng, dan bagian tubuh palsu. Resumeku mungkin sangat
membanggakan. Beberapa perusahaan pembuat film kelas kakap Hollywood
bahkan sangat berminat menjadikan aku sebagai advisor atau konsultan,
tapi aku tolak. Ku hendak pulang ke Indonesia.
Aku tak pernah mempermasalahkan duit. Penghasilanku di ILM jauh melebihi seorang pekerja senior di industri migas. Tabunganku di Amerika sudah jauh lebih dari cukup untuk hidup secara layak di Indonesia. Tanpa bekerja. hanya dari bunga tabungan saja. Orang bilang pensiun dini. Aku bilang awal dari petualangan hidup. Yang sebenarnya.Yang selalu aku impikan dan bayangkan.
Nama panggilanku adalah Simon, seperti nama SImon Templar di serial The Saint, yang amat jago menyamar.
***
Aku selalu punya keinginan mendalam untuk mengintip. Bukan, bukan hanya sekedar mengintip celana dalam perempuan sebentar atau sekilas belahan dada yang terbentuk ketika seorang wanita membungkuk. Lebih dari itu. Aku ingin mengintip tanpa rasa takut ketahuan. Aku ingin mengintip, benar-benar mengintip, sampai aku terpuaskan, segala macam yang tersembunyi dari wanita. Belahan dada tak cukup bagiku. Aku harus mengintip buah dada, penuh sampai putingnya. Celana dalam tak cukup bagiku. Aku harus bisa melihat isinya yang rimbun atau tercukur rapi.
Jelas, sebelum aku pulang ke Indonesia, peralatan untuk mencetak topeng dan kostum sudah kupaketkan, Demikian juga dengan peralatan spy cam cukup canggih, dan kupastikan belum ada di Indonesia. aku punya rencana yang sangat brilian.
***
Penyamaran menjadi hobi keduaku sebelum aku pulang ke Indonesia. Aku selalu mencoba beranekaragam bentuk tubuh dan wajah manusia. Toh, itu juga yang menjadi pekerjaanku sehari-hari. Kalian mungkin pernah melihat film Tootsie, ketika Dustin Hoffman menjadi seorang wanita demi mendapatkan gadis impiannya. Atau Mrs. Doubtfire, ketika Robin Williams menyamar menjadi ibu-ibu tua untuk mendekati keluarganya. Hehehe, jelas bukan aku yang mengerjakan kostum untuk film-filem itu, tapi itulah gambaran pekerjaanku. Karena jenis pekerjaanku itulah, aku bisa mendapatkan akses ke banyak peralatan dan bahan pembuat kostum-kostum itu,dengan gratis.
Aku kemudian mencoba untuk membuat kostum dan topeng-topeng itu, dan kemudian memakainya sendiri. Setelah itu, aku biasa memakainya, dan membawanya ke tempat-tempat ramai seperti mall, toko swalayan, gereja (ya,ya, aku memang gila), untuk mengetahui apakah orang bisa tahu apakah aku sedang menyamar atau tidak. Yupe, orang tidak pernah tahu. Bahkan suatu ketika aku menyamar menjadi seorang nenek tua (ya, dengan segala macam keriput di wajah, lengan, dan leher), aku diperlakukan seperti layaknya nenek-nenek tua, dituntun tangannya, didudukkan di depan, bahkan dicarikan taksi.
Inilah awal mula rencanaku.
***
Aku tertegun membaca papan nama di sebuah sudut, sangat dekat dengan rumah yang baru saja aku beli. "Dibutuhkan pembantu wanita untuk kos putri. Segera. Hub. 081 123xxxx Dwi untuk wawancara".
Ha! Tiba-tiba kurasakan impianku mendekati kenyataan. Surga dunia ada di depan mata! Impian mengintip bidadari-bidadari dengan samaran seorang pembantu wanita bisa aku wujudkan.
Aku masturbasi sore itu sambil menyusun rencana.
***
Jadi pembantu mungkin tidak susah, tapi capeknya itu yang tidak tertahankan. tapi menimbang "upah" yang mungkin bakalan aku dapat, dengan nekat aku telepon nomer itu. Tentu dengan suara wanita. Ku menelepon di wartel agar lebih meyakinkan.
"Selamat malam. bisa bicara dengan ibu Dwi?"
"Selamat malam, saya sendiri," manis sekali suaranya. kurasakan tubuhku menegang. Jantungku berdebar keras.
"Nama saya Srini bu. Saya menelepon untuk lowongan pembantu di rumah ibu. adik ipar saya kemarin lewat depan rumah ibu, dan memberitahu saya mengenai lowongan itu."
"O ya? Kalau boleh tahu, umurnya berapa ya?"
Deg. aku mau nyamar menjadi umur berapa ya?
"Saya umur 45 tahun, bu ..."
"O, mungkin mbaknya bisa langsung datang ke rumah untuk wawancara ya. maaf, saya tanya umurnya karena kami nyari orang yang agak tuaan untuk jaga rumah dan penghuninya gitu. "
Haduh. Selamat aku.
"baik, bu, saya akan datang senin sore untuk wawancara?"
"Maaf, mbak, bisa agak cepetan, sabtu sore, mungkin?" Ha, cuman sehari untuk membuat segala macam kostum dan topeng? Mati aku.
"Baik bu"
***
Aku segera menciptakan skema tubuh wanita Indonesia umur 45 tahun. Keriput sudah ada dimana-mana, tapi tidak terlalu kentara. Ada lipatan kecil-kecil di leher. Bagian perut sudah agak membesar. Dada sedikit kendor. Rambut sudah mulai memutih, tapi tidak banyak. Oke, sudah siap, tinggal buat cetakan. Sial. aku tak punya banyak waktu. Terpaksa aku pakai cetakan resin, terutama untuk bagian body. Keras, tapi cepat. Cetakan karet aku gunakan untuk bagian tubuh yang kelihatan, seperti muka, leher dan lengan.
***
Sabtu sore aku datang. Kupakai baju orang desa, sebuah gaun long-dress kembang-kembang, dengan lengan pendek, dan lipatan-lipatan pada bagian dada. Yup, cukup mewakili penampilan orang desa pada umumnya. Tak lupa aku membawa KTP palsu atas nama Srini, wong "ndeso" dari Mojokerto, Jawa Timur. Tak susah membuat KTP palsu indonesia.
Aku masuk ke rumah besar bertingkat dua itu. Mengetok pintu besar dengan dua daun pintu dan pegangan raksasa. Tiba-tiba sebuah wajah wanita melongok sedikit membuka pintu besar itu.
"Bu Srini?"
"Iya bu ..."
"Mari masuk. Saya Dwi, yang kemarin terima telepon," sapa wanita itu ramah.
Dwi, sepertinya yang empunya rumah.
"Silakan duduk dulu. Saya ganti baju dulu, tadi baru saja aerobik di belakang," Ujarnya sambil berbalik.
Tidak, tidak usah ganti baju. Aduh, tiba-tiba pikiran ngeresku muncul. Betapa tidak, si Ibu Dwi ini tipikal ibu-ibu setengah baya yang "bening" banget. Mungkin umur mendekati kepala 5, tapi bodi masih cukup mengundang birahi. Dada besar, lengkap dengan belahan karena baju senamnya yang ketat, bodi gitar, walapun ada tumpukan lemak di sana-sini (tapi kusuka!), kulit putih terawat, dan ya ampun, bokongnya besar padat. Terlihat garis celana dalamnya tercetak di balik celana senam ketatnya. Wajah pun cukup manis. Lebih aduh lagi, si otong mulai berdiri, membentuk tenda di balik gaun kembang-kembangku. Segera kututup dengan tas kumal yang aku siapkan.
Ah, ternyata baju gantinya lebih menarik daripada baju senamnya. Baju longgar model kini, dengan lubang leher yang cukup lebar sampai ke bahu warna cerah. Tali kutang warna hitamnya mengintip di bahu mulus si ibu Dwi. Lubang lengannya juga besar, membuat aku pengen ngintip dari samping. Roknya pendek (bukan mini), kira-kira 5 centian di atas lutut. Aduh, jangan siksa aku dong bu!
"Jadi, Bi Srini sudah lama kerja jadi pembantu?" kata bu Dwi sambil duduk, mengambil posisi di sampingku. Aha, ketiak dan sebagian kutangnya terlihat. Ketiaknya jelas mulus. Kutangnya berenda. Sayang aku tak bisa melihat volume payudaranya secara jelas.
Bu Dwi mengulangi pertanyaannya. Aduh, maaf, saya suka lupa kalo lagi asyik ngintip tubuh bagus begini. Percakapan pun lancar kembali. Aku tak pernah kesulitan dengan mengarang cerita. Kuceritakan bahwa aku adalah janda yang ditinggal mati suami dengan 4 orang anak di Mojokerto. Datang ke Jakarta 3 tahun yang lalu untuk bekerja sebagai buruh pabrik kerupuk di Jakarta utara. Tidak tahan karena bosnya suka sekali mencaci maki bawahan, trus nginep di rumah adik ipar sambil jadi buruh nyuci.
"Jadi, rumah adik iparnya deket-deket sini ya bi?" tanya bu Dwi. sambil bertanya dia mengangkat kakinya. Sekejap kulihat paha putih mulus mengintip. Kebetulan, ada 2 temanku mantan kameraman ngontrak deket-deket di situ. Bisa diaturlah kalau suruh berperan jadi adik ipar.
Pembicaraan berakhir soal gaji. Terang aja aku bilang mau digaji berapa saja, asal bisa bekerja dengan tenang (dan bisa ngintip sepuasnya, hehehe).
"Bi Srini bisa langsung kerja?"
"Kalau boleh bu, kira-kira bisa tidak ya sabtu minggu depan saya kerja. Ga enak sama adik ipar saya bu,kalau langsung pergi. Ada utang bikin kue bantuin istrinya."
Bu Dwi terdiam sebentar berpikir.
"Bi Srini, saya masih perlu lihat kerjaan bu Srini. bisa ngga sebulan dulu disini untuk lihat kerjaanya"
Ah, lega. Sebulan juga sudah cukup untuk memuaskan "hobiku". Berarti ada kesempatan untuk buat kostum yang nyaman dipakai dan tidak mencurigakan. Ada waktu 3 hari juga untuk berlatih menjadi pembantu.
***
Aku tak sabar menunggu hari aksiku itu. sebuah koper besar sudah aku siapkan.
Tapi malam itu bukan bu Dwi yang membukakan pintu.
"Bi Srini ya, silakan masuk bi," kata gadis manis yang bongsor bongsor itu.
"Tante Dwi lagi terbang ..."
Aku melongo.
"maksudnya, tante Dwi kan pramugari Garuda. Sekarang lagi tugas. Biasanya 3-4 harian gitu bi. Oya, kenalin, namaku Erika, ponakan tante Dwi .."
Manis sekali anak ini. wajahnya sih masih bau kencur, tapi bodinya, ck ck ck, benar-benar potensial untuk digumuli. Si gadis itu terus nyerocos menerangkan tugas-tugasku sambil menunjukkan kamar yang akan aku tempati. Sebuah kamar kecil di dekat dapur belakang, dengan tangga ulir kecil untuk naik ke tempat jemuran. Rumah besar itu punya tangga utama yang biasa digunakan anak kos berlalu lalang. Aku sendiri tidak terlalu mendengarkan omongan gadis itu. Dengan berada di belakang gadis itu, aku bisa melihat volume bokongnya yang menggiurkan. Gadis itu memakai baju yang biasa saja sebetulnya, rok dengan kaos yang tidak terlalu ketat, tapi tetap saja, membayangkan potensinya membuat si otong berdiri.
"Bi, ayo naik ke atas, kukenalkan sama anak-anak kos," tangannya menggandeng tanganku. Aku naik ke lantai 2.
Lantai 2 mempunyai 8 kamar besar. rata-rata berukuran 3x4,5 m, dengan kamar mandi di dalam. ada dua kamar yang kamar mandinya barengan. Letaknya dekat tempat jemuran yang bisa diakses dari dapur (dekat kamarku). Erika menerangkan kalau rata-rata penghuni kos-kosan adalah wanita bekerja, cuman dua orang yang masih kuliah semester akhir.
Ketika kami sampai di lantai 2, ternyata anak-anak kos sedang kumpul di ruang tengah yang cukup lebar sambil nonton TV yang ukurannya besar, mungkin sekitar 40an inci. Dan ketika melihat itu semua, aku hanya bisa berkata, inilah surganya para pengintip. 8 orang perempuan, bercanda ria, ketawa-ketiwi, dengan kostum santai (terlalu santai) tanpa curiga bahwa ada lelaki diantara mereka, AKU!!!
Tina, seorang karyawati bagian customer care di perusahaan GSM terkemuka di Jakarta, diperkenalkan kepadaku pertamakali oleh Erika. Wajahnya mengingatkanku pada Happy Salma. Hitam manis, bibir berkumis, dengan tubuh padat berisi. Malam itu si "Happy Salma" memakai kaus tanktop warna hitam, dengan tali kecil di bahu, memperlihatkan warna tali kutangnya yang merah muda. Belahan dadanya yang padat mengintip (bukan mengintip, tapi memberontak ingin keluar) mengundang birahi (ku, tentu saja).
"Hallo Bi, aku Tina," salamnya ramah. Aku salaman sambil melihat dadanya tentu saja. Bodohnya aku.
Silva dan Silvia, anak kos yang kemudian dikenalkan dengan aku, adalah kembar yang masih kuliah. Mereka menempati kamar kos yang kamar mandinya barengan. Keduanya bertubuh mungil, putih, dengan rambut dikuncir dan mata bening yang belok. Mataku langsung membelalak melihat "kostum" yang mereka kenakan. Keduanya memakai gaun tidur yang lebih tepat dikenakan di dalam kamar, tidak di luar kamar. Gaun tidur satin warna merah maroon, dengan tali bahu tipis (orang bule biasanya bilang spaghetti straps), renda terawang di bagian dada, dan mini 10an centi di atas lutut. Aduuh !
Aku duduk di antara anak-anak kos itu sambil berkenalan (sebenarnya karena dari tadi si otong tidak mau tidur!).
Eva, yang tertua dari semua anak kos, berumur sekitar 30an tahun. Dia bekerja sebagai marketing executive perusahaan properti yang setiap sabtu dan minggu tayangannya ada di hampir semua televisi swasta. Kacamata agak tebal tidak menghilangkan bahwa Eva adalah seorang perempuan Cina yang seksi. Tinggi badannya layak disandingkan dengan model-model semacam Caroline Zachrie atau Catherine Wilson. Senyumnya maut, tapi agak angkuh. Tangannya aduhai halus. Dari posisi dudukku di depan dia, ku bisa melihat bahwa Eva memakai celana dalam warna hitam. Roknya tidak mini, tapi cara duduknya yang super nyantai yang menyebabkan pemandangan itu. Diantara yang lain, kostumnya paling sopan.
Dinia, entah apa kerjanya, tapi itu tidak penting begitu melihat bodinya. Jelas tidak sekelas dengan teman-teman kosnya yang lain. Wajahnya tidak menonjol. bodinya agak besar, kalau tidak bisa dibilang gendut. Lipatan perutnya jelas tercetak di kaos ketatnya. Ah, ini penyimpangan di surga. tak apalah.
Tere (bukan penyanyi), adalah seorang bartender cewe yang bekerja di sebuah bar yang cukup besar di daerah Jakarta Selatan. ini hari liburnya. Biasanya sabtu dia tak pernah ada. Tato gambar kupu-kupu tercetak jelas di betisnya yang putih mulus. Kakinya sungguh sempurna. Padat berisi, penampang sedikit bulat, putih mulus. Celana hotpants super pendek jelas sangat-sangat menarik perhatianku. Sedikit terlihat bongkahan bokong putihnya ketika dia menggeser duduknya.
Dua orang terakhir yang dikenalkan padaku adalah Vina dan Gege. Gege, seperti namanya, serba gede, mulai dari bemper depan (astaga!) sampai bemper belakang (lebih astaga lagi!). Wajah sih biasa, kulitnya juga hitam. Hanya dia yang pakai daster di ruangan itu. Daster mini dengan tali bahu yang kecil. Daster ini sebenarnya belahan dadanya tidak rendah, tapi karena ukuran dadanya yang luar biasa, belahan dada yang dalam tampak mengintip dengan leluasa.BH dan CDnya matching, warna biru tua.
Vina, ah rasanya tak perlu kuceritakan. Sama sekali tidak menonjol, baik bodi maupun wajah. Penyimpangan seperti halnya Dinia.
Aku ngobrol sebentar dengan mereka sambil memuaskan mataku mengintip berbagai bagian tubuh mereka yang terbuka. Sungguh indah dunia ini ...
Aku masturbasi lagi malam itu ...
***
Minggu Pagi-pagi sekali aku sudah bangun. Bukannya rajin, tapi aku pengen ngeliat pemandangan-pemandangan cewe-cewe yang sedang bangun tidur dengan pakaian seadanya dan bersiap untuk mandi. Sengaja kupegang lap pel dan ember untuk alasan bekerja. Dan ngepelnya tentu saja dari lantai dua, dimana pemandangan lebih indah. Pesan dari Erika, semua kamar harus dipel seminggu sekali, dan pas ada orangnya, jadi pembantu tidak dicurigai apabila ada kehilangan. OK deh.
Gila, jam 7 pagi belum ada yang bangun? bolot semua nih cewe ya. Aku mengetuk pintu kamar cewe favoritku, Eva. Semoga saja ...
"Non, bibi, nih, mo ngepel lantai ..." Ketukku perlahan.
...
Tidak ada jawaban.
"Non Eva? Bi Srini, non,"ketukku lebih keras.
"ya bi, sebentar."
Tangan mulus pun membuka pintu. Tampak wajah Eva masih mengantuk.
"Pagi banget sih, bi, nanggung nih ..."
"Maaf Non, abis kerjaan bibi banyak sih, ..." ujarku sambil masuk ke kamar Eva, tentu saja sambil melirik kostumnya. Wah, biasa saja. Piyama lengan panjang dengan celana panjang. Garing. Aku bergegas mengepel, sampai tak sengaja aku melihat BH renda warna merah muda yang tergantung di gantungan baju di balik pintu. Jangan-jangan ...
Iya, benar, Eva tidak pakai BH. Setelah aku perhatikan dengan seksama, di balik baju piyamanya sudah tidak ada penghalang apa-apa lagi. Dua puting susu tampil malu-malu menonjol di balik bajunya. Aduh, aku jadi ga konsen ...
"Non Eva ada cucian kotor?" tanyaku sambil tetap mengepel dan melihat bodinya yang seksi.
"Ada bi, daleman semua nih, nunggu yang lain aja ya bi."
Ha, Daleman? "Ga usah Non, nyicil aja, biar sayanya juga ga kebanyakan nyuci gitu."
Aku keluar menenteng ember kecil berisi daleman Eva.
***
Beberapa hari ku di sini, salah satu kegiatan paling menyenangkan adalah mencuci baju. Bukan, aku bukan seorang fetish, walau harus kuakui, melihat daleman wanita, apalagi yang sudah dipakai, dengan renda-renda yang menerawang dan warna-warna yang berani, membuat diriku sedikit terangsang ketika mencucinya.
Aku paling suka mencuci baju-baju Tere dan Eva. Bukannya apa-apa, tapi baju-baju mereka, terutama dalemannya, sangat-sangat merangsang. Mayoritas berwarna merangsang seperti off-white, merah, hitam, dengan hiasan-hiasan renda dan bahan satin yang lembut dan menggoda. Aku suka berlama-lama di ruang cucian agar dapat menikmati interaksi dengan dalaman mereka. Berinteraksi maksudnya, beronani dengan menggesekkan dalaman lembut bekas pakai itu ke otong, dan kemudian memuncratkan cairan si otong ke dalaman itu sebelum dicuci. Ahh, nikmat!
***
Kejadian Pertama : Memijat "Happy Salma"
Ini bulan pertama aku di sini. Aku semakin mendapatkan kepercayaan dari Ibu Kos dan tentu saja, anak-anak kos. Aku tak ingin mereka curiga dengan keberadaanku di sini, dan buat aku, mendapatkan kepercayaan dari anak-anak kos berarti rejeki nomplok.
Satu hal yang membuatku terbayang-bayang sampai sekarang adalah kejadian memijat salah seorang anak kos.
Sore itu hujan deras sekali. Seperti biasanya, sore merupakan saat melepas lelah bagiku. Aku nonton TV di ruang tengah lantai 2, karena TV di kamarku kecil. Ada Vina di sampingku, dia tidak kerja karena lagi cuti haid.
"Bi, kaki-kakiku pegel semua nih, lagi mens. Mau ngga pijetin saya bi?" tanya Vina.
Aduh, bukannya nolak sih, cuman bodi si Vina ini jauh dari menggiurkan. Anaknya agak item, badannya se Okky lukman gitu deh, plus giginya ada kawatnya! Ganggu aja orang nonton TV!
"Iya deh, non," kataku terpaksa. Adegan di TV lagi seru, ada Me vs Mom, yang maen si montok Sissy Priscilla. Kemudian aku mulai memijat kaki-kaki Vina. Buset dah, kakinya keker bener, kaya pemain sepakbela, keras. mana banyak asesorisnya lagi.
"Nah, di situ bi, enak banget tuh," kata Vina. Iya, kamu yang enak, aku yang sesak napas!
sekitar 15 menit, aku menanyakan ke Vina, apakah dia sudah puas. "Masih belum bi, lanjutin bentar lagi ya," ujarnya keenakan.
Tiba-tiba ...
"Eh, Vin, enak bener dipijetin bibi," seru suara cewek yang naik tangga. Oh, si Tina, si "Happy Salma".
"Eh, Non Tina. ga kehujanan Non?" tanyaku ngarep. Betapa ga ngarep, saat itu Tina memakai kaus ketat warna krem, yang pasti akan memberikan bayangan yang menarik apabila basah. Yah, semacam Girls Gone Wild begitu.
"Ga bi, naik taksi tadi," katanya berlalu dari hadapanku.
Aku akhirnya menyerah juga, berhenti memijat Vina dengan kaki besarnya dan bergegas untuk menyiapkan makan malam. Bu Dwi sebentar lagi mau pulang.
***
Setelah makan malam bersama, aku beranjak ke tempat tidur. Hari ini memang luar biasa capek, dan hawa dingin setelah hujan membuatku ngantuk sekali. Aku sudah hampir tidur ketika kudengar ketokan perlahan di pintuku.
"Siapa ya?" tanyaku.
"Tina, bi." Eiits, si Happy Salam. Bergegas aku membuka pintu. Upps, sial, untung aku sempat sadar, wigku belum kupakai, dan aku belum memakai kostum bi Srini. "Ya, non tunggu sebentar," Buru-buru saja aku mengambil kain untuk menutupi diriku, sampai bagian dada, kubiarkan tali kutangku keliatan, agar keliatan baru bangun tidur.
Dan di depan pintuku telah berdisi si Tina dengan segala keindahannya. Seperti mimpi saja rasanya ada bidadari montok di depan kamarku.
"Mari-mari Non, masuk," aku menyilakan,"maaf, ini, masih pake kain, abis tadi udah mau tidur."
"Ga papa bi," balas Tina sambil didik di dipanku. Malam ini Tina memakai daster warna merah tua, dengan tali bahu yang kecil. Aku tak melihat ada tali kutang, jadi sepertinya dia..... NOBRA! dadaku langsung berdegup keras. sialnya, lampu bohlam kuning di kamarku tidak mendukung aksi penerawangan itu. lagian, bahan dasternya cukup tebal, sehingga tidak menyisakan ruang untuk imajinasi liarku.
"Bi, boleh minta tolong dipijitin, ga? aku pegel banget nih abis jaga stand seharian. Aku bayarin deh bi, mau ya?"[n00bie2009blue fame]
Glek. Hampir saja aku berkata,"Aduh non, kenapa harus bayar, asal bisa liat non telanjang saja udah cukup."
Aku memasang muka tenang, biar ga terlalu keliatan napsu. "Non mau pijat pake minyak atau pijat biasa aja non? baiknya kalo pegel banget sih pake minyak telon atawa minyak kayu putih."
"iya, deh bi, terserah bibi aja. Saya baring aja ya bi," kata Tina sambil memasang posisi telungkup di dipanku. Tangannnya meloloskan kedua tali bahu daster itu sampai ke lengannya. Dadaku berdegup makin keras melihat pemandangan erotis di depanku itu. hampir saja botol minyak telonnya jatuh karena tanganku bergetar ketika menjangkaunya.
Dengan pelahan, tanganku mulai mengolesi bahunya yang mulus dengan minyak dan memijat perlahan di bagian leher dan tulang selangkanya.
"iyaaah, di situ bi, enaak banget," kita Tina mendesah. Sama, aku juga enak. Aku terhenti sebentar melihat kedua bongkah susunya melimpah di samping. Indahnya. Aku meneruskan memijat bahunya, sambil sekali-sekali menyentil limpahan susu itu. Aku benar-benar terangsang.
Urutanku beralih ke garis punggungnya. "NOn, masih mau pake minyak ga? kalo masih mau pake, dasternya harus dilolosin," kataku ngarep. "iya bi," kata dia bangkit sebentar dan kemudian menurunkan daster sampai batas punggung dengan pantat. Sekilas kulihat dadanya yang penuh bergoyang ke samping.
"Aduh, Non, maaf ya non, bodi non bagus banget deh. Ngingetin bibi waktu bibi masih muda dulu ...", Tina cuma ketawa. "Masak sih bi, jadi geer nih," ujarnya kemudian sambil mengambil posisi telungkup.
Aku meneruskan pijatanku di daerah punggungnya. Saat ini limpahan susunya membentuk gelembung padat sempurna di samping kiri-kanan punggungnya, tanpa sehelai benang sedikitpun. Ah, seandainya ...
"Iya non, bibi dulu waktu masih muda kayak Non, sekel, bahenol, kata orang dulu. Yang ngantri mau kawinin bibi banyak non, sampai pak Kades segala," asal ku bercerita sambil memijat punggung sempurna coklat sawo itu. tanganku bergerak ke arah pinggang, mendekati puncak pantat yang padat itu. Celana dalam hitamnya telihat mengintip di balik dasternya. Keliatan garis rendanya yang berlubang-lubang kecil. Aku mulai kegerahan dengan kostumku ini, belum lagi ada desakan di celana dalamku.
"Ah, masak sih, bi, ayo cerita lagi dong bi," kata Tina sambil beringsut kecil, mungkin dadanya yang super padat agak kepayahan menahan berat tubuhnya. Aku pun semakin bersemangat cerita, tidak lain agar Tina bisa lebih relax dan tanganku bisa menjelajah lebih jauh. Kali ini tanganku sudah memijat pangkal pantat, tepat diatas tali celana dalamnya.
"Maaf non, bokongnya mau dipijat tidak? kata orang-orang jaman dulu, di bokong itu ada titik-titik refleksi untuk gangguan maag, ginjal dan hati," kataku ngawur.
"Aduh, malu bi ...."
"Ah, Non, kan sama-sama wanita ...."
"Iya deh, tapi Tina pinjem selimut ya bi untuk nutup bagian atas, dingin nih lama-lama ..."
"Ini non selimutnya. Celananya dan dasternya dicopot dulu ya Non, biar gampang mijitnya, " kataku sambil langsung menarik daster dan celana dalam ke arah kakinya. Napsu!
Ketika tubuhnya menggeliat untuk mengambil selimut itulah aku melihat pemandangan yang benar-benar memukau. Payudara kanannya yang pada dengan puting warna coklat tua menampakkan dirinya dengan segala keindahannya. Aku hampir saja ngecrot di tempat! Putingnya mancung ke depan, seperti puting payudara yang terangsang. Tapi mungkin karena dingin, jadi mancung begitu.
Celana dalam dan daster sudah ada di tumit kakinya. Ya Tuhan, tak tahan aku. Aku merasakan penisku tegang luar biasa ketika melihat pemandangan bukit kenyal itu. Kedua pantat itu benar-benar sempurna, padat dengan bentuk yang pas, tanpa selulit sama sekali. Buah pantatnya mulus tanpa jerawat yang biasanya ada di pantat, dan di tepat dibawah kedua buah sempurna itu, terlihat bukit kecil yang menonjol dengan kedua belahan vagina yang sedikit tertutup oleh rambut-rambut. Oh, dia mencukur rambut vaginanya! Segera kututup pemandangan itu dengan selimut agar dia tidak curiga.
"Non, boleh agak ngangkang kakinya? saya pegel nih non di samping terus. Lebih enak kan di tengah kaki non, jadi lebih gampang mijitnya," padahal maksud aslinya biar lebih pas memandang gundukan bukit kemaluan yang mempesona itu, dan tentunya pantat padat dan kenyal itu. Perlahan aku mulai memijat pantat kenyal itu. Tubuh Tina sedikit menggelinjang. Tanganku mulai meremas dimulai dari titik awal belahan pantat dibagian pinggang Tina. Tina semakin menggelinjang. "Geli, bi, jangan di situ,...." lirih katanya.
Aku menurut. Remasanku turun ke bongkahan padat kenyal itu. Aku bersikap layaknya profesional, seakan-akan menekan titik-titik refleksi di daerah pantat, padahal aslinya memperlama kontak antara tangan jahilku dengan pantat indah itu. Benar-benar tak tahan aku ....!
Tanganku naik kembali ke atas punggungnya, mengurut lembur bagian samping punggung, agar dapat kesempatan untuk menyentil kembali buah dada padat itu, kali ini lebih lama dari yang seharusnya. Tina sepertinya ... terkantuk-kantuk.
"Tidur aja non, nanti Bibi bangunin kalo sudah selesai mijitnya," kataku ngarep. Ucapanku tak ditanggapinya. wah, beneran ngantuk dia. Kesempatan emas ini. Tanganku mengurut turun kembali ke pantatnya. Kali ini tanganku meremas pantat besar itu dengan sepenuh hati, dan beranjak turun ke pangkal pahanya yang membulat sempurna. Aduh mulusnya. Sambil mengurut, kedua jempol tanganku kuarahkan ke arah belahan kemaluannya. Urutanku berulang naik turun, dari pangkal paha ke pangkal betis, dan sebaliknya. Ketika jempol tanganku tak sengaja menyentuh bagian dalam bukit kemaluan itu, bagian selangkangannya, kurasakan tubuh Tina sedikit menggelinjang, tapi dia tak berkomentar apa-apa. Maka kuteruskan langkah berani itu, setiap kali urut, jempolku tak lupa menyentuh selangkangan dan bukit kemaluannya, makin lama makin ke dalam, dan makin lama semakin terdengar deru napas. Bukan, bukan hanya deru napasku yang semakin memburu, tapi deru napas Tina juga. Iya, aku pastikan itu. Tampaknya dia terangsang ....
tanganku turun ke betis, dan membelai betis mbunting padi itu (istilah koran kuning!). Dengan satu tangan yang lain, aku menaikkan kain penutup badanku dan dengan susah payah mengeluarkan penisku yang sudah keras dari celana dalam sempit itu. Kupelorotkan sedikit celanaku, agar penisku lebih mudah menghirup udara bebas dan bergerak. Aku membuat sesedikit mungkin gerakan agar Tina tidak curiga.
Tidak, aku tak hendak memasukkan penis itu kedalam vagina merah merekah yang menanti. Tak mau aku melakukan satu tindakan konyol yang nikmat tapi bakalan merusak kesempatan untuk melakukan seperti ini lagi dengan anak kos yang lain.
Jemariku sekarang lebih berani meremas dan menjangkau daerah erotisnya. Berkali-kali jariku menggoda, menggesek selangkangan dan belahan vaginanya, dan berkali-kali pula aku mendengar Tina menghela nafas. Kamu menikmati juga to ternyata.
"Non, Non, maaf, Non, pijitnya sudah selesai. Mau dilanjutkan pijit bagian depan atau mau diselesain sekarang Non?" tanyaku biar kelihatan sopan. Maunya sih ...
"Boleh bi, pijit bagian depan, tapi aku sambil tidur ya bi, abis enak banget mijitnya," sahutnya terlalu cepat. Nah, aku benar-benar yakin kalau dia pun menikmati rangsangan yang aku berikan.
Aku beranjak dari dipan dan menarik selimut melindungi tubuhnya. Padahal sebenarnya untuk menutupi penisku yang menjulang dari kain. Tina berbalik, agak malu dia menutupi tubuh telanjangnya dengan kedua tangannya. AKu segera menutupi tubuh bagian atasnya dengan selimut agar dia tak malu.
"Rilek saja Non, pokoknya kalo sudah dipjetin bibi pasti langsung enak deh, kalo perlu ditutupi saja Non matanya pake handuk, biar ga malu gitu," kataku menenangkan. Aku memberikan handuk kecil yang aku ambil dari lemari.
Setelah matanya ditutup, aku terpaksa harus berhenti sebentar, kalo tidak bisa bobol pertahananku. Cairan sperma sudah menggelegak di ujung penis, ingin segera dimuntahkan. Selimut menutupi bagian dada sampai lutut Tina, tapi tetap tidak bisa menyembunyikan lekuk tubuh yang menggiurkan itu. Kedua puting yang tampaknya semakin mancung itu menonjol dengan angkuhnya dari balik selimut. Benar, dadanya memang masih tegak menantang. Aku duduk kemudian di sampingnya, dan mulai memijat pahanya, mulai dari pangkal paha sampai tumit kakinya. Urutan-urutan menjurus kembali kulancarka, kali ini sampai memastikan bahwa ujung jempolku menyentuh labia mayoranya.
"Bi, kok sampai ke situ, sih ...," bisiknya lirih sambil menggelinjang geli.
"Non, ini namanya pijat asmarandana. Gunanya untuk memulihkan tubuh yang cuapek banget. Memang harus ke titik vital wanita, non, biar nanti bisa rilek," kataku ngawur sambil menatap belahan vaginanya yang sekarang terpampang jelas di depanku.
"Dulu bibi pernah diajari teknik mijit ini dari Mbah buyut bibi, namanya mbak Iro. Ndak semua orang bisa, lho, non."
"ya sudah deh, terserah bibi aja. Asal jangan cerita-cerita ke orang ya bi kalo saya pernah dipijat seperti ini," kata Tina sambil tersenyum malu.
Aku melanjutkan pijitanku. Kali ini, kuurut lembut perutnya yang langsing tanpa tanda lipatan lemak. Dengan begitu, otomatis selimutnya semakin naik terdorong tanganku. Tubuh telanjangnya terbuka pelan, menampakkan keindahan yang tiada duanya. Benar, Tina mencukur bulu vaginanya, menyisakan sedikit rambut di bagian tengah.
Tanganku sampai pada pangkal bawah buah dadanya. Kurasakan dadanya berdetak cepat sekali. Nafasnya keliatan memburu. Kuraba pelan bagian bawah payudara kenyalnya, dan kemudian dengan gerakan melingkar kuurut dada kenyal itu, tapi masih menghindari putingnya, agar dia penasaran. kuulang gerakan itu, pelan, tapi pasti. Tiba-tiba Tina membusungkan dadanya. Ah, dia terangsang, aku tambah semangat. Kuubah urutanku, kali ini tanganku tidak mengurut, tapi meremas kedua payudara montok itu, tapi tetap kuhindari putingnya. Tina menggeliat, tetap sambil membusungkan dadanya. Akhirnya kusentuh lembut puting yang sudah sangat keras itu, tak tahan juga aku. Tina melenguh. Kupilin lembut kedua puting susu warna coklat tua itu. Tina kembali melenguh kali ini lebih keras.
Tanpa ada perlawanan berarti, aku meneruskan kenakalanku. Kali tangan kiriku kembali menyusuri perut mulus Tina, terus turun sampai bukit kemaluannya. Dengan tangan kanan tetap memilin puting susunya, tangan kiriku menyusup masuk ke dalam vaginanya. Ya Tuhan, lembab sekali! Bau vagina yang khas mulai menyusup hidungku. Tubuh Tina menggeliat-geliat menikmati sensasi erotis ini. Aku? sudah tak tertahankan rasa penis tegang tak terkira ini. Jari kiriku mulai aktif, menyentuh dan memijat klitoris kecil di ujung labia. Tina semakin kencang melenguh, dengusan nafasnya semakin kentara. Aku menggosok klitoris yang semakin lama semakin mengencang kurasakan. Jariku masih semakin dalam dan memilin semakin keras. Tina melenguh dan melenguh, sampai akhirnya .....
Tubuhnya mengejan. Otot kakinya mengencang. Kurasakan dinding vaginanya berkedut. Teratur. Dia Orgasme. Tanganku kubiarkan berada dalam vaginanya. Sampai kedutan itu berhenti.
"Enak ga Non?" senyumku penuh kemenangan. Kupandang dadanya yang memerah. "Aduh bi, Tina malu ....," dia menutup wajahnya dengan kedua tangan.
"Sudah malam, Non, sebaiknya Non naik ke atas," kataku. Padahal aku pengen segera onani.
Dia kemudian segera memakai bajunya, dan menyerahkan duit 25.000 kepadaku.
Yang pasti itu bukan kali pertama aku memijat anak-anak kos.
Kejadian kedua : Cerita Horor bersama Silva dan Silvia
Hujan malam itu luar biasa. Petir menggelegar berkali-kali. Anak-anak kos pada diam di kamar kos masing-masing, kecuali Silva dan Silvia, mereka asik nonton TV di ruang tengah. Katanya bosen di kamar, belajar terus. Aku, seperti biasanya, menonton TV mengusir kebosanan, sambil mencari cara untuk tetap dekat dengan bidadari-bidadari seksi ini.
Ah, anak-anak sekarang, begitu menggiurkannya, begitu panasnya, begitu cueknya ....Silva duduk di sofa dengan mengangkat kedua kakinya ke atas, dan memeluknya. Sebenarnya sih posisi itu biasa, yang tidak biasa adalah Silva memakai celana jeans hotpants yang cuma pas menutupi bokong putihnya. Aku, seperti layaknya pembantu, selalu duduk di lantai, walaupun anak-anak kos selalu mengatakan bahwa sebaiknya aku duduk di sofa. Tapi aku punya alasan sendiri. Seperti sekarang ini ...
Dari bawah, kulihat bokong putih Silva mengintip dengan indahnya. Bahkan, hotpants itu tak kuasa menutupi sedikit bagian celana dalamnya yang berwarna ungu. Ya, ungu, kupastikan itu. Kurasakan penisku mulai bangkit.
Petir menggelegar keras. Silvia, yang dari tadi tekun menonton sinetron menjerit kecil.
"Bi, takutttt ...," katanya sambil berjalan mendekati tempatku duduk. Silvia malam itu memakai piyama kembang-kembang warna merah. membosankan. Piyama dengan celana dan lengan panjang jelas-jelas membosankan. Tidak ada pemandangan menarik.
"Bi, duduk di atas dong, takutttt ..," kata Silvia menarikku ke atas. Aku terpaksa meninggalkan pemandangan bokong putih Silva. Lengan kiriku dipeluknya erat. Hmmm, nikmatnya. Aku merasakan bongkahan kenyal dada kanannya menekan lenganku hangat. Ya, kenyal dan sedikit keras. Silvia tidak memakai BH? Ya, Tuhan. Anak-anak kos di sini memang punya kebiasaan yang membuatku tergila-gila. jarang memakai BH kalau malam-malam. Rasanya aku bisa betah tinggal di kos-kosan ini selamanya.
"Non, ga usah takut, kan ada bibi, lagian cuman petir doang," kataku menenangkan.
Blakkkkkkkkkkkk !!
Tiba-tiba jendela yang di belakang sofa terbuka lebar. Angin berhembus dengan kencang disertai dengan pecahan air hujan. Silva dan Silvia menjerit hampir bersamaan. Mereka berdua sekarang memeluk aku. Silva di sebelah kananku. Oh, indahnya dunia!
"Aduh, non pada penakut semua, ya, kan cuman jendela," kataku sambil beranjak menutup jendela.
Gege, yang kamarnya paling dekat dengan jendela ruang tengah itu, keluar.
"Ada apaan sih?" teriak dia. Dia menggeliat, mengangkat tangannya ke atas. Ah, bangun dia ternyata. Dadanya yang super besar berguncang sebentar. Seperti biasa, dia memakai daster yang tidak bisa menyembunyikan belahan dada supernya.
"Ini, serem banget, jendelanya buka sendiri," kata Silvia.
Aku kembali duduk di sofa diikutin kedua anak kembar seksi itu.
"Dulu ya non, waktu Bibi masih di desa, kejadian aneh begini sering banget terjadi non," kataku mulai menakut-nakuti mereka. Tak lain supaya mereka kembali merapat ke tubuhku.
"Bibi dulu tinggal di lereng gunung di pinggiran Mojokerto. Non-non pada tau ga, cerita mak Lampir yang dulu pernah ditayangin di TV? nah, itu sebenarnya cerita nyata loh non, di desa bibi," kedua kembar merapat ke tubuhku.
"bi, jangan cerita begituan ah, takut," Silvia merengek.
"Ga papa ding bi, ayo terusin ceritanya," kata Silva. Tapi penakut juga dia, wong sekarang tangannya erat merangkul lenganku. Aku merasakan bau harum rambut kedua kembar itu.
Aku kemudian meneruskan cerita hororku. Bahkan sesekali Silva menimpali dengan cerita horornya sendiri, seperti pada saat waktu dia sekolah SMA, dimana SMAnya bekas kuburan dan beberapa kali murid melihat penampakan di laboratorium kimia, siang hari bolong pula. Ah, susahnya konsentrasi mendengarkan cerita horor ini, karena cerita horor ini sudah menjadi cerita seru, dengan benda lunak kenyal yang berkali-kali menggesek lenganku. Kurasakan ujungnya mulai mengeras karena gesekan lembut itu. Aku sangat terangsang.
Pura-pura tak sengaja, kuletakkan tanganku di atas paha mulus SIlva, seperti layaknya seorang perempuan yang ngobrol dengan perempuan lain, sambil terus bercerita. Silva cuek saja. Aduh mulus banget pahanya. Kadang tanganku menepuk pelan, kadang meremas, semuanya sambil bercerita heboh sehingga Silva tidak curiga.
Petir kemudian menggelegar lagi. Kali ini begitu kerasnya sampai aku sendiri melonjak.
Hening sebentar. TV sudah mati sedari tadi. Takut rusak.
"Bi, Silva jadi takut tidur sendiri nih..."
"Iya, Bi, Via juga takut nih ..."
"Aduh, Non, kan udah pada gede, masa masih penakut sih," kataku berimajinasi liar.
"Bi, mau ga temenin kita tidur? Hari ini ajah ya bi. Kan Spring bednya gede nih, bisa buat bertiga ...," kata Silva.
Mereka merengek, aku pura-pura tidak mau. Padahal ....
"Aduh non, kalau ketahuan Ibu kan bahaya, masak pembantu tidur di kamar anak kos," kataku pura-pura.
"Ah, bi, gapapa. ntar kita deh bilang ke Ibu kalo bibi ditanyain. lagipula, kan kita sama-sama perempuan, masak ga boleh sih? Ayolah bi ...," kata Silvia manja.
"Iya deh non." Mereka berdua menarik lenganku. Aku masih pura-pura ga mau.
kami bertiga masuk ke kamar Silva. Spring bed Silva memang lebih gede dibanding yang lain. ukurannya King! jadi kamar yang cuman 3 x 4,5 m itu terasa lebih sempit. Aduh, kamarnya berantakan banget! tapi buat pria fetish (seperti AKU!), kamar itu benar-benar surga. BH, celana dalam, celana pendek, rok mini bertebaran dimana-mana.
"SIlva, berantakan amat sih kamar lo? Buset dah, rapiin gih, kan mo buat tidur," kata Silvia. Aku membantu Silva membereskan tempat tidur itu. Ah, pemandangan indah lagi ketika aku mendapati dua gunung kembar Silva mengintip dari balik kaosnya yang agak longgar. Silva masih pake bra, sepertinya berenda berwarna putih.
"Saya kunci pintunya ya non," kataku. Ooh, membayangkan kemungkinan aku akan "tidur" bersama bidadari-bidadari seksi ini membuatku terangsang setengah mati .... Beberapa rencana sudah terpeta jelas di otak kotorku. Yang jelas, penis ini tak akan tidur semaleman.
Silvia mematikan lampu terang, dan menyalakan lampu bohlam 5 watt disamping tempat tidur. Keadaan menjadi remang-remang, walaupun aku masih dapat melihat dengan cukup jelas kedua tubuh seksi itu. Silvia langsung Yang tak diduga adalah .....
Silva tiba-tiba membuka kaosnya tanpa malu-malu, menunjukkan lekuk tubuh sempurna seorang perempuan. tubuh langsing tanpa cela, putih mulus tanpa ada lekuk lemak sedikitpun di bagian pinggang. BH renda warna putih itu melekat pas dengan bentuk susunya yang tak terlalu besar. Jantungku berdegup kencang ketika Silva meraih ikatan BH di punggung. Dalam waktu cepat, BH itu pun lepas, meninggalkan sepasang buah dada putih yang menjulang sempurna, dengan areola dan puting yang agak mendongak ke atas. Putingnya merah jambu.
"Sini bi, tidur dekat aku," Silvia membuyarkan segala imajinasiku. Aduh, ketahuan deh aku melototin tubuh indah itu.
"Eh, enak aja. Aku di tengah!" teriak Silva.
"Non, gimana kalo bibi yang di tengah, biar adil, kan yang penting bibi nemenin non-non tidur sampai pagi," kataku ngarep.
Mereka berpandang-pandangan.
"iya deh bi, tapi janji ya, bibi nemenin sampai pagi ya," kata Silvia memohon. Oh, tentu saja cantik, aku tak segoblok itu menyia-nyiakan kesempatan emas ini.
Brrrr. Hawa dingin AC menusuk tulangku. bisa-bisanya mereka menyalakan AC padahal di luar hujan deras. "Bibi masuk aja ke selimut ini, gede kok buat bertiga," kata Silva. Aduh, baek sekali si cantik ini!
Aku pun masuk ke dalam selimut itu dan mulai berpura-pura tidur.
***
Braakkkk !!
Suara keras itu membangunkan kami bertiga.
"Bi, suara apa itu?" Silvia langsung memelukku takut. Silva juga langsung memelukku, karena posisiku saat itu terlentang. rasa kenyal dari dua pasang buah dada mahasiswi membuat aku terangsang amat sangat. Penisku langsung keras tak terkira, dan rasanya sungguh sakit.
"Tenang non, Bibi udah doain kita tadi biar dipagerin sama malaikat-malaikat sampai pagi," kataku menenangkan mereka berdua.
Mereka kembali tidur dengan tetap memelukku. Sial, bisa ketahuan nih jantungku berdegup kencang. AKu berbalik ke arah Silva dan menaruh tanganku ke paha mulusnya.
Suara jam weker berdetak menambah sunyinya malam itu. Hujan sudah berhenti sejak tadi. Sudah dinihari tampaknya. ACnya semakin menggigit. Rasa horniku dari tadi tak hilang-hilang. Tampaknya mereka berdua tidur lelap. Inilah saat yang tepat untuk beraksi. Posisi tubuhku masih menghadap Silva, sedangkan Silva sendiri sudah telentang.
Tanganku membelai lembut paha Silva, pelan-pelan untuk mengetes apakah dia tidur. Tidak ada respon. Asikkk! Kuraba lagi pahanya, kali dengan sedikit meremas. Tidak ada respon. Semakin berani lagi, sekarang tanganku mulai mengelus pahanya, menikmati betapa mulus dan kencangnya paha Silva. Tanganku naik turun menyusuri lembah pahanya.
Tunggu sebentar. Aku perlu melakukan sesuatu dulu. Kuangkat pinggangku tinggi-tinggi sambil menaikkan rokku (ingat kan, kalo aku menyamar sebagai ibu-ibu), dan meloloskan pelan-pelan celana dalamku. Ah, lega rasanya, bebas dari kungkungan. Penisku langsung tegak menjulang tanpa rintangan. Celana dalam kusembunyikan di balik BH yang kupakai.
Kulanjutkan acara meremas paha mulus itu. Posisi tubuh Silva yang telentang benar-benar menguntungkanku, karena dengan begitu aku bisa dengan bebas meremas, mengelus, membelai kedua paha mulus miliknya. Tanganku kini naik ke arah hotpantsnya. Aku meraba gundukan yang tertutup hotpants itu, dan penisku terasa tegang luar biasa. Jariku yang sudah tak sabar mulai mengulik daerah selangkangan Silva. Detak aliran darahku bahkan sudah berdentum-dentum terdengar di telingaku.
Ada celah yang cukup lebar untuk jari di antara lubang celana dengan pahanya. Seumpama Silva mengangkang dan tak memakai celana dalam ungunya, pasti terlihat harta karunnya yang paling berharga itu. Jariku membelai selangkangannya dan pelan dan hati-hati menyusup ke dalam celana dalamnya. Karena posisi kakinya rapat, aku tak bisa lebih dalam lagi mengulik lubang vaginanya. Tapi cukuplah aku bisa membayangkan saja sambil mengelus gundukan vaginanya itu. Aku dapat merasakan bahwa rambut vagina Silva lebat, sangat lebat malah. Gila, begitu susahnya! Aku menarik tangan kananku dan membawanya ke depan hidungku. Hmmm, baunya benar-benar merangsang. Luar biasa memang bau vagina wanita cantik seksi seperti Silva ini!
Tiba-tiba aku mendengar perubahan posisi Silvia. Sial! Bisa ketahuan nih. Aku langsung menghentikan aksiku, pura-pura mengeloni Silva. Rupanya Silvia hanya berubah posisi saja. Lega! Aku menengok ke belakang, dan melihat posisi Silvia sekarang miring menghadap ke arahku. Kebetulan yang sangat menyenangkan ,....
Ahh, saatnya beraksi dengan si kembar berikutnya! Sebagai informasi, piyama Silvia adalah piyama berkancing dari atas ke bawah, sehingga aku bisa mendapatkan akses mudah untuk mengecap keindahan dada anak muda ini. Tanpa berlama-lama lagi, pelan-pelan sekali kulepas kancing-kancing mulai dari kancing kedua sampai [n00bie20 09bluefame]kancing keempat, sehingga nanti kalau ketahuan, paling tidak dia tidak langsung curiga. Agak susah karena posisi tubuh Silvia miring dan sebagian lengannya menutupi kedua dadanya. Tapi, apa sih yang susah buat orang dengan pikiran kotor sepertiku?
Jika ada kamera yang menyorot tindakanku saat ini, sudah pasti wajahku sudah terlihat super mesum, super mupeng, dan super horni. Persis seperti kakek kura-kura di cerita kartun Sun Go Kong. Mungkin juga sebentar lagi aku mimisan karena terlalu horni. Hmmm, Tepat dihadapanku adalah dua payudara dengan ukuran yang pas, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, putih mulus, dan berbulu halus (ini sih tidak terlihat, tapi kalau dibelai baru terasa). Jantungku berdebar keras ketika kusentuh lembut kedua daging kembar itu. Walaupun posisi tubuh Silvia miring, kedua payudaranya tidak turun mengikuti gravitasi. Keduanya hanya membentuk satu garis tipis belahan dada yang tidak dalam, itupun karena tergencet lengannya.
Dengan deg-degan karena takut ketahuan, kuangkat tangannya pelan sekali, dan kutaruh di di bahuku, jadi seakan-akan dia mengeloni aku. Jadinya aku bisa dengan leluasa bermain-main dengan dada indah itu. Aku membelai dadanya, kali ini sedikit meremas. Benar-benar padat!Nikmat sekali, ketika kuteruskan acara remas-meremas ini, bergantian meremas dada kiri dan dada kanannya. Dalam remang-remang (apalagi di dalam selimut), tak kulihat jelas warna puting susunya. Perkiraanku sih sama dengan Silva, merah jambu. yang unik, areolanya tidak lebar, malah cenderung sempit, tapi ikut menonjol bersama putingnya. Aduh, tidak tahan! Pelahan kepalaku masuk ke dalam selimut, mencari-cari sasaran dan cuppp! aku mengecup lembut dada kenyalnya. Kuciumi dadanya seperti anak kecil menetek ibunya. Kukulum puting dada dan areolanya. kusesap rasanya dan kuhayati detik-detik erotis ini. Setelah yang kiri, gantian yang kanan, walapun agak sulit karena kegencet berat tubuhnya.
Penisku yang tegang alang kepalang kugesek-gesekkan ke paha Silvia. Tak ketinggalan pula, kuciumi ketiaknya yang tercukur rapi. Hmm, harum sekali baunya. Akhirnya tak tahan juga aku pengen ngelepasin sperma yang sudah ada di topi baja penisku. Aku berbalik menghadap Silva yang masih telentang sedari tadi dan mulai memeluk tubuh sintalnya. Penisku kutempelkan ke paha mulusnya. Sensasinya benar-benar luar biasa. Kugesekkan penisku, makin lama makin cepat, tanganku pun meremas dada Silva yang tertutup kaos.
Ahhh, kutumpahkan cairan lengket itu ke paha mulus Silva. Benar-benar nikmat rasanya. Tetes demi tetes cairan sperma itu mengalir di paha Silva, turun membasahi sprei. Aku terhenti sesaat menikmati momen tersebut, tentu saja dengan tangan tetap meremasi dada kenyal Silva.
Ah, benar-benar memuaskan, walaupun besok paginya aku sakit demam dan sakit kepala.
Aku tak pernah mempermasalahkan duit. Penghasilanku di ILM jauh melebihi seorang pekerja senior di industri migas. Tabunganku di Amerika sudah jauh lebih dari cukup untuk hidup secara layak di Indonesia. Tanpa bekerja. hanya dari bunga tabungan saja. Orang bilang pensiun dini. Aku bilang awal dari petualangan hidup. Yang sebenarnya.Yang selalu aku impikan dan bayangkan.
Nama panggilanku adalah Simon, seperti nama SImon Templar di serial The Saint, yang amat jago menyamar.
***
Aku selalu punya keinginan mendalam untuk mengintip. Bukan, bukan hanya sekedar mengintip celana dalam perempuan sebentar atau sekilas belahan dada yang terbentuk ketika seorang wanita membungkuk. Lebih dari itu. Aku ingin mengintip tanpa rasa takut ketahuan. Aku ingin mengintip, benar-benar mengintip, sampai aku terpuaskan, segala macam yang tersembunyi dari wanita. Belahan dada tak cukup bagiku. Aku harus mengintip buah dada, penuh sampai putingnya. Celana dalam tak cukup bagiku. Aku harus bisa melihat isinya yang rimbun atau tercukur rapi.
Jelas, sebelum aku pulang ke Indonesia, peralatan untuk mencetak topeng dan kostum sudah kupaketkan, Demikian juga dengan peralatan spy cam cukup canggih, dan kupastikan belum ada di Indonesia. aku punya rencana yang sangat brilian.
***
Penyamaran menjadi hobi keduaku sebelum aku pulang ke Indonesia. Aku selalu mencoba beranekaragam bentuk tubuh dan wajah manusia. Toh, itu juga yang menjadi pekerjaanku sehari-hari. Kalian mungkin pernah melihat film Tootsie, ketika Dustin Hoffman menjadi seorang wanita demi mendapatkan gadis impiannya. Atau Mrs. Doubtfire, ketika Robin Williams menyamar menjadi ibu-ibu tua untuk mendekati keluarganya. Hehehe, jelas bukan aku yang mengerjakan kostum untuk film-filem itu, tapi itulah gambaran pekerjaanku. Karena jenis pekerjaanku itulah, aku bisa mendapatkan akses ke banyak peralatan dan bahan pembuat kostum-kostum itu,dengan gratis.
Aku kemudian mencoba untuk membuat kostum dan topeng-topeng itu, dan kemudian memakainya sendiri. Setelah itu, aku biasa memakainya, dan membawanya ke tempat-tempat ramai seperti mall, toko swalayan, gereja (ya,ya, aku memang gila), untuk mengetahui apakah orang bisa tahu apakah aku sedang menyamar atau tidak. Yupe, orang tidak pernah tahu. Bahkan suatu ketika aku menyamar menjadi seorang nenek tua (ya, dengan segala macam keriput di wajah, lengan, dan leher), aku diperlakukan seperti layaknya nenek-nenek tua, dituntun tangannya, didudukkan di depan, bahkan dicarikan taksi.
Inilah awal mula rencanaku.
***
Aku tertegun membaca papan nama di sebuah sudut, sangat dekat dengan rumah yang baru saja aku beli. "Dibutuhkan pembantu wanita untuk kos putri. Segera. Hub. 081 123xxxx Dwi untuk wawancara".
Ha! Tiba-tiba kurasakan impianku mendekati kenyataan. Surga dunia ada di depan mata! Impian mengintip bidadari-bidadari dengan samaran seorang pembantu wanita bisa aku wujudkan.
Aku masturbasi sore itu sambil menyusun rencana.
***
Jadi pembantu mungkin tidak susah, tapi capeknya itu yang tidak tertahankan. tapi menimbang "upah" yang mungkin bakalan aku dapat, dengan nekat aku telepon nomer itu. Tentu dengan suara wanita. Ku menelepon di wartel agar lebih meyakinkan.
"Selamat malam. bisa bicara dengan ibu Dwi?"
"Selamat malam, saya sendiri," manis sekali suaranya. kurasakan tubuhku menegang. Jantungku berdebar keras.
"Nama saya Srini bu. Saya menelepon untuk lowongan pembantu di rumah ibu. adik ipar saya kemarin lewat depan rumah ibu, dan memberitahu saya mengenai lowongan itu."
"O ya? Kalau boleh tahu, umurnya berapa ya?"
Deg. aku mau nyamar menjadi umur berapa ya?
"Saya umur 45 tahun, bu ..."
"O, mungkin mbaknya bisa langsung datang ke rumah untuk wawancara ya. maaf, saya tanya umurnya karena kami nyari orang yang agak tuaan untuk jaga rumah dan penghuninya gitu. "
Haduh. Selamat aku.
"baik, bu, saya akan datang senin sore untuk wawancara?"
"Maaf, mbak, bisa agak cepetan, sabtu sore, mungkin?" Ha, cuman sehari untuk membuat segala macam kostum dan topeng? Mati aku.
"Baik bu"
***
Aku segera menciptakan skema tubuh wanita Indonesia umur 45 tahun. Keriput sudah ada dimana-mana, tapi tidak terlalu kentara. Ada lipatan kecil-kecil di leher. Bagian perut sudah agak membesar. Dada sedikit kendor. Rambut sudah mulai memutih, tapi tidak banyak. Oke, sudah siap, tinggal buat cetakan. Sial. aku tak punya banyak waktu. Terpaksa aku pakai cetakan resin, terutama untuk bagian body. Keras, tapi cepat. Cetakan karet aku gunakan untuk bagian tubuh yang kelihatan, seperti muka, leher dan lengan.
***
Sabtu sore aku datang. Kupakai baju orang desa, sebuah gaun long-dress kembang-kembang, dengan lengan pendek, dan lipatan-lipatan pada bagian dada. Yup, cukup mewakili penampilan orang desa pada umumnya. Tak lupa aku membawa KTP palsu atas nama Srini, wong "ndeso" dari Mojokerto, Jawa Timur. Tak susah membuat KTP palsu indonesia.
Aku masuk ke rumah besar bertingkat dua itu. Mengetok pintu besar dengan dua daun pintu dan pegangan raksasa. Tiba-tiba sebuah wajah wanita melongok sedikit membuka pintu besar itu.
"Bu Srini?"
"Iya bu ..."
"Mari masuk. Saya Dwi, yang kemarin terima telepon," sapa wanita itu ramah.
Dwi, sepertinya yang empunya rumah.
"Silakan duduk dulu. Saya ganti baju dulu, tadi baru saja aerobik di belakang," Ujarnya sambil berbalik.
Tidak, tidak usah ganti baju. Aduh, tiba-tiba pikiran ngeresku muncul. Betapa tidak, si Ibu Dwi ini tipikal ibu-ibu setengah baya yang "bening" banget. Mungkin umur mendekati kepala 5, tapi bodi masih cukup mengundang birahi. Dada besar, lengkap dengan belahan karena baju senamnya yang ketat, bodi gitar, walapun ada tumpukan lemak di sana-sini (tapi kusuka!), kulit putih terawat, dan ya ampun, bokongnya besar padat. Terlihat garis celana dalamnya tercetak di balik celana senam ketatnya. Wajah pun cukup manis. Lebih aduh lagi, si otong mulai berdiri, membentuk tenda di balik gaun kembang-kembangku. Segera kututup dengan tas kumal yang aku siapkan.
Ah, ternyata baju gantinya lebih menarik daripada baju senamnya. Baju longgar model kini, dengan lubang leher yang cukup lebar sampai ke bahu warna cerah. Tali kutang warna hitamnya mengintip di bahu mulus si ibu Dwi. Lubang lengannya juga besar, membuat aku pengen ngintip dari samping. Roknya pendek (bukan mini), kira-kira 5 centian di atas lutut. Aduh, jangan siksa aku dong bu!
"Jadi, Bi Srini sudah lama kerja jadi pembantu?" kata bu Dwi sambil duduk, mengambil posisi di sampingku. Aha, ketiak dan sebagian kutangnya terlihat. Ketiaknya jelas mulus. Kutangnya berenda. Sayang aku tak bisa melihat volume payudaranya secara jelas.
Bu Dwi mengulangi pertanyaannya. Aduh, maaf, saya suka lupa kalo lagi asyik ngintip tubuh bagus begini. Percakapan pun lancar kembali. Aku tak pernah kesulitan dengan mengarang cerita. Kuceritakan bahwa aku adalah janda yang ditinggal mati suami dengan 4 orang anak di Mojokerto. Datang ke Jakarta 3 tahun yang lalu untuk bekerja sebagai buruh pabrik kerupuk di Jakarta utara. Tidak tahan karena bosnya suka sekali mencaci maki bawahan, trus nginep di rumah adik ipar sambil jadi buruh nyuci.
"Jadi, rumah adik iparnya deket-deket sini ya bi?" tanya bu Dwi. sambil bertanya dia mengangkat kakinya. Sekejap kulihat paha putih mulus mengintip. Kebetulan, ada 2 temanku mantan kameraman ngontrak deket-deket di situ. Bisa diaturlah kalau suruh berperan jadi adik ipar.
Pembicaraan berakhir soal gaji. Terang aja aku bilang mau digaji berapa saja, asal bisa bekerja dengan tenang (dan bisa ngintip sepuasnya, hehehe).
"Bi Srini bisa langsung kerja?"
"Kalau boleh bu, kira-kira bisa tidak ya sabtu minggu depan saya kerja. Ga enak sama adik ipar saya bu,kalau langsung pergi. Ada utang bikin kue bantuin istrinya."
Bu Dwi terdiam sebentar berpikir.
"Bi Srini, saya masih perlu lihat kerjaan bu Srini. bisa ngga sebulan dulu disini untuk lihat kerjaanya"
Ah, lega. Sebulan juga sudah cukup untuk memuaskan "hobiku". Berarti ada kesempatan untuk buat kostum yang nyaman dipakai dan tidak mencurigakan. Ada waktu 3 hari juga untuk berlatih menjadi pembantu.
***
Aku tak sabar menunggu hari aksiku itu. sebuah koper besar sudah aku siapkan.
Tapi malam itu bukan bu Dwi yang membukakan pintu.
"Bi Srini ya, silakan masuk bi," kata gadis manis yang bongsor bongsor itu.
"Tante Dwi lagi terbang ..."
Aku melongo.
"maksudnya, tante Dwi kan pramugari Garuda. Sekarang lagi tugas. Biasanya 3-4 harian gitu bi. Oya, kenalin, namaku Erika, ponakan tante Dwi .."
Manis sekali anak ini. wajahnya sih masih bau kencur, tapi bodinya, ck ck ck, benar-benar potensial untuk digumuli. Si gadis itu terus nyerocos menerangkan tugas-tugasku sambil menunjukkan kamar yang akan aku tempati. Sebuah kamar kecil di dekat dapur belakang, dengan tangga ulir kecil untuk naik ke tempat jemuran. Rumah besar itu punya tangga utama yang biasa digunakan anak kos berlalu lalang. Aku sendiri tidak terlalu mendengarkan omongan gadis itu. Dengan berada di belakang gadis itu, aku bisa melihat volume bokongnya yang menggiurkan. Gadis itu memakai baju yang biasa saja sebetulnya, rok dengan kaos yang tidak terlalu ketat, tapi tetap saja, membayangkan potensinya membuat si otong berdiri.
"Bi, ayo naik ke atas, kukenalkan sama anak-anak kos," tangannya menggandeng tanganku. Aku naik ke lantai 2.
Lantai 2 mempunyai 8 kamar besar. rata-rata berukuran 3x4,5 m, dengan kamar mandi di dalam. ada dua kamar yang kamar mandinya barengan. Letaknya dekat tempat jemuran yang bisa diakses dari dapur (dekat kamarku). Erika menerangkan kalau rata-rata penghuni kos-kosan adalah wanita bekerja, cuman dua orang yang masih kuliah semester akhir.
Ketika kami sampai di lantai 2, ternyata anak-anak kos sedang kumpul di ruang tengah yang cukup lebar sambil nonton TV yang ukurannya besar, mungkin sekitar 40an inci. Dan ketika melihat itu semua, aku hanya bisa berkata, inilah surganya para pengintip. 8 orang perempuan, bercanda ria, ketawa-ketiwi, dengan kostum santai (terlalu santai) tanpa curiga bahwa ada lelaki diantara mereka, AKU!!!
Tina, seorang karyawati bagian customer care di perusahaan GSM terkemuka di Jakarta, diperkenalkan kepadaku pertamakali oleh Erika. Wajahnya mengingatkanku pada Happy Salma. Hitam manis, bibir berkumis, dengan tubuh padat berisi. Malam itu si "Happy Salma" memakai kaus tanktop warna hitam, dengan tali kecil di bahu, memperlihatkan warna tali kutangnya yang merah muda. Belahan dadanya yang padat mengintip (bukan mengintip, tapi memberontak ingin keluar) mengundang birahi (ku, tentu saja).
"Hallo Bi, aku Tina," salamnya ramah. Aku salaman sambil melihat dadanya tentu saja. Bodohnya aku.
Silva dan Silvia, anak kos yang kemudian dikenalkan dengan aku, adalah kembar yang masih kuliah. Mereka menempati kamar kos yang kamar mandinya barengan. Keduanya bertubuh mungil, putih, dengan rambut dikuncir dan mata bening yang belok. Mataku langsung membelalak melihat "kostum" yang mereka kenakan. Keduanya memakai gaun tidur yang lebih tepat dikenakan di dalam kamar, tidak di luar kamar. Gaun tidur satin warna merah maroon, dengan tali bahu tipis (orang bule biasanya bilang spaghetti straps), renda terawang di bagian dada, dan mini 10an centi di atas lutut. Aduuh !
Aku duduk di antara anak-anak kos itu sambil berkenalan (sebenarnya karena dari tadi si otong tidak mau tidur!).
Eva, yang tertua dari semua anak kos, berumur sekitar 30an tahun. Dia bekerja sebagai marketing executive perusahaan properti yang setiap sabtu dan minggu tayangannya ada di hampir semua televisi swasta. Kacamata agak tebal tidak menghilangkan bahwa Eva adalah seorang perempuan Cina yang seksi. Tinggi badannya layak disandingkan dengan model-model semacam Caroline Zachrie atau Catherine Wilson. Senyumnya maut, tapi agak angkuh. Tangannya aduhai halus. Dari posisi dudukku di depan dia, ku bisa melihat bahwa Eva memakai celana dalam warna hitam. Roknya tidak mini, tapi cara duduknya yang super nyantai yang menyebabkan pemandangan itu. Diantara yang lain, kostumnya paling sopan.
Dinia, entah apa kerjanya, tapi itu tidak penting begitu melihat bodinya. Jelas tidak sekelas dengan teman-teman kosnya yang lain. Wajahnya tidak menonjol. bodinya agak besar, kalau tidak bisa dibilang gendut. Lipatan perutnya jelas tercetak di kaos ketatnya. Ah, ini penyimpangan di surga. tak apalah.
Tere (bukan penyanyi), adalah seorang bartender cewe yang bekerja di sebuah bar yang cukup besar di daerah Jakarta Selatan. ini hari liburnya. Biasanya sabtu dia tak pernah ada. Tato gambar kupu-kupu tercetak jelas di betisnya yang putih mulus. Kakinya sungguh sempurna. Padat berisi, penampang sedikit bulat, putih mulus. Celana hotpants super pendek jelas sangat-sangat menarik perhatianku. Sedikit terlihat bongkahan bokong putihnya ketika dia menggeser duduknya.
Dua orang terakhir yang dikenalkan padaku adalah Vina dan Gege. Gege, seperti namanya, serba gede, mulai dari bemper depan (astaga!) sampai bemper belakang (lebih astaga lagi!). Wajah sih biasa, kulitnya juga hitam. Hanya dia yang pakai daster di ruangan itu. Daster mini dengan tali bahu yang kecil. Daster ini sebenarnya belahan dadanya tidak rendah, tapi karena ukuran dadanya yang luar biasa, belahan dada yang dalam tampak mengintip dengan leluasa.BH dan CDnya matching, warna biru tua.
Vina, ah rasanya tak perlu kuceritakan. Sama sekali tidak menonjol, baik bodi maupun wajah. Penyimpangan seperti halnya Dinia.
Aku ngobrol sebentar dengan mereka sambil memuaskan mataku mengintip berbagai bagian tubuh mereka yang terbuka. Sungguh indah dunia ini ...
Aku masturbasi lagi malam itu ...
***
Minggu Pagi-pagi sekali aku sudah bangun. Bukannya rajin, tapi aku pengen ngeliat pemandangan-pemandangan cewe-cewe yang sedang bangun tidur dengan pakaian seadanya dan bersiap untuk mandi. Sengaja kupegang lap pel dan ember untuk alasan bekerja. Dan ngepelnya tentu saja dari lantai dua, dimana pemandangan lebih indah. Pesan dari Erika, semua kamar harus dipel seminggu sekali, dan pas ada orangnya, jadi pembantu tidak dicurigai apabila ada kehilangan. OK deh.
Gila, jam 7 pagi belum ada yang bangun? bolot semua nih cewe ya. Aku mengetuk pintu kamar cewe favoritku, Eva. Semoga saja ...
"Non, bibi, nih, mo ngepel lantai ..." Ketukku perlahan.
...
Tidak ada jawaban.
"Non Eva? Bi Srini, non,"ketukku lebih keras.
"ya bi, sebentar."
Tangan mulus pun membuka pintu. Tampak wajah Eva masih mengantuk.
"Pagi banget sih, bi, nanggung nih ..."
"Maaf Non, abis kerjaan bibi banyak sih, ..." ujarku sambil masuk ke kamar Eva, tentu saja sambil melirik kostumnya. Wah, biasa saja. Piyama lengan panjang dengan celana panjang. Garing. Aku bergegas mengepel, sampai tak sengaja aku melihat BH renda warna merah muda yang tergantung di gantungan baju di balik pintu. Jangan-jangan ...
Iya, benar, Eva tidak pakai BH. Setelah aku perhatikan dengan seksama, di balik baju piyamanya sudah tidak ada penghalang apa-apa lagi. Dua puting susu tampil malu-malu menonjol di balik bajunya. Aduh, aku jadi ga konsen ...
"Non Eva ada cucian kotor?" tanyaku sambil tetap mengepel dan melihat bodinya yang seksi.
"Ada bi, daleman semua nih, nunggu yang lain aja ya bi."
Ha, Daleman? "Ga usah Non, nyicil aja, biar sayanya juga ga kebanyakan nyuci gitu."
Aku keluar menenteng ember kecil berisi daleman Eva.
***
Beberapa hari ku di sini, salah satu kegiatan paling menyenangkan adalah mencuci baju. Bukan, aku bukan seorang fetish, walau harus kuakui, melihat daleman wanita, apalagi yang sudah dipakai, dengan renda-renda yang menerawang dan warna-warna yang berani, membuat diriku sedikit terangsang ketika mencucinya.
Aku paling suka mencuci baju-baju Tere dan Eva. Bukannya apa-apa, tapi baju-baju mereka, terutama dalemannya, sangat-sangat merangsang. Mayoritas berwarna merangsang seperti off-white, merah, hitam, dengan hiasan-hiasan renda dan bahan satin yang lembut dan menggoda. Aku suka berlama-lama di ruang cucian agar dapat menikmati interaksi dengan dalaman mereka. Berinteraksi maksudnya, beronani dengan menggesekkan dalaman lembut bekas pakai itu ke otong, dan kemudian memuncratkan cairan si otong ke dalaman itu sebelum dicuci. Ahh, nikmat!
***
Kejadian Pertama : Memijat "Happy Salma"
Ini bulan pertama aku di sini. Aku semakin mendapatkan kepercayaan dari Ibu Kos dan tentu saja, anak-anak kos. Aku tak ingin mereka curiga dengan keberadaanku di sini, dan buat aku, mendapatkan kepercayaan dari anak-anak kos berarti rejeki nomplok.
Satu hal yang membuatku terbayang-bayang sampai sekarang adalah kejadian memijat salah seorang anak kos.
Sore itu hujan deras sekali. Seperti biasanya, sore merupakan saat melepas lelah bagiku. Aku nonton TV di ruang tengah lantai 2, karena TV di kamarku kecil. Ada Vina di sampingku, dia tidak kerja karena lagi cuti haid.
"Bi, kaki-kakiku pegel semua nih, lagi mens. Mau ngga pijetin saya bi?" tanya Vina.
Aduh, bukannya nolak sih, cuman bodi si Vina ini jauh dari menggiurkan. Anaknya agak item, badannya se Okky lukman gitu deh, plus giginya ada kawatnya! Ganggu aja orang nonton TV!
"Iya deh, non," kataku terpaksa. Adegan di TV lagi seru, ada Me vs Mom, yang maen si montok Sissy Priscilla. Kemudian aku mulai memijat kaki-kaki Vina. Buset dah, kakinya keker bener, kaya pemain sepakbela, keras. mana banyak asesorisnya lagi.
"Nah, di situ bi, enak banget tuh," kata Vina. Iya, kamu yang enak, aku yang sesak napas!
sekitar 15 menit, aku menanyakan ke Vina, apakah dia sudah puas. "Masih belum bi, lanjutin bentar lagi ya," ujarnya keenakan.
Tiba-tiba ...
"Eh, Vin, enak bener dipijetin bibi," seru suara cewek yang naik tangga. Oh, si Tina, si "Happy Salma".
"Eh, Non Tina. ga kehujanan Non?" tanyaku ngarep. Betapa ga ngarep, saat itu Tina memakai kaus ketat warna krem, yang pasti akan memberikan bayangan yang menarik apabila basah. Yah, semacam Girls Gone Wild begitu.
"Ga bi, naik taksi tadi," katanya berlalu dari hadapanku.
Aku akhirnya menyerah juga, berhenti memijat Vina dengan kaki besarnya dan bergegas untuk menyiapkan makan malam. Bu Dwi sebentar lagi mau pulang.
***
Setelah makan malam bersama, aku beranjak ke tempat tidur. Hari ini memang luar biasa capek, dan hawa dingin setelah hujan membuatku ngantuk sekali. Aku sudah hampir tidur ketika kudengar ketokan perlahan di pintuku.
"Siapa ya?" tanyaku.
"Tina, bi." Eiits, si Happy Salam. Bergegas aku membuka pintu. Upps, sial, untung aku sempat sadar, wigku belum kupakai, dan aku belum memakai kostum bi Srini. "Ya, non tunggu sebentar," Buru-buru saja aku mengambil kain untuk menutupi diriku, sampai bagian dada, kubiarkan tali kutangku keliatan, agar keliatan baru bangun tidur.
Dan di depan pintuku telah berdisi si Tina dengan segala keindahannya. Seperti mimpi saja rasanya ada bidadari montok di depan kamarku.
"Mari-mari Non, masuk," aku menyilakan,"maaf, ini, masih pake kain, abis tadi udah mau tidur."
"Ga papa bi," balas Tina sambil didik di dipanku. Malam ini Tina memakai daster warna merah tua, dengan tali bahu yang kecil. Aku tak melihat ada tali kutang, jadi sepertinya dia..... NOBRA! dadaku langsung berdegup keras. sialnya, lampu bohlam kuning di kamarku tidak mendukung aksi penerawangan itu. lagian, bahan dasternya cukup tebal, sehingga tidak menyisakan ruang untuk imajinasi liarku.
"Bi, boleh minta tolong dipijitin, ga? aku pegel banget nih abis jaga stand seharian. Aku bayarin deh bi, mau ya?"[n00bie2009blue fame]
Glek. Hampir saja aku berkata,"Aduh non, kenapa harus bayar, asal bisa liat non telanjang saja udah cukup."
Aku memasang muka tenang, biar ga terlalu keliatan napsu. "Non mau pijat pake minyak atau pijat biasa aja non? baiknya kalo pegel banget sih pake minyak telon atawa minyak kayu putih."
"iya, deh bi, terserah bibi aja. Saya baring aja ya bi," kata Tina sambil memasang posisi telungkup di dipanku. Tangannnya meloloskan kedua tali bahu daster itu sampai ke lengannya. Dadaku berdegup makin keras melihat pemandangan erotis di depanku itu. hampir saja botol minyak telonnya jatuh karena tanganku bergetar ketika menjangkaunya.
Dengan pelahan, tanganku mulai mengolesi bahunya yang mulus dengan minyak dan memijat perlahan di bagian leher dan tulang selangkanya.
"iyaaah, di situ bi, enaak banget," kita Tina mendesah. Sama, aku juga enak. Aku terhenti sebentar melihat kedua bongkah susunya melimpah di samping. Indahnya. Aku meneruskan memijat bahunya, sambil sekali-sekali menyentil limpahan susu itu. Aku benar-benar terangsang.
Urutanku beralih ke garis punggungnya. "NOn, masih mau pake minyak ga? kalo masih mau pake, dasternya harus dilolosin," kataku ngarep. "iya bi," kata dia bangkit sebentar dan kemudian menurunkan daster sampai batas punggung dengan pantat. Sekilas kulihat dadanya yang penuh bergoyang ke samping.
"Aduh, Non, maaf ya non, bodi non bagus banget deh. Ngingetin bibi waktu bibi masih muda dulu ...", Tina cuma ketawa. "Masak sih bi, jadi geer nih," ujarnya kemudian sambil mengambil posisi telungkup.
Aku meneruskan pijatanku di daerah punggungnya. Saat ini limpahan susunya membentuk gelembung padat sempurna di samping kiri-kanan punggungnya, tanpa sehelai benang sedikitpun. Ah, seandainya ...
"Iya non, bibi dulu waktu masih muda kayak Non, sekel, bahenol, kata orang dulu. Yang ngantri mau kawinin bibi banyak non, sampai pak Kades segala," asal ku bercerita sambil memijat punggung sempurna coklat sawo itu. tanganku bergerak ke arah pinggang, mendekati puncak pantat yang padat itu. Celana dalam hitamnya telihat mengintip di balik dasternya. Keliatan garis rendanya yang berlubang-lubang kecil. Aku mulai kegerahan dengan kostumku ini, belum lagi ada desakan di celana dalamku.
"Ah, masak sih, bi, ayo cerita lagi dong bi," kata Tina sambil beringsut kecil, mungkin dadanya yang super padat agak kepayahan menahan berat tubuhnya. Aku pun semakin bersemangat cerita, tidak lain agar Tina bisa lebih relax dan tanganku bisa menjelajah lebih jauh. Kali ini tanganku sudah memijat pangkal pantat, tepat diatas tali celana dalamnya.
"Maaf non, bokongnya mau dipijat tidak? kata orang-orang jaman dulu, di bokong itu ada titik-titik refleksi untuk gangguan maag, ginjal dan hati," kataku ngawur.
"Aduh, malu bi ...."
"Ah, Non, kan sama-sama wanita ...."
"Iya deh, tapi Tina pinjem selimut ya bi untuk nutup bagian atas, dingin nih lama-lama ..."
"Ini non selimutnya. Celananya dan dasternya dicopot dulu ya Non, biar gampang mijitnya, " kataku sambil langsung menarik daster dan celana dalam ke arah kakinya. Napsu!
Ketika tubuhnya menggeliat untuk mengambil selimut itulah aku melihat pemandangan yang benar-benar memukau. Payudara kanannya yang pada dengan puting warna coklat tua menampakkan dirinya dengan segala keindahannya. Aku hampir saja ngecrot di tempat! Putingnya mancung ke depan, seperti puting payudara yang terangsang. Tapi mungkin karena dingin, jadi mancung begitu.
Celana dalam dan daster sudah ada di tumit kakinya. Ya Tuhan, tak tahan aku. Aku merasakan penisku tegang luar biasa ketika melihat pemandangan bukit kenyal itu. Kedua pantat itu benar-benar sempurna, padat dengan bentuk yang pas, tanpa selulit sama sekali. Buah pantatnya mulus tanpa jerawat yang biasanya ada di pantat, dan di tepat dibawah kedua buah sempurna itu, terlihat bukit kecil yang menonjol dengan kedua belahan vagina yang sedikit tertutup oleh rambut-rambut. Oh, dia mencukur rambut vaginanya! Segera kututup pemandangan itu dengan selimut agar dia tidak curiga.
"Non, boleh agak ngangkang kakinya? saya pegel nih non di samping terus. Lebih enak kan di tengah kaki non, jadi lebih gampang mijitnya," padahal maksud aslinya biar lebih pas memandang gundukan bukit kemaluan yang mempesona itu, dan tentunya pantat padat dan kenyal itu. Perlahan aku mulai memijat pantat kenyal itu. Tubuh Tina sedikit menggelinjang. Tanganku mulai meremas dimulai dari titik awal belahan pantat dibagian pinggang Tina. Tina semakin menggelinjang. "Geli, bi, jangan di situ,...." lirih katanya.
Aku menurut. Remasanku turun ke bongkahan padat kenyal itu. Aku bersikap layaknya profesional, seakan-akan menekan titik-titik refleksi di daerah pantat, padahal aslinya memperlama kontak antara tangan jahilku dengan pantat indah itu. Benar-benar tak tahan aku ....!
Tanganku naik kembali ke atas punggungnya, mengurut lembur bagian samping punggung, agar dapat kesempatan untuk menyentil kembali buah dada padat itu, kali ini lebih lama dari yang seharusnya. Tina sepertinya ... terkantuk-kantuk.
"Tidur aja non, nanti Bibi bangunin kalo sudah selesai mijitnya," kataku ngarep. Ucapanku tak ditanggapinya. wah, beneran ngantuk dia. Kesempatan emas ini. Tanganku mengurut turun kembali ke pantatnya. Kali ini tanganku meremas pantat besar itu dengan sepenuh hati, dan beranjak turun ke pangkal pahanya yang membulat sempurna. Aduh mulusnya. Sambil mengurut, kedua jempol tanganku kuarahkan ke arah belahan kemaluannya. Urutanku berulang naik turun, dari pangkal paha ke pangkal betis, dan sebaliknya. Ketika jempol tanganku tak sengaja menyentuh bagian dalam bukit kemaluan itu, bagian selangkangannya, kurasakan tubuh Tina sedikit menggelinjang, tapi dia tak berkomentar apa-apa. Maka kuteruskan langkah berani itu, setiap kali urut, jempolku tak lupa menyentuh selangkangan dan bukit kemaluannya, makin lama makin ke dalam, dan makin lama semakin terdengar deru napas. Bukan, bukan hanya deru napasku yang semakin memburu, tapi deru napas Tina juga. Iya, aku pastikan itu. Tampaknya dia terangsang ....
tanganku turun ke betis, dan membelai betis mbunting padi itu (istilah koran kuning!). Dengan satu tangan yang lain, aku menaikkan kain penutup badanku dan dengan susah payah mengeluarkan penisku yang sudah keras dari celana dalam sempit itu. Kupelorotkan sedikit celanaku, agar penisku lebih mudah menghirup udara bebas dan bergerak. Aku membuat sesedikit mungkin gerakan agar Tina tidak curiga.
Tidak, aku tak hendak memasukkan penis itu kedalam vagina merah merekah yang menanti. Tak mau aku melakukan satu tindakan konyol yang nikmat tapi bakalan merusak kesempatan untuk melakukan seperti ini lagi dengan anak kos yang lain.
Jemariku sekarang lebih berani meremas dan menjangkau daerah erotisnya. Berkali-kali jariku menggoda, menggesek selangkangan dan belahan vaginanya, dan berkali-kali pula aku mendengar Tina menghela nafas. Kamu menikmati juga to ternyata.
"Non, Non, maaf, Non, pijitnya sudah selesai. Mau dilanjutkan pijit bagian depan atau mau diselesain sekarang Non?" tanyaku biar kelihatan sopan. Maunya sih ...
"Boleh bi, pijit bagian depan, tapi aku sambil tidur ya bi, abis enak banget mijitnya," sahutnya terlalu cepat. Nah, aku benar-benar yakin kalau dia pun menikmati rangsangan yang aku berikan.
Aku beranjak dari dipan dan menarik selimut melindungi tubuhnya. Padahal sebenarnya untuk menutupi penisku yang menjulang dari kain. Tina berbalik, agak malu dia menutupi tubuh telanjangnya dengan kedua tangannya. AKu segera menutupi tubuh bagian atasnya dengan selimut agar dia tak malu.
"Rilek saja Non, pokoknya kalo sudah dipjetin bibi pasti langsung enak deh, kalo perlu ditutupi saja Non matanya pake handuk, biar ga malu gitu," kataku menenangkan. Aku memberikan handuk kecil yang aku ambil dari lemari.
Setelah matanya ditutup, aku terpaksa harus berhenti sebentar, kalo tidak bisa bobol pertahananku. Cairan sperma sudah menggelegak di ujung penis, ingin segera dimuntahkan. Selimut menutupi bagian dada sampai lutut Tina, tapi tetap tidak bisa menyembunyikan lekuk tubuh yang menggiurkan itu. Kedua puting yang tampaknya semakin mancung itu menonjol dengan angkuhnya dari balik selimut. Benar, dadanya memang masih tegak menantang. Aku duduk kemudian di sampingnya, dan mulai memijat pahanya, mulai dari pangkal paha sampai tumit kakinya. Urutan-urutan menjurus kembali kulancarka, kali ini sampai memastikan bahwa ujung jempolku menyentuh labia mayoranya.
"Bi, kok sampai ke situ, sih ...," bisiknya lirih sambil menggelinjang geli.
"Non, ini namanya pijat asmarandana. Gunanya untuk memulihkan tubuh yang cuapek banget. Memang harus ke titik vital wanita, non, biar nanti bisa rilek," kataku ngawur sambil menatap belahan vaginanya yang sekarang terpampang jelas di depanku.
"Dulu bibi pernah diajari teknik mijit ini dari Mbah buyut bibi, namanya mbak Iro. Ndak semua orang bisa, lho, non."
"ya sudah deh, terserah bibi aja. Asal jangan cerita-cerita ke orang ya bi kalo saya pernah dipijat seperti ini," kata Tina sambil tersenyum malu.
Aku melanjutkan pijitanku. Kali ini, kuurut lembut perutnya yang langsing tanpa tanda lipatan lemak. Dengan begitu, otomatis selimutnya semakin naik terdorong tanganku. Tubuh telanjangnya terbuka pelan, menampakkan keindahan yang tiada duanya. Benar, Tina mencukur bulu vaginanya, menyisakan sedikit rambut di bagian tengah.
Tanganku sampai pada pangkal bawah buah dadanya. Kurasakan dadanya berdetak cepat sekali. Nafasnya keliatan memburu. Kuraba pelan bagian bawah payudara kenyalnya, dan kemudian dengan gerakan melingkar kuurut dada kenyal itu, tapi masih menghindari putingnya, agar dia penasaran. kuulang gerakan itu, pelan, tapi pasti. Tiba-tiba Tina membusungkan dadanya. Ah, dia terangsang, aku tambah semangat. Kuubah urutanku, kali ini tanganku tidak mengurut, tapi meremas kedua payudara montok itu, tapi tetap kuhindari putingnya. Tina menggeliat, tetap sambil membusungkan dadanya. Akhirnya kusentuh lembut puting yang sudah sangat keras itu, tak tahan juga aku. Tina melenguh. Kupilin lembut kedua puting susu warna coklat tua itu. Tina kembali melenguh kali ini lebih keras.
Tanpa ada perlawanan berarti, aku meneruskan kenakalanku. Kali tangan kiriku kembali menyusuri perut mulus Tina, terus turun sampai bukit kemaluannya. Dengan tangan kanan tetap memilin puting susunya, tangan kiriku menyusup masuk ke dalam vaginanya. Ya Tuhan, lembab sekali! Bau vagina yang khas mulai menyusup hidungku. Tubuh Tina menggeliat-geliat menikmati sensasi erotis ini. Aku? sudah tak tertahankan rasa penis tegang tak terkira ini. Jari kiriku mulai aktif, menyentuh dan memijat klitoris kecil di ujung labia. Tina semakin kencang melenguh, dengusan nafasnya semakin kentara. Aku menggosok klitoris yang semakin lama semakin mengencang kurasakan. Jariku masih semakin dalam dan memilin semakin keras. Tina melenguh dan melenguh, sampai akhirnya .....
Tubuhnya mengejan. Otot kakinya mengencang. Kurasakan dinding vaginanya berkedut. Teratur. Dia Orgasme. Tanganku kubiarkan berada dalam vaginanya. Sampai kedutan itu berhenti.
"Enak ga Non?" senyumku penuh kemenangan. Kupandang dadanya yang memerah. "Aduh bi, Tina malu ....," dia menutup wajahnya dengan kedua tangan.
"Sudah malam, Non, sebaiknya Non naik ke atas," kataku. Padahal aku pengen segera onani.
Dia kemudian segera memakai bajunya, dan menyerahkan duit 25.000 kepadaku.
Yang pasti itu bukan kali pertama aku memijat anak-anak kos.
Kejadian kedua : Cerita Horor bersama Silva dan Silvia
Hujan malam itu luar biasa. Petir menggelegar berkali-kali. Anak-anak kos pada diam di kamar kos masing-masing, kecuali Silva dan Silvia, mereka asik nonton TV di ruang tengah. Katanya bosen di kamar, belajar terus. Aku, seperti biasanya, menonton TV mengusir kebosanan, sambil mencari cara untuk tetap dekat dengan bidadari-bidadari seksi ini.
Ah, anak-anak sekarang, begitu menggiurkannya, begitu panasnya, begitu cueknya ....Silva duduk di sofa dengan mengangkat kedua kakinya ke atas, dan memeluknya. Sebenarnya sih posisi itu biasa, yang tidak biasa adalah Silva memakai celana jeans hotpants yang cuma pas menutupi bokong putihnya. Aku, seperti layaknya pembantu, selalu duduk di lantai, walaupun anak-anak kos selalu mengatakan bahwa sebaiknya aku duduk di sofa. Tapi aku punya alasan sendiri. Seperti sekarang ini ...
Dari bawah, kulihat bokong putih Silva mengintip dengan indahnya. Bahkan, hotpants itu tak kuasa menutupi sedikit bagian celana dalamnya yang berwarna ungu. Ya, ungu, kupastikan itu. Kurasakan penisku mulai bangkit.
Petir menggelegar keras. Silvia, yang dari tadi tekun menonton sinetron menjerit kecil.
"Bi, takutttt ...," katanya sambil berjalan mendekati tempatku duduk. Silvia malam itu memakai piyama kembang-kembang warna merah. membosankan. Piyama dengan celana dan lengan panjang jelas-jelas membosankan. Tidak ada pemandangan menarik.
"Bi, duduk di atas dong, takutttt ..," kata Silvia menarikku ke atas. Aku terpaksa meninggalkan pemandangan bokong putih Silva. Lengan kiriku dipeluknya erat. Hmmm, nikmatnya. Aku merasakan bongkahan kenyal dada kanannya menekan lenganku hangat. Ya, kenyal dan sedikit keras. Silvia tidak memakai BH? Ya, Tuhan. Anak-anak kos di sini memang punya kebiasaan yang membuatku tergila-gila. jarang memakai BH kalau malam-malam. Rasanya aku bisa betah tinggal di kos-kosan ini selamanya.
"Non, ga usah takut, kan ada bibi, lagian cuman petir doang," kataku menenangkan.
Blakkkkkkkkkkkk !!
Tiba-tiba jendela yang di belakang sofa terbuka lebar. Angin berhembus dengan kencang disertai dengan pecahan air hujan. Silva dan Silvia menjerit hampir bersamaan. Mereka berdua sekarang memeluk aku. Silva di sebelah kananku. Oh, indahnya dunia!
"Aduh, non pada penakut semua, ya, kan cuman jendela," kataku sambil beranjak menutup jendela.
Gege, yang kamarnya paling dekat dengan jendela ruang tengah itu, keluar.
"Ada apaan sih?" teriak dia. Dia menggeliat, mengangkat tangannya ke atas. Ah, bangun dia ternyata. Dadanya yang super besar berguncang sebentar. Seperti biasa, dia memakai daster yang tidak bisa menyembunyikan belahan dada supernya.
"Ini, serem banget, jendelanya buka sendiri," kata Silvia.
Aku kembali duduk di sofa diikutin kedua anak kembar seksi itu.
"Dulu ya non, waktu Bibi masih di desa, kejadian aneh begini sering banget terjadi non," kataku mulai menakut-nakuti mereka. Tak lain supaya mereka kembali merapat ke tubuhku.
"Bibi dulu tinggal di lereng gunung di pinggiran Mojokerto. Non-non pada tau ga, cerita mak Lampir yang dulu pernah ditayangin di TV? nah, itu sebenarnya cerita nyata loh non, di desa bibi," kedua kembar merapat ke tubuhku.
"bi, jangan cerita begituan ah, takut," Silvia merengek.
"Ga papa ding bi, ayo terusin ceritanya," kata Silva. Tapi penakut juga dia, wong sekarang tangannya erat merangkul lenganku. Aku merasakan bau harum rambut kedua kembar itu.
Aku kemudian meneruskan cerita hororku. Bahkan sesekali Silva menimpali dengan cerita horornya sendiri, seperti pada saat waktu dia sekolah SMA, dimana SMAnya bekas kuburan dan beberapa kali murid melihat penampakan di laboratorium kimia, siang hari bolong pula. Ah, susahnya konsentrasi mendengarkan cerita horor ini, karena cerita horor ini sudah menjadi cerita seru, dengan benda lunak kenyal yang berkali-kali menggesek lenganku. Kurasakan ujungnya mulai mengeras karena gesekan lembut itu. Aku sangat terangsang.
Pura-pura tak sengaja, kuletakkan tanganku di atas paha mulus SIlva, seperti layaknya seorang perempuan yang ngobrol dengan perempuan lain, sambil terus bercerita. Silva cuek saja. Aduh mulus banget pahanya. Kadang tanganku menepuk pelan, kadang meremas, semuanya sambil bercerita heboh sehingga Silva tidak curiga.
Petir kemudian menggelegar lagi. Kali ini begitu kerasnya sampai aku sendiri melonjak.
Hening sebentar. TV sudah mati sedari tadi. Takut rusak.
"Bi, Silva jadi takut tidur sendiri nih..."
"Iya, Bi, Via juga takut nih ..."
"Aduh, Non, kan udah pada gede, masa masih penakut sih," kataku berimajinasi liar.
"Bi, mau ga temenin kita tidur? Hari ini ajah ya bi. Kan Spring bednya gede nih, bisa buat bertiga ...," kata Silva.
Mereka merengek, aku pura-pura tidak mau. Padahal ....
"Aduh non, kalau ketahuan Ibu kan bahaya, masak pembantu tidur di kamar anak kos," kataku pura-pura.
"Ah, bi, gapapa. ntar kita deh bilang ke Ibu kalo bibi ditanyain. lagipula, kan kita sama-sama perempuan, masak ga boleh sih? Ayolah bi ...," kata Silvia manja.
"Iya deh non." Mereka berdua menarik lenganku. Aku masih pura-pura ga mau.
kami bertiga masuk ke kamar Silva. Spring bed Silva memang lebih gede dibanding yang lain. ukurannya King! jadi kamar yang cuman 3 x 4,5 m itu terasa lebih sempit. Aduh, kamarnya berantakan banget! tapi buat pria fetish (seperti AKU!), kamar itu benar-benar surga. BH, celana dalam, celana pendek, rok mini bertebaran dimana-mana.
"SIlva, berantakan amat sih kamar lo? Buset dah, rapiin gih, kan mo buat tidur," kata Silvia. Aku membantu Silva membereskan tempat tidur itu. Ah, pemandangan indah lagi ketika aku mendapati dua gunung kembar Silva mengintip dari balik kaosnya yang agak longgar. Silva masih pake bra, sepertinya berenda berwarna putih.
"Saya kunci pintunya ya non," kataku. Ooh, membayangkan kemungkinan aku akan "tidur" bersama bidadari-bidadari seksi ini membuatku terangsang setengah mati .... Beberapa rencana sudah terpeta jelas di otak kotorku. Yang jelas, penis ini tak akan tidur semaleman.
Silvia mematikan lampu terang, dan menyalakan lampu bohlam 5 watt disamping tempat tidur. Keadaan menjadi remang-remang, walaupun aku masih dapat melihat dengan cukup jelas kedua tubuh seksi itu. Silvia langsung Yang tak diduga adalah .....
Silva tiba-tiba membuka kaosnya tanpa malu-malu, menunjukkan lekuk tubuh sempurna seorang perempuan. tubuh langsing tanpa cela, putih mulus tanpa ada lekuk lemak sedikitpun di bagian pinggang. BH renda warna putih itu melekat pas dengan bentuk susunya yang tak terlalu besar. Jantungku berdegup kencang ketika Silva meraih ikatan BH di punggung. Dalam waktu cepat, BH itu pun lepas, meninggalkan sepasang buah dada putih yang menjulang sempurna, dengan areola dan puting yang agak mendongak ke atas. Putingnya merah jambu.
"Sini bi, tidur dekat aku," Silvia membuyarkan segala imajinasiku. Aduh, ketahuan deh aku melototin tubuh indah itu.
"Eh, enak aja. Aku di tengah!" teriak Silva.
"Non, gimana kalo bibi yang di tengah, biar adil, kan yang penting bibi nemenin non-non tidur sampai pagi," kataku ngarep.
Mereka berpandang-pandangan.
"iya deh bi, tapi janji ya, bibi nemenin sampai pagi ya," kata Silvia memohon. Oh, tentu saja cantik, aku tak segoblok itu menyia-nyiakan kesempatan emas ini.
Brrrr. Hawa dingin AC menusuk tulangku. bisa-bisanya mereka menyalakan AC padahal di luar hujan deras. "Bibi masuk aja ke selimut ini, gede kok buat bertiga," kata Silva. Aduh, baek sekali si cantik ini!
Aku pun masuk ke dalam selimut itu dan mulai berpura-pura tidur.
***
Braakkkk !!
Suara keras itu membangunkan kami bertiga.
"Bi, suara apa itu?" Silvia langsung memelukku takut. Silva juga langsung memelukku, karena posisiku saat itu terlentang. rasa kenyal dari dua pasang buah dada mahasiswi membuat aku terangsang amat sangat. Penisku langsung keras tak terkira, dan rasanya sungguh sakit.
"Tenang non, Bibi udah doain kita tadi biar dipagerin sama malaikat-malaikat sampai pagi," kataku menenangkan mereka berdua.
Mereka kembali tidur dengan tetap memelukku. Sial, bisa ketahuan nih jantungku berdegup kencang. AKu berbalik ke arah Silva dan menaruh tanganku ke paha mulusnya.
Suara jam weker berdetak menambah sunyinya malam itu. Hujan sudah berhenti sejak tadi. Sudah dinihari tampaknya. ACnya semakin menggigit. Rasa horniku dari tadi tak hilang-hilang. Tampaknya mereka berdua tidur lelap. Inilah saat yang tepat untuk beraksi. Posisi tubuhku masih menghadap Silva, sedangkan Silva sendiri sudah telentang.
Tanganku membelai lembut paha Silva, pelan-pelan untuk mengetes apakah dia tidur. Tidak ada respon. Asikkk! Kuraba lagi pahanya, kali dengan sedikit meremas. Tidak ada respon. Semakin berani lagi, sekarang tanganku mulai mengelus pahanya, menikmati betapa mulus dan kencangnya paha Silva. Tanganku naik turun menyusuri lembah pahanya.
Tunggu sebentar. Aku perlu melakukan sesuatu dulu. Kuangkat pinggangku tinggi-tinggi sambil menaikkan rokku (ingat kan, kalo aku menyamar sebagai ibu-ibu), dan meloloskan pelan-pelan celana dalamku. Ah, lega rasanya, bebas dari kungkungan. Penisku langsung tegak menjulang tanpa rintangan. Celana dalam kusembunyikan di balik BH yang kupakai.
Kulanjutkan acara meremas paha mulus itu. Posisi tubuh Silva yang telentang benar-benar menguntungkanku, karena dengan begitu aku bisa dengan bebas meremas, mengelus, membelai kedua paha mulus miliknya. Tanganku kini naik ke arah hotpantsnya. Aku meraba gundukan yang tertutup hotpants itu, dan penisku terasa tegang luar biasa. Jariku yang sudah tak sabar mulai mengulik daerah selangkangan Silva. Detak aliran darahku bahkan sudah berdentum-dentum terdengar di telingaku.
Ada celah yang cukup lebar untuk jari di antara lubang celana dengan pahanya. Seumpama Silva mengangkang dan tak memakai celana dalam ungunya, pasti terlihat harta karunnya yang paling berharga itu. Jariku membelai selangkangannya dan pelan dan hati-hati menyusup ke dalam celana dalamnya. Karena posisi kakinya rapat, aku tak bisa lebih dalam lagi mengulik lubang vaginanya. Tapi cukuplah aku bisa membayangkan saja sambil mengelus gundukan vaginanya itu. Aku dapat merasakan bahwa rambut vagina Silva lebat, sangat lebat malah. Gila, begitu susahnya! Aku menarik tangan kananku dan membawanya ke depan hidungku. Hmmm, baunya benar-benar merangsang. Luar biasa memang bau vagina wanita cantik seksi seperti Silva ini!
Tiba-tiba aku mendengar perubahan posisi Silvia. Sial! Bisa ketahuan nih. Aku langsung menghentikan aksiku, pura-pura mengeloni Silva. Rupanya Silvia hanya berubah posisi saja. Lega! Aku menengok ke belakang, dan melihat posisi Silvia sekarang miring menghadap ke arahku. Kebetulan yang sangat menyenangkan ,....
Ahh, saatnya beraksi dengan si kembar berikutnya! Sebagai informasi, piyama Silvia adalah piyama berkancing dari atas ke bawah, sehingga aku bisa mendapatkan akses mudah untuk mengecap keindahan dada anak muda ini. Tanpa berlama-lama lagi, pelan-pelan sekali kulepas kancing-kancing mulai dari kancing kedua sampai [n00bie20 09bluefame]kancing keempat, sehingga nanti kalau ketahuan, paling tidak dia tidak langsung curiga. Agak susah karena posisi tubuh Silvia miring dan sebagian lengannya menutupi kedua dadanya. Tapi, apa sih yang susah buat orang dengan pikiran kotor sepertiku?
Jika ada kamera yang menyorot tindakanku saat ini, sudah pasti wajahku sudah terlihat super mesum, super mupeng, dan super horni. Persis seperti kakek kura-kura di cerita kartun Sun Go Kong. Mungkin juga sebentar lagi aku mimisan karena terlalu horni. Hmmm, Tepat dihadapanku adalah dua payudara dengan ukuran yang pas, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, putih mulus, dan berbulu halus (ini sih tidak terlihat, tapi kalau dibelai baru terasa). Jantungku berdebar keras ketika kusentuh lembut kedua daging kembar itu. Walaupun posisi tubuh Silvia miring, kedua payudaranya tidak turun mengikuti gravitasi. Keduanya hanya membentuk satu garis tipis belahan dada yang tidak dalam, itupun karena tergencet lengannya.
Dengan deg-degan karena takut ketahuan, kuangkat tangannya pelan sekali, dan kutaruh di di bahuku, jadi seakan-akan dia mengeloni aku. Jadinya aku bisa dengan leluasa bermain-main dengan dada indah itu. Aku membelai dadanya, kali ini sedikit meremas. Benar-benar padat!Nikmat sekali, ketika kuteruskan acara remas-meremas ini, bergantian meremas dada kiri dan dada kanannya. Dalam remang-remang (apalagi di dalam selimut), tak kulihat jelas warna puting susunya. Perkiraanku sih sama dengan Silva, merah jambu. yang unik, areolanya tidak lebar, malah cenderung sempit, tapi ikut menonjol bersama putingnya. Aduh, tidak tahan! Pelahan kepalaku masuk ke dalam selimut, mencari-cari sasaran dan cuppp! aku mengecup lembut dada kenyalnya. Kuciumi dadanya seperti anak kecil menetek ibunya. Kukulum puting dada dan areolanya. kusesap rasanya dan kuhayati detik-detik erotis ini. Setelah yang kiri, gantian yang kanan, walapun agak sulit karena kegencet berat tubuhnya.
Penisku yang tegang alang kepalang kugesek-gesekkan ke paha Silvia. Tak ketinggalan pula, kuciumi ketiaknya yang tercukur rapi. Hmm, harum sekali baunya. Akhirnya tak tahan juga aku pengen ngelepasin sperma yang sudah ada di topi baja penisku. Aku berbalik menghadap Silva yang masih telentang sedari tadi dan mulai memeluk tubuh sintalnya. Penisku kutempelkan ke paha mulusnya. Sensasinya benar-benar luar biasa. Kugesekkan penisku, makin lama makin cepat, tanganku pun meremas dada Silva yang tertutup kaos.
Ahhh, kutumpahkan cairan lengket itu ke paha mulus Silva. Benar-benar nikmat rasanya. Tetes demi tetes cairan sperma itu mengalir di paha Silva, turun membasahi sprei. Aku terhenti sesaat menikmati momen tersebut, tentu saja dengan tangan tetap meremasi dada kenyal Silva.
Ah, benar-benar memuaskan, walaupun besok paginya aku sakit demam dan sakit kepala.
Langganan:
Postingan (Atom)